NGIDAM 3 - TAMAT
Tapi ternyata aku salah besar, teman-teman! Ayah justru sedang bersenda gurau dengan Ibu dan kakak keduaku, Mbak Ara! Aku terpaku di tempat. Tangisku semakin keras. Ayah kelihatan jeleeeeeeeeekk... sekali! Tapi kulihat Ibu sesekali mengusap kepala polos Ayah itu senang. Ya, Ibu kelihatan sungguh bahagia! Tak lama, Mbak Ara memergokiku yang sedang mengintip di balik pintu. “Kenapa Cha?” tanyanya heran. Digandengnya tanganku lalu dibawanya ke arah Ayah dan Ibu, yang juga tengah memandangiku. “Kamu kenapa, Sayang?” Ibu bertanya begitu melihat mataku yang sembab. Aku menggelengkan kepala. Kuusap sisa-sisa air mata yang menggenangi pipiku. Ayah meraihku, lalu mengecup pipiku lembut. “Ada apa, Sayang?” matanya menyelidik. “Cha sakit?” Ayah tampak begitu khawatir. Sekali lagi kugelengkan kepalaku. “Lalu?” Ayah menghadapkan wajahku tepat ke arahnya. Duh! Aku tidak mau melihat kepala jelek itu! Kupejamkan kedua mataku rapat-rapat. “...