Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

SUNGGUH

Sungguh ... Ku ingin berlari menerjang ombak basahi diri Ku ingin berlari menginjak duri-duri tajam lukai kaki Ku ingin berlari tak peduli sesiapa lagi Ku ingin berlari berteriak mengusir sepi Ku ingin berlari menembus sayatan luka di hati Ku ingin berlari lupakan penat dan sesak di jiwa ini Ku ingin berlari ... berlari dan terus berlari ... Sungguh ... Ku ingin menangis luapkan banjir yang tertahan Ku ingin menangis hingga lepas semua beban Ku ingin menangis dalam sebuah dekapan Ku ingin menangis keluarkan ratapan Ku ingin menangis luapkan jeritan Ku ingin menangis tersedu sedan Ku ingin menangis ... menangis dan terus menangis ... Sungguh ...

KEAJAIBAN

Namanya Budiman, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang percetakan. Berangkat dua hari lalu dari Makassar, ia berharap kunjungannya kali akan membuahkan hasil. Ia bertekad tidak akan pulang sebelum targetnya tercapai. Singkat cerita, perusahaan Budiman bangkrut dua bulan lalu. Laba yang dihasilkan tidak mampu menutupi modal awal yang ia usahakan. Tetapi putus asa bukan pilihan hidupnya. Setelah bertanya kesana kemari, ia memutuskan untuk pergi ke Pesarean Gunung Kawi, demi memohon kebaikan dan keuntungan bagi perusahaannya. Berbekal niatan untuk memperbaiki nasib dan sisa tabungan yang ia miliki, Budiman seorang diri menyeberang ke Jawa. Perjalanan jauh dan berat tak ia pedulikan. Satu yang terdetik di benaknya, perusahaan yang ia dirikan sekuat tenaga harus kembali bangkit. Maka disinilah ia kini, Selasa, 21 Mei 2013, bersimpuh di bawah pohon Dewandaru berdaun lebat, tepat di hadapan Pendopo Agung Pesarean Gunung Kawi. Cuaca mendung dan hawa dingin menyengat menemani kehad...

LUBANG

Suatu hari, seekor tupai terperosok ke dalam lubang yang cukup dalam. Ia berusaha meminta tolong, namun sayangnya tidak ada seekor hewan pun yang berada di sekitar lubang itu. Si tupai yang kelelahan, mulai menghentikan usahanya. Suaranya serak kini, sebab terlalu banyak berteriak. Hari beranjak gelap, tupai semakin ketakutan, kelaparan, dan kedinginan. Ia mulai kembali memanggil-manggil mencari bala bantuan. Beruntungnya, sesaat kemudian, tiba sekawanan berang-berang melewati lubang tempat jatuhnya tupai. Mereka mendengar suara rintihan tupai, kemudian melongokkan kepala ke lubang. “Hai, tupai. Apa yang kau lakukan disana?” sapa kepala kawanan berang-berang kepada tupai. Tupai yang berusaha memanfaatkan kesempatan ini, segera memperbaiki posisinya di lubang. Ia tahu bahwa kawanan berang-berang tidak mungkin begitu saja menolongnya, maka ia harus segera memutar otak untuk mencari ide. “Aku sedang bersantai, wahai berang-berang,” jawab tupai seraya meluruskan kakinya. “Bersantai? T...