Postingan

Menampilkan postingan dengan label Liputan

KEAJAIBAN

Namanya Budiman, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang percetakan. Berangkat dua hari lalu dari Makassar, ia berharap kunjungannya kali akan membuahkan hasil. Ia bertekad tidak akan pulang sebelum targetnya tercapai. Singkat cerita, perusahaan Budiman bangkrut dua bulan lalu. Laba yang dihasilkan tidak mampu menutupi modal awal yang ia usahakan. Tetapi putus asa bukan pilihan hidupnya. Setelah bertanya kesana kemari, ia memutuskan untuk pergi ke Pesarean Gunung Kawi, demi memohon kebaikan dan keuntungan bagi perusahaannya. Berbekal niatan untuk memperbaiki nasib dan sisa tabungan yang ia miliki, Budiman seorang diri menyeberang ke Jawa. Perjalanan jauh dan berat tak ia pedulikan. Satu yang terdetik di benaknya, perusahaan yang ia dirikan sekuat tenaga harus kembali bangkit. Maka disinilah ia kini, Selasa, 21 Mei 2013, bersimpuh di bawah pohon Dewandaru berdaun lebat, tepat di hadapan Pendopo Agung Pesarean Gunung Kawi. Cuaca mendung dan hawa dingin menyengat menemani kehad...

KONFLIK YANG TAK KUNJUNG BERAKHIR

Gambar
 Bulan Maret 2011 terasa sangat panas di kampus UIN Maliki Malang. Memang, sejak tahun 2008 hingga sekarang, tak ada  Pemilihan Raya Mahasiswa ( Pemira) yang tak ricuh. Tampaknya tahun ini menjadi catatan paling buruk perjalanan sejarah Pemira di kampus abu-abu ini. Pasalnya, pasca pembekuan BP2R oleh Wakil Rektor III, aksi terus saja berlangsung. Puncaknya, Jumat 18 Maret 2011, diadakan audiensi untuk menindaklanjuti pembekuan BP2R. Acara diawali dengan pembacaan surat keberatan PP atas keputusan PR3 hari sebelumnya. PP juga menyatakan dengan tegas bahwa mereka siap menyukseskan pemira UIN Maliki, dan menolak adanya politisasi konflik antar organisasi ekstra. Selanjutnya Mujaid Kumkelo memulai audiensi antar partai dan BP2R, dengan tujuan tegas menyelesaikan semua permasalahan yang telah terjadi beberapa hari terakhir ini. Ia menyatakan bahwa rektor akan mengeluarkan SK terkait pendampingan semua unsur dalam pemilu, semacam lembaga pengawas dan penindak undang-undang ...

HATI-HATI BELANJA DI SARDO!

Jum’at siang (29/10) merupakan hari naas bagi Icha, mahasiswi UIN Maliki Malang. Bagaimana tidak, saat sedang asyik berbelanja di Swalayan Sardo, dia kehilangan handphonenya tanpa diduga. Diawali dengan meletakkan tas berisi hape di tempat penitipan barang yang disediakan, ia tak menaruh curiga sedikitpun. Sampai saat pulang pun, ia berjalan kembali ke kampus seperti biasa. Sesampainya di kamar, ia baru menyadari bahwa hape kesayangannya telah raib entah kemana. Sore hari saat konfirmasi ke Sardo, petugas yang ada malah terkesan balik menyalahkannya. “Bukannya mendapat penjelasan apalagi pertanggungjawaban, saya justru dioper kesana kemari. Semua petugas, baik satpam maupun penjaga barang, berusaha menghindar setiap ditanya,” tutur Icha pelan. Akhirnya ia memilih untuk tidak memperpanjang masalah. Bukan sekali ini saja hal semacam ini terjadi. Lufi, mahasiswi Universitas Malang (UM) juga pernah kehilangan barangnya di swalayan tersebut. “Bukan hanya hape, tapi juga uang dalam dompet. ...

KERUSAKAN MABNA BAHAYAKAN MAHASANTRI

Pagi itu (28/10) para mahasantri mabna Ummu Salamah, atau biasa disebut USA, geger. Apa pasal? Begitu melewati aula lantai dua, pecahan-pecahan internit ditemukan bertebaran dimana-mana. Bekas kerusakan pun tampak jelas di langit-langit. Lubang menganga menunjukkan ruang kosong di atasnya. Hal ini jelas menimbulkan rasa takut bagi siapapun yang menyaksikan. “Setiap kali melihat kerusakan parah itu, saya selalu ketakutan setengah mati,” ujar Laili, salah satu penghuni kamar 19 mabna USA. “Saya jadi khawatir lantai kamar saya runtuh sewaktu-waktu.” Ia sangat menyayangkan konstruksi bangunan yang megah namun keropos dan mudah rusak. Parahnya, hal ini bukan hanya terjadi sekali. Beberapa hari yang lalu, salah satu kamar di mabna Asma binti Abi Bakr (ABA) mengalami hal serupa. Lantai kamarnya pecah tiba-tiba dan mengeluarkan suara ledakan mengerikan. Begitu juga yang terjadi di beberapa kamar lain, baik mabna yang sama atau tidak. Belum lagi membicarakan masalah keretakan tembok yang pa...

REALISASI PENGEMBANGAN SENI DI UIN MALIKI MALANG, SUDAHKAH?

Sore itu (12/11), kampus tampak lebih ramai dari biasanya. Para mahasiswa baru yang beranjak pulang Program Khusus Pengembangan Bahasa Arab (PKPBA) tampak berseliweran sepanjang ruas jalan antara Gedung A dan B. Di tengah-tengah kerumunan tampak hal yang tak lazim ditemukan di UIN Maliki Malang. Sebuah pemandangan yang cukup menarik perhatian, dengan adanya sekelompok remaja putra dan putri, sebagiannya tidak mengenakan hijab, berlatih vokal dan tari sembari berlari-lari kecil. Suara teriakan dan beberapa kali tepukan menambah semarak suasana senja. Sementara sebuah bendera biru tua bertuliskan TK2 terpampang megah di sisi mereka. Beberapa penabuh tampak khusyuk melakukan tugasnya. Begitu pula para remaja yang berlatih, tampak begitu memusatkan pikiran pada latihan. Pemandangan ganjil ini jelas mengundang berbagai komentar, terutama dari mahasiswa baru yang tak pernah melihat hal semacam ini sebelumnya. "Negatif. Meskipun begitu, dalam hati saya yakin bahwa mereka bukan mahasisw...

KENANGAN ITU

Di siang yang panas.. Tepatnya di Auditorium GP1.. Acara Pembekalan Intensif 2019 “Boleh saya bercerita sedikit? Hal ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan materi kita kali ini, namun saya rasa adik-adik sekalian dapat mengambil sebuah pelajaran dari cerita yang akan saya sampaikan ini. Di tempat ini 10 tahun yang lalu, tepat pada momen serupa dengan yang adik-adik hadapi saat ini. Saya, yang pada waktu itu berusia kurang lebih 19 tahun, mengalami suatu fase yang pada masa itu sungguh teramat berat saya lalui. Saya punya penyakit tifus dan waktu itu penyakit itu menyerang saya dengan demikian dahsyatnya. Sebetulnya rasa sakit ini telah saya rasakan sejak masa imtihan tahriry nihaiy, namun karena satu dua hal, saya tidak dapat berobat dengan semestinya. Karena padatnya acara pada waktu itu, seperti yang adik-adik alami sekarang, saya jatuh sakit kembali, bahkan jauh lebih parah dari yang sudah-sudah. Ini mengakibatkan saya tidak sanggup menggerakkan badan saya dengan lel...

SAAT USTADZ H. SETYAWAN LAHURI, MA BICARA PENDIDIKAN

Saya mengajar di pondok selama lima tahun. Setengah tahun di Gontor Putra, dan sisanya di Gontor Putri 1. Sebenarnya tidak ada perbedaan mendasar antara santri putra dan putri, karena materi dan lingkungan relatif sama, namun memang tingkat kepedulian dalam beberapa permasalahan - dan bukan pelajaran - memang tidak sama. Contohnya saat bicara masalah politik atau olahraga, anak putra lebih responsif. Begitu juga saat membahas masalah fashion misalnya, tentu saja respons santri putri lebih besar. Jadi saya memang setuju sekali adanya perbedaan pendidikan dan pengajaran antara keduanya, tentu saja dalam tingkatan tertentu yang disesuaikan. Bagi saya sendiri, kecerdasan itu relatif. Kita tidak bisa menyatakan santri putra lebih cerdas dari putri. Apalagi, kecerdasan memang bermacam-macam. Ada kecerdasan fisik atau jasmani, linguistik, dan lain sebagainya. Cuma perbedaan tanggapan dalam beberapa hal memang ada, dan itu wajar. Bicara soal mengajar, ada teman yang bilang mengajar di Gonto...