Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

JINGGA

Kusapa warna jingga, penuh pesona Bak mentari lembut jelang senja Mengiring langkah di ufuk sana Menghangatkan jiwa yang lama hampa Kusapa warna jingga, pengobat lara Melenyapkan bayang kelam luka Dalam cahayanya, harapan menyala Kusapa warna jingga, magis menggema Raguku, mungkinkah semua ini fana Atau sinarnya kan abadi selamanya

SORE

Suatu sore, kebahagiaan lahir tanpa rencana, kehangatan menyelimuti tanpa jeda. Gelak tawa membumbung di udara, bersama angin membawa aroma pasir dan lautan yang mempesona. Dari bangku kayu, senyum lirih terukir, tatapan lembut melayang tanpa akhir. Dalam hati, ia memahami maknanya, bahagia hadir di tempat yang sunyi, dalam bentuk yang abadi.

WHISPERS OF THE PAST

In the heart of a small, quiet town, Where the streets are worn and the sun beats down, I walk again, through roads I knew, Where my childhood dreams once grew. The trees still hum their gentle song, Their shadows tall, their arms so strong. The river flows as it did before, But its voice seems softer, its secrets more. Each corner speaks of days long gone, Of laughter, tears, and a youthful dawn. Here’s the park where I used to play, Where joy and sorrow chose to stay. I see the house with the faded door, Its creaking hinges, its scuffed-up floor. Inside, the echoes of love and pain, A family’s story in sunshine and rain. The faces I knew, they’re shadows now, Their whispers brush my furrowed brow. The past is here, it’s woven tight, In every corner, in every light. But standing here, I feel the glow, Of what I lost and what I know. This town, this place, it holds my heart, A piece of me, a sacred part. Though memories sting, I smile still, For this small town shapes my will. It taugh...

SEPEDA

Dari kecil, aku suka sepeda, Teman setia ke mana saja. Tak perlu bensin, tak perlu biaya, Hanya aku dan jalan yang terbuka. Sayang, waktu beranjak dewasa, Sepeda pun tinggal cerita. Di kota baru, langkah menggantinya, Berjalan kaki jadi biasa. Liburan tiba, aku kembali, Menyusuri kota yang damai sekali. Udara segar, polusi tak berarti, Ah, kapan lagi bisa begini? Sepeda impian selalu kunanti, Tapi entah kenapa tak kunjung terbeli. Padahal menabung sedikit demi sedikit tiap hari, Entah kapan kupunya, nanti. Namun aku sadar satu perkara, Sepeda kini bukan untuk semua. Orang bertanya-tanya, “Kenapa?” “Naik sepeda? Apa tak punya kendaraan lainnya?” Mereka lupa, sepeda tak cuma roda, Ia adalah jalan ke dunia yang lebih lega. Lebih sehat, lebih sederhana, Dan semua pun berterima kasih padanya. Bayangkan bila banyak yang sadar, Mengayuh sepeda di jalanan besar. Tanpa asap, tanpa bising yang gentar, Lingkungan tersenyum, udara pun segar. Tapi, aku tahu, ini tak mudah, Dunia seringkali terjebak...

LA FELICIDAD EN EL MATRIMONIO

La felicidad no es un destino, es un camino que se recorre a diario. Entre risas y lágrimas, se construye, y con cada esfuerzo, se renueva. El amor no siempre es fácil, pero es en la lucha donde crece. Juntos, en la calma o la tormenta, siempre debemos buscar la luz. Hemos aprendido que el amor se forja, no se encuentra solo en sueños. Cada día, cada gesto, cada palabra, es un paso hacia nuestra felicidad.

SINAR

Seberkas sinar mentari pagi, Menyapa lembut di ujung hari, Membawa hangat, harapan tinggi, Mengusir gelap, mimpi pun pergi.

PADANG

Padang rumput laut, oase tak terduga, Menyembunyikan rahasia di kedalaman samudra. Riak gelombang menari di atasnya, Sementara angin berbisik cerita lama. Terlindung dari hiruk-pikuk dunia fana, Ia menawarkan ketenangan bagi mereka yang ingin lupa. Menyelami dunia tanpa batas, penuh warna, Di mana kehidupan kecil berpesta ria.

شوق للسفر

 في كل خطوةٍ أشتاق للسفر لكنّ القيودَ تأسرني في الفكر أحلم بجولاتٍ حول الأقطار لكنّ الحواجزَ تُقيمُ الأعذار   قلبُ الرحَّالِ محبوسٌ بالزمن تائهُ النظراتِ، نحو الأفقِ والسكن يتوقُ لمشاهدٍ بعيدةِ المنال تبقى في الإطارِ، خيالاً كالظلال   أشتاقُ لتسلقِ الجبالِ الشاهقة والمرورِ بين وديانِ الرحلةِ الصادقة لكنّ العواصفَ تصدُّ خطواتي وتغلقُ الطرقَ، تحجبُ أمنياتي   الريحُ تجلبُ روائحَ المغامرة لكنّها تصلُ نافذتي كسحابةٍ عابرة شوقٌ عصيٌّ لا يمكن كتمانه يهمسُ ليلاً في قلبٍ يتماهى مع ألحانه   آهٍ يا زمنَ الصمتِ، دعني حرًّا أبسطُ قدمي في الدروبِ بلا حذرٍ أستنشقُ هواءَ الحريةِ في رحلةٍ بلا حدودٍ، بحريةٍ وسخاء   لكنَّ اليومَ أغمضُ عينَ وأجوبُ الخيالَ في حلمي البهي أنتظرُ لحظةَ الانطلاقِ المقبلة حين تُبسطُ الأجنحةُ، ويُفتحُ الطريقُ، بلا عقبة  يُعبّر هذا الشعر عن حالةٍ نفسيةٍ جميلةٍ ومُعقّدة لشخص يُريد السفر والانطلاق، ولكنه مُقيّدٌ بالظروف

ACROSS THE DISTANCE

 In a town where mountains rise and shine, Lived Ella, a woman, whose heart felt divine. With cafés cozy and lights dimmed low, She longed for Ethan, who had to go.   Each time he departed, a shadow would creep, Leaving her restless, alone in her sleep.  On her terrace, she sipped tea by the glow, Missing the laughter and warmth they used to know.   In her favorite café, where the sweet scents entwined, She met Andrew, whose smile was gentle and kind.  They talked of adventures, the mountains so tall, As their friendship blossomed, they shared it all.   “Have you climbed mountains?” he asked with a grin, “I have, long ago, when my heart felt the win.  Yet each happy moment brought guilt in its wake,  For Ethan, her husband, her heart began to ache.   One rainy evening, as droplets fell fast,  A message from Andrew arrived at last. “Meet me tonight,” the screen softly glowed, Ella’s heart fluttered, her thoughts overflowed.   At a ca...

BERSINAR

 Aku sayang diriku, dan aku mulai saat ini akan belajar Akan selalu meletakkan kepentinganku paling besar Akan jadikan aku kembali bersinar Perjalanan itu melelahkan Perjalanan itu mengesankan Perjalanan itu mengingatkanku akan Tuhan Teman itu menyenangkan Teman itu kadang menyebalkan Teman itu selamanya kubutuhkan Aku sayang diriku, dan mulai saat ini kuakan belajar Untuk meletakkan kepentinganku paling besar Dan menjadikan diriku kembali bersinar

BAHAGIA

Kutemukan bahagia setelah sekian lama Ternyata perjuangan ke sini dan ke sana Aku tak tercipta untuk diam seperti ratu saja  Meski punya raja yang memberikan segalanya  Dari kecil, aku mendengar panggilan hati Ubahlah, majukan, dan lindungi dunia ini Itu sebabnya aku takjub pada Pak Habibie Sayang tak bisa bertemu sebelum beliau pergi Apakah salah untuk marah? Apa harus tertawa untuk menunjukkan bahagia? Semua orang harus sama?  Sedih, kecewa, kagum, marah, kesal, dan bahagia, itu semua diri kita Aku bahagia, tapi bisa jadi aku diam saja Aku sedih, tapi mampu tetap tertawa Semua terserah aku yang punya jiwa  Karena manusia bukan boneka 

GADIS

Kaki berdarah Luka merekah Langkah terpatah Yang mereka bilang, pasrah Tangan menggenggam  Duri yang tajam Tak satupun bilang lepaskan Semua memintanya untuk bertahan Gadis itu berdiri Mau mati dan pergi Tapi tangan kakinya terkunci Oleh gembok yang abadi Selembar kertas terbang melayang Ke pelukan gadis yang bimbang Haruskah dia menulis dan terbang Atau seperti biasa, kembali ke tempat ia terbuang

KITA

Kita bukan pasangan yang sempurna Kau adalah kamu, dan saya adalah aku Kita sangat berbeda Tapi entah kenapa, kita tak bisa berpisah Selalu ada rindu Menyentak di relung kalbu Aku rindu hangatmu, kadang teguranmu Kau bilang, kau rindu percikanku Lalu sekali waktu, kita saling marah Aku egois, dan kau lelah Namun tak lama, pasti ada saja Yang kembali menyatukan hati Retak itu tak ada lagi Dan saat musim semi, bunga-bunga Bermekaran kembali Merekah Aku heran, apakah Dulunya saat diciptakan Kita sempat saling melihat Lalu berjanji mengikat rasa Saat sampai di dunia? Karena celah yang ada Di antara kita Bagai jigsaw sempurna Satu Yang terbentuk dari dua

SEMBILU

Sembilu menikam hati Darah merah memecah Ia membelah Sembilu tertawa tampakkan taringnya Topeng kesucian dikenakannya Hati menangis, meronta Sembilu tak lepaskan dirinya Hati makin terluka Tapi semua anggap sembilu tak berdosa Sembilu menyeringai di balik topeng Liat.. jahat... Hati perlahan hancur, binasa

KINI

Gambar
Tak peduli Masa Benda di genggaman Menjelma penguasa Hati buram Kelam Kelabu Turuti kemana dunia melaju Kendali tlah sirna Tiada Bagai robot tak bernyawa Semua Sama

SUNGGUH

Sungguh ... Ku ingin berlari menerjang ombak basahi diri Ku ingin berlari menginjak duri-duri tajam lukai kaki Ku ingin berlari tak peduli sesiapa lagi Ku ingin berlari berteriak mengusir sepi Ku ingin berlari menembus sayatan luka di hati Ku ingin berlari lupakan penat dan sesak di jiwa ini Ku ingin berlari ... berlari dan terus berlari ... Sungguh ... Ku ingin menangis luapkan banjir yang tertahan Ku ingin menangis hingga lepas semua beban Ku ingin menangis dalam sebuah dekapan Ku ingin menangis keluarkan ratapan Ku ingin menangis luapkan jeritan Ku ingin menangis tersedu sedan Ku ingin menangis ... menangis dan terus menangis ... Sungguh ...

TOPENG

putri topengmu hitam kelam beragam ... kadang kau tertawa kemudian tersedu bolehkan kupelajari hatimu agar tak sakit kau di sisiku ... putri bukalah topeng itu sesekali

PADAM

Melewati bertubi-tubi Karang menancap di ulu hati Bukan berarti Akhir kehidupan ini Masih banyak cara Untuk beranjak dan lari

MATI

Di akhir tarikan napas kita Ada cekam yang menyayat Ada tangis yang menyeruak Ada sakit yang membahana Seluruh persendian jiwa Di ujung penantian kita Ada amal yang tertunda Ada amanat yang tak ditunaikan Ada siksa yang membayang Merajai sesak dalam dada Maka… Sudah siapkah kita Untuk menghadapi Hakim Yang Maha Kuasa saat Ia mengetukkan palu keputusan terakhir-Nya?

SATU

Saat nyawa tak lagi berharga Ketika kejahatan sepenuh pandangan mata Jiwa bukanlah sesuatu yang abadi Nurani tak pula dihargai Telah tiba masanya Sekelompok kecil itu menjelma nadir Padahal ia telah bersumpah Atas nama-Nya Maka… Akan segera menjelang Zaman dimana, Kebenaran tak lagi menyeruak Kejujuran bahkan tak lagi bernilai Saat itu, Hanya satu yang tak tergelincir Takkan tergoyahkan Tak juga terbantahkan Ahlussunnah wal jamaah!