KEAJAIBAN

Namanya Budiman, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang percetakan. Berangkat dua hari lalu dari Makassar, ia berharap kunjungannya kali akan membuahkan hasil. Ia bertekad tidak akan pulang sebelum targetnya tercapai.

Singkat cerita, perusahaan Budiman bangkrut dua bulan lalu. Laba yang dihasilkan tidak mampu menutupi modal awal yang ia usahakan. Tetapi putus asa bukan pilihan hidupnya. Setelah bertanya kesana kemari, ia memutuskan untuk pergi ke Pesarean Gunung Kawi, demi memohon kebaikan dan keuntungan bagi perusahaannya.

Berbekal niatan untuk memperbaiki nasib dan sisa tabungan yang ia miliki, Budiman seorang diri menyeberang ke Jawa. Perjalanan jauh dan berat tak ia pedulikan. Satu yang terdetik di benaknya, perusahaan yang ia dirikan sekuat tenaga harus kembali bangkit.

Maka disinilah ia kini, Selasa, 21 Mei 2013, bersimpuh di bawah pohon Dewandaru berdaun lebat, tepat di hadapan Pendopo Agung Pesarean Gunung Kawi.

Cuaca mendung dan hawa dingin menyengat menemani kehadirannya. Dengan kepala tertunduk khidmat dan kedua kepalan tangan tergenggam erat, ia memohon segenap hati. Seluruh keluh kesah dan harapan ia utarakan disana. Sesekali, ia arahkan pandangannya pada helai-helai daun dewandaru yang kecil menghijau. Berharap dengan sangat datu di antaranya akan gugur tepat mengenainya, dan membalik seluruh kesialannya dengan keberuntungan. Ia tanamkan di dalam lubuk hatinya, bahwa jika yakin, permohonan akan terkabul.

Sungguh ironis, hingga memasuki hari ketiga tak sehelai daun pun gugur mengenainya. Ia mulai pesimis. Akankah harapannya tercapai atau hanya sia-sia saja ia menghabiskan tabungan menuju tempat ini. Meski demikian, ia tetap mengulang ritualnya bersimpuh di bawah pohon dewandaru yang “keramat”.

Hari itu, tepat hari keempat dari ritualnya. Cuaca mendung seperti hari-hari kemarin. Angin berhembus semilir mengantarkan hawa dingin. Pengunjung ramai mengunjungi pesarean. Hari itu, Jumat, 24 Mei 2013. Puluhan orang hilir mudik melewati tempatnya bersimpuh. Budiman mencoba memusatkan pikiran. Tak dipedulikannya segla aktivitas di sekitarnya. Ia terus bersimpuh, memohon, berdoa. Tepat pukul 10.15 WIB, apa yang ia harapkan terwujud. Sehelai daun gugur melewati topi yang ia kenakan. Awalnya ia tak sadar. Namun begitu daun itu jatuh ke pangkuannya, ia terbelalak. Apa yang ia harapkan, ia dapatkan. Selesai sudah ritual doanya di bawah pohon dewandaru. Ia tersenyum lebar. Akhirnya, ia bisa pulang.

***

Pesarean Gunung Kawi memiliki banyak rahasia dan keistimewaan dari berbagai ritual yang ada. Kebanyakan dipengaruhi oleh paham animisme dan dinamisme yang kuat mengakar di benak para penduduk, sebagaimana tipikal masyarakat pegunungan Indonesia. Ditambah banyaknya peziarah yang meyakini paham semisal, maka tempat seperti Gunung Kawi tidak pernah sepi.

Lagi-lagi kepercayaan ini tidak didukung oleh alasan logis yang bisa diverifikasi. Faktor sugesti berperan besar dalam setiap lini ritual harian, sebagaimana diamini oleh Kasiyanto, mudin Pendopo Agung Pesarean Gunung Kawi.

“Sugesti kuat tiap peziarah mendatangkan hasil yang luar biasa. Jadi tiap peziarah harus yakin sebelum memulai ritual, baru bisa...” tambahnya.

Seorang peziarah, Surya, pengusaha dari Surabaya menambahkan, “Tempat ini benar-benar ajaib. Apapun permohonan akan dikabulkan jika yakin. Coba saja.”

Di balik semua paham dan verifikasi logis yang ada, apakah keajaiban itu benar-benar ada? [Cha]

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)