LUBANG

Suatu hari, seekor tupai terperosok ke dalam lubang yang cukup dalam. Ia berusaha meminta tolong, namun sayangnya tidak ada seekor hewan pun yang berada di sekitar lubang itu. Si tupai yang kelelahan, mulai menghentikan usahanya. Suaranya serak kini, sebab terlalu banyak berteriak.

Hari beranjak gelap, tupai semakin ketakutan, kelaparan, dan kedinginan. Ia mulai kembali memanggil-manggil mencari bala bantuan. Beruntungnya, sesaat kemudian, tiba sekawanan berang-berang melewati lubang tempat jatuhnya tupai. Mereka mendengar suara rintihan tupai, kemudian melongokkan kepala ke lubang.

“Hai, tupai. Apa yang kau lakukan disana?” sapa kepala kawanan berang-berang kepada tupai.

Tupai yang berusaha memanfaatkan kesempatan ini, segera memperbaiki posisinya di lubang. Ia tahu bahwa kawanan berang-berang tidak mungkin begitu saja menolongnya, maka ia harus segera memutar otak untuk mencari ide.

“Aku sedang bersantai, wahai berang-berang,” jawab tupai seraya meluruskan kakinya.

“Bersantai? Tidak mungkin. Bukankah engkau sedang terperosok dan tidak bisa keluar dari lubang ini?” sanggah berang-berang.

“Oh.. Tentu tidak! Aku sedang merenung, memikirkan ide untuk cerita-ceritaku yang luar biasa,” elak tupai.

“Cerita apa?” Tanya seekor berang-berang lain.

“Apakah kalian sungguh ingin tahu?” Tupai merasa umpan telah mengena. Ia segera melanjutkan taktiknya.

Kumpulan berang-berang kebingungan. Akhirnya, kepala kawanan mereka memutuskan. “Baiklah, kami akan coba mendengar ceritamu. Tapi jika tidak menarik, kami akan segera pergi meninggalkan tempat ini.”

Tupai sangat senang. Ia bagai mendapat durian jatuh seketika. Meski waswas dan belum yakin cerita apa yang akan ia sampaikan, tanpa pikir panjang ia menyetujui tawaran kepala kelompok berang-berang.

“Aku setuju,” kata tupai. “Tapi ada satu syarat.”

“Apa itu?” kata berang-berang.

“Engkau harus mengumpulkan sebanyak mungkin kawananmu dan berjajar di pinggir lubang ini untuk mendengarkan ceritaku baik-baik.”

Kepala kawanan berang-berang yang sudah terlanjur penasaran langsung menyepakati permintaan itu. Ia memerintahkan seluruh kawanannya untuk mengelilingi lubang.

“Baiklah,” Tupai memulai ceritanya.

“Aku akan menceritakan sebuah kisah yang amat menyedihkan….” Mulailah tupai bercerita panjang lebar. Diutarakan semua ide yang ia miliki, semua cerita yang pernah ia dengar, dan semua pemikiran yang ada, untuk menghasilkan sebuah kisah yang amat memilukan hati.

Perlahan-lahan, satu demi satu kawanan berang-berang mulai menghayati jalan cerita yang disampaikan tupai. Mereka mulai menitikkan air mata kesedihan, terharu, dan rasa kasihan.

Tupai terus melanjutkan kisah sedih karangannya.

Hingga saat tiba di klimaks cerita, seluruh kawanan berang-berang menangis tersedu-sedu. Air mata mulai membanjiri lubang tempat tupai terjebak. Tupai amat senang rencananya berjalan lancar. Ia melanjutkan kisahnya dengan menggebu-gebu.

Tak lama kemudian, seiring air mata kawanan tupai yang mulai membanjiri lubang, tupai mengangkat dirinya naik. Sambil mempertahankan posisinya di atas genangan air mata, ia melanjutkan ceritanya. Sementara itu, kawanan berang-berang sudah demikian terhanyut dengan kisah tupai. Mereka terus mengalirkan air mata ke dalam lubang, tanpa menyadari bahwa itulah trik tupai untuk keluar dari sana.

Saat aliran air mata sudah mencapai tepi lubang, tupai melompat ke daratan, kemudian berkata.

“Demikianlah wahai berang-berang saudaraku, kisah mengharukan yang dapat kusampaikan. Aku pergi dulu,” Tupai segera melesat meninggalkan kawanan berang-berang yang berhasil diperdaya untuk membantunya keluar dari lubang jebakan.

Pesan moral:

Saat terjebak dalam sebuah permasalahan berat yang amat pelik, jangan langsung putus asa. Berusahalah hingga saat terakhir, maka akan ada pintu keluar untukmu. Jalan itu mungkin tidak tampak jelas, tapi ia akan ada disana, menunggumu untuk membukanya. Jangan sia-siakan setiap kesempatan yang ada. Tetap semangat! :D

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)