Postingan

旅の途中 (Tabi no Tochū)

ある日、サクラは小さな町を出発しました。 (Aru hi, Sakura wa chiisana machi o shuppatsu shimashita.) 彼女は自分を見つけるために、遠くの山へ向かうことに決めました。 (Kanojo wa jibun o mitsukeru tame ni, tōku no yama e mukau koto ni kimemashita.) 道を歩きながら、サクラは風の音や鳥のさえずりに心を癒されました。 (Michi o aruki nagara, Sakura wa kaze no oto ya tori no saezuri ni kokoro o iyasaremashita.) 途中で出会った村人たちは、温かい笑顔で彼女を迎えてくれました。 (Tochū de deatta murabito-tachi wa, atatakai egao de kanojo o mukaete kuremashita.) 「人生は旅のようだ」とサクラは思いました。 ("Jinsei wa tabi no yō da" to Sakura wa omoimashita.) 最終的に、山に到達したとき、彼女は満足感と平和を感じました。 (Saishū-teki ni, yama ni tōtatsu shita toki, kanojo wa manzoku-kan to heiwa o kanjimashita.) それは長い旅の中で見つけた、自分自身の場所でした。 (Sore wa nagai tabi no naka de mitsuketa, jibun jishin no basho deshita.)

THE SIMPLE SECRET

Characters: Cha – A thoughtful, curious person Max – A wise friend who enjoys simple pleasures One day, they make a conversation... Cha: "Max, I've been thinking a lot lately... How do I find happiness? It seems like everyone is searching for it, but I just can't seem to figure it out." Max: "Happiness, huh? It's a tricky one. But I think you're looking for it in the wrong places." Cha: "Wrong places? What do you mean? I thought it was about success, or having more things... or maybe traveling to exotic places?" Max: "All of those things can bring joy, but they don’t bring true happiness. You see, happiness is not about what we have or where we go. It’s about what’s inside us, in the moments that make us smile." Cha: "That sounds simple, but is it really that easy?" Max: "Well, let me ask you this—when was the last time you felt truly happy, just from the small things?" Cha: "Hmm... I guess when my friend ...

السعادة في قلبك

في قرية صغيرة، عاش علي. كان يحلم بأن يكون سعيدًا، لكنه لم يعرف كيف يحقق ذلك. في يوم من الأيام، قرر الذهاب إلى الجبال ليسأل رجلاً مسنًّا عن السعادة. قال علي: "كيف أجد السعادة؟" أجاب الرجل: "السعادة في قلبك. لا تبحث عنها في المال أو الأشياء الكبيرة، بل ابحث عنها في اللحظات البسيطة التي تجعلك تبتسم." فهم علي النصيحة وبدأ يقدّر الأشياء الصغيرة: ابتسامة صديق، كلمة طيبة، ومناظر الجبال الجميلة. منذ ذلك اليوم، شعر علي بالسعادة لأنه اكتشف أن السعادة موجودة في داخله.

JINGGA

Kusapa warna jingga, penuh pesona Bak mentari lembut jelang senja Mengiring langkah di ufuk sana Menghangatkan jiwa yang lama hampa Kusapa warna jingga, pengobat lara Melenyapkan bayang kelam luka Dalam cahayanya, harapan menyala Kusapa warna jingga, magis menggema Raguku, mungkinkah semua ini fana Atau sinarnya kan abadi selamanya

SORE

Suatu sore, kebahagiaan lahir tanpa rencana, kehangatan menyelimuti tanpa jeda. Gelak tawa membumbung di udara, bersama angin membawa aroma pasir dan lautan yang mempesona. Dari bangku kayu, senyum lirih terukir, tatapan lembut melayang tanpa akhir. Dalam hati, ia memahami maknanya, bahagia hadir di tempat yang sunyi, dalam bentuk yang abadi.

JEJAK

Udara masih dingin saat Bapak Jaka memulai pekerjaannya. Gelap melingkupi pantai. Ia hanya ditemani desiran ombak dan sesekali, lampu perahu nelayan di kejauhan. Tangannya cekatan mengayunkan sapu lidi, mengumpulkan sisa-sisa kehidupan yang ditinggalkan pengunjung: botol plastik, kertas makanan, kadang juga sandal yang kehilangan pasangannya. Baginya, pantai yang masih sunyi adalah bagian paling indah dari hari. Tanpa jejak kaki, pasir tampak suci, memantulkan sinar purnama yang perlahan memudar. Ia selalu berpikir, bagaimana mungkin keindahan ini sering diabaikan? Namun setiap pagi, bukan hanya tugas yang menyambutnya. Di antara gelap, ada misteri kecil: seorang gadis muda yang selalu duduk di batu karang sembari menggenggam buku catatan. Bapak Jaka penasaran. Mengapa gadis itu selalu ada sepagi itu di sana? Pada suatu hari, keberaniannya mengalahkan rasa segan. "Nak, apa yang kamu tulis di sana?" tanyanya, menyeka keringat di dahinya. Gadis itu tersenyum kecil, lalu menjawa...

TERBANG

Butiran embun pagi masih menempel di tubuh kecilku. Aku tergeletak di bawah, sayapku terluka setelah gagal mencoba terbang. Rasa sakit membuatku ingin menyerah. “Ciu, kamu di mana?” Suara itu lembut, penuh kekhawatiran. Aku ingin menjawab, tapi hanya bisa berkicau lirih. Tiba-tiba, bayangan besar menghampiriku. “Astaga, Ciu! Kenapa sayapmu begini?” Tangan hangat meraihku perlahan, menyelimutiku dengan kain lembut. Itu Rani, gadis yang selalu mengisi hariku dengan keceriaan. Rani membawaku ke rumah. Ia membersihkan sayapku yang kotor, mengoleskan sesuatu yang hangat dan menyembuhkan. “Kamu pasti bisa terbang lagi, Ciu. Tapi, kamu harus sabar, ya...” katanya sambil tersenyum. Hari demi hari, Rani melatihku perlahan. “Ayo, Ciu. Coba bentangkan sayapmu.” Suaranya penuh harapan. Aku takut jatuh lagi, tapi tatapan Rani memotivasiku. “Aku percaya padamu.” Dengan gemetar, aku mencoba mengepakkan sayap. Awalnya sakit, tapi kemudian terasa lebih ringan. “Kamu bisa, Ciu!” serunya penuh semangat. ...