LAGI (2)
Hari ini setelah sekian lama depresiku kambuh. Kenapa aku bisa bilang begitu? Karena kemarin aku periksa, dan dokter mengatakannya begitu. Aku harus dirawat lagi, tapi aku menolak. Aku mencoba bertahan. Entah kenapa aku masih punya harapan kecil kalau alasan yang dulu membuatku bangun mati-matian tahun ini bisa menarikku lagi dari lubang itu.
Aku baru sadar kenapa Tuhan menakdirkanku hidup dengan anak-anak ini. Karena mereka terus saja menarikku setiap hari, 24 jam tanpa henti. Begitu juga dengan semua hal yang sedang kuusahakan sekarang. Itu semua adalah perjuanganku untuk punya alasan, untuk tetap ada. Aku pikir aku sudah baik-baik saja. Aku pikir aku sudah pulih. Aku pikir tahun ini akan berakhir tenang dan aku bisa masuk ke 2026 sebagai diriku yang baru, yang kubayangkan adalah kehidupan keduaku.
Tapi ternyata tidak. Akhir tahun ini justru diisi rasa bersalah yang datang dari banyak arah. Aku tidak bisa merawat Ibu yang sedang sakit. Tubuhku sendiri entah kenapa melemah dan aku sakit-sakitan. Aku kebingungan meletakkan prioritas. Aku dan rasa bersalahku sama-sama sibuk memanggil kembali sesuatu yang sudah lama kutakutkan—setan depresi itu. Dan sekarang aku duduk di sini, memikirkan semuanya, sedikit sesak, sedikit bingung…
dan aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana setelah ini.
Komentar