RENTA
Bis itu menderu sangat kencang. Dengan nekat, ia menyalip ke kanan dan ke kiri kendaraan di depannya. Asap rokok membumbung. Diiringi deritan engsel-engsel dalam bis yang sudah renta, para penumpang yang bermacam-macam silih berganti naik dan turun. Bis itu menghela napas panjang. Baru saja sesosok kakek menumpanginya, membawa aneka benda yang tampak seperti oleh-oleh bagi keluarga di desa. Ia duduk di samping seorang wanita, yang memakai hijab hitam dan termenung menatap jalan di depannya. Sesekali ia menyeka keringat yang membanjiri dahinya. Bis itu pengap, panas. Bercampur dengan polusi yang dikeluarkannya, panas mentari di atasnya, dan aroma berbagai benda di dalamnya. Pendingin udara? Apa itu? Bis yang entah diproduksi tahun berapa itu harus merasa cukup hanya dengan kemampuannya berjalan tanpa mogok di tengah jalan. Kenyamanan bukanlah prioritas, satu-satunya hal yang penting adalah kecepatan sampai di tujuan. Lagi-lagi, bis itu terbatuk-batuk. Memuntahkan asap hitam k...