JOGJA 2 - TAMAT

Setelah berjuang menembus kerumunan orang di sepenjang jalan, berhasil juga kami keluar dari kompleks Borobudur dengan selamat tanpa kurang suatu apa. *yaiyalah, memangnya habis perang!*

Nah-nah.. Masalah selanjutnya, ternyata si Michael mengajak kami balik ke Jogja bareng!! Aslinya gak masalah sih, tapi yang buat bingung, mau naik apa? Pakai becak satu, tidak cukup untuk bertiga, tapi kalau dua becak lumayan mahal juga! Untungnya, buat orang kayak aku dan Fida, tidak ada yang tidak mungkin lah.. *hehe, narsizz*

Tahu gak, akhirnya kami naik apa? Yups, gak salah lagi.. Delman gitu loh..!! Hehe.. habisnya kendaraan apalagi yang cukup buat bertiga tapi tetap murah meriah..? Memang kata Michael sih, alat transportasi satu ini termasuk bentuk penyiksaan terhadap hewan. Tapi ya, mau bagaimana lagi.. Mau jalan, gempor aja lo..! Huhuy..

Sampai di terminal.. -apa ya, aku lupa namanya- kita langsung lanjut ke terminal Jombor, Jogja pakai bis kecil. Huwwhhh.. Sudah kecil, sumpek, penuh debu lagi.. Aku bilang saja ke Michael, “Pardon me.. We must use this kind of vehicle.. You won’t find air conditioner here..”
Gak nyangka sama sekali, Michael menjawab, “Gapapa kok.. Aku malah pernah naik yang lebih parah dari ini di Melawai..” *pakai bahasa Inggris sihh, cuma aku lupa kalimatnya, hehe*
“Kapan??” spontan tanya Fida.
“Waktu di Melawai.. aku naik itu tuh..” jawab Michael sambil menunjuk sesuatu di pinggir jalan.
Alamak… Dia menunjuk: truk bak terbuka!! Haha.. Bis ini mah jauh lebih baik dari itu!
Aku dan Fida sama-sama tidak bisa menahan tawa. Pokoknya begitulah, sepanjang jalan kami ngobrol terus dengan posisi Michael duduk di depanku dan Fida, sambil menoleh ke belakang, semoga tidak pegal ya dia >.<.

Suatu saat di tengah perjalanan, aku bertanya, “Michael, do you believe in God?”
“God? Yeah.. Sometimes.. Mmm… I don’t know..” 
Hoo, ya sudahlah.. Aku dan Fida jadi paham batasan Michael dan tidak mengungkit hal privasi lagi.

Tak lama, kami sampai di Terminal Jombor.
“Naik Trans Jogja saja yuk…” ajakku. Di halte, lagi-lagi kami jadi pusat perhatian. Sudah biasaaa…. Hehe.
Aku berdiri. “Da, aku mau tanya ke mas-mas disana ya, rute ke Malioboronya..” Fida hanya mengangguk sekilas.
Setelah mendapat keterangan secukupnya, aku menuju peta Jogja yang tersedia di sana. Eh, tiba-tiba bayangan sosok tinggi menghalangi pandanganku. Aku menoleh.
“Michael, what are you doing here..?”
Dia mengedikkan dagu ke arah Fida. “Fida said, you will tell me the way..” Aku melengos ke arah Fida. Awas ya Da.. Duuhh.. mana belum terlalu mengerti nih aku..

Michael menunjuk peta di depanku. Ia menandai Terminal Jombor dengan telunjuknya. “Are we here now?” Aku mengangguk gelisah. Waduuhh.. Jangan nanya peta dong, aku kan paling gak bisa baca peta..
“Then how is the way to go here..?” Michael menunjuk area pusat kota. Aku gelagapan.
“Mmm… Like this, Michael.. We will.. engg.. use trans by code: 3B from here to Malioboro.. So you can get down there, while I and Fida will go back to Giwangan again, by 3A..” belepotan aku berusaha menjelaskan sebisaku.
Michael mengangguk. Entah mengerti atau tidak.

“Will you go back to this place again?” Tiba-tiba Michael bertanya.
“He-eh,” Memang kenapa? Aku heran.
“You don’t have to accompany me, you know..” Michael sepertinya merasa tidak enak dan takut merepotkan aku dan Fida.
“It’s okay, Michael.. We do like traveling, you know..” hiburku sambil tersenyum padanya.
“Oh.. Thank you very much..” Michael tampak senang banget. Ya iyalah, ada teman ngobrol di jalan kan ya.
Eh, tiba-tiba ada orang di belakangku yang menyeletuk.
“Tuh bule ngerepotin banget sih.. Pakai tanya-tanya segala lagi.. Memangnya gak bisa jalan sendiri, ya?”
Siapa sih? Aku berbalik.
Ternyata cowok pertengahan dua puluhan di belakangku yang dengan pedenya nyerocos gak jelas. Enak saja! Orang aku yang menemani Michael saja gak protes kok!!

Michael, meski tidak bisa berbahasa Indonesia, tampaknya memahami maksud orang itu dari ekspresinya saja. Wajahnya berubah muram.
Ia menggumam. “It’s not my first trip! And I am not a weird man.. I can find my way.. I will not lost, even if I walk alone..”
Duuhh!! Kucoba menghiburnya.
“Yes, I know, Michael.. I do know that you can find your way by yourself.. Let him say what he wants.. Calm down, please..” bisikku.
Ia menggangguk, tersenyum manis ke arahku. “Thank you..” katanya pelan.

Akhirnya trans 3B datang juga. Aku, Fida, dan Michael bangkit untuk bersiap-siap. Iihh.. nyebelinnya, orang-gak-jelas-tadi-itu juga ikutan masuk! Awas saja duduk di sampingku!
Ta-ta-ta! Dia malah duduk di sebelah Fida. Aku sendiri duduk di samping Michael, dan Fida sebelahku. Jadi intinya sih, kami semua duduk sebaris (tahu bentuk trans Jogja kan?).
Lucunya, waktu baru masuk, kami bertiga serempak berseru, “Wow! Air-condotioner!!” Hahaha, sebis langsung menoleh ke arah kami. Uuppsss…

Sepanjang perjalanan, Michael menunjukkan buku-buku panduan pariwisatanya. Komplit juga, malahan ada buku tentang Indonesia yang belum pernah kulihat sebelumnya. Selain itu, Michael juga bertanya banyak sekali hal tentang Islam. Mulai dari kewajiban seorang muslim, pergaulan muslimah dalam keseharian, dan terutama tentang jilbab yang kukenakan.
Aku coba jawab sebisaku, meski terpatah-patah, “Michael.. I wear this veil because it is my need, not because it is an obligation for me.. In Islam, by wearing this, it is not important whether a moslemah has beautiful face or not, she is slim or fat.. or she has dark skin or fair one.. The main thing is her faith.. and her brain… No other..”
Setelah menjelaskan lumayan-panjang-lebar itu sebisaku, alhamdulillah, Michael merespon baik. “Hmm. I think, Islam is nice, Aisyaa…”
Wow! Great… Syukurlah aku tidak membuat buruk citra Islam di matanya.
Sementara itu, Fida sibuk sendiri dengan hapenya. Aah.. palingan telpon dari si-gak-tahu-siapa yang tadi.. *awas, Fida ngamuk!*

Di tengah-tengah perjalanan, kondektur Trans tiba-tiba bertanya, “Mbak, tuh bule siapanya sih? Teman SMA ya?” Aku sempat kaget. Apa?? Teman SMA? 
“Enggak tuh, Pak..” Michael memandangiku, pasti dia penasaran habis. 
Pak kondektur rupanya belum puas. “Terus, teman kuliah??”
Haha.. apalagi ini! “Bukan juga tuh, Pak..”
Pak kondektur masih ngotot juga.. “Terus?”
Tanggung ah, kujawab saja jujur,”Ketemu di jalan, Pak..”
Wakakak.. Gak nyangka, ternyata sebis pada ketawa semua!! Dengerin ya mereka dari tadi ternyata..

Michael tak sabar lagi, tanyanya,”What did he say? Why are they laughing??” Aku tertawa kecil.
“He asked where I met you.. So I answered honestly that we met in the middle of our way… But I don’t know why they laughed..” Pura-pura gak paham saja lah, haha..
Michael hanya menggumam pelan. “Ohhh….”

Tapi rupanya Mr. Kondektur itu belum puas juga. Kali ini ia bertanya ke Michael langsung.
“Bisa Bahasa Indonesia gak Mister…?”
Michael menoleh ke arahku. Bingung.
Aku berbisik. “He asked, can you speak Indonesian? To make it easy, in my opinion, I think it's better if you say ‘yes’ to all his questions okay…” Huhuy, sorry Michael, aku ngajarin gak benar.. Habis, bingung juga…

Untungnya Michael cepat tanggap. Ia mengangguk sambil tersenyum ke arah pak kondektur yang menanti jawabannya.
“Waahh.. Hebat!! Jadi kita bisa ngobrol dong, ya…”
Aku menutup mulut, menahan tawa. Michael berusaha menutupi kebingungannya.
“Oh iya, Mister suka sepakbola, gak?”
Michael menoleh ke arahku sekilas, lalu cepat-cepat mengangguk.
Aku ketawa geli.
“Sudah, ah Pak.. Teman saya bingung tuh jadinya..” Lama-lama aku kasihan juga melihat Michael mengangguk-angguk terus seperti itu.

Pak kondektur tampak belum puas.
“Sekali lagi deh, Mbak..”.
“Tapi pakai Bahasa Inggris ya, Pak.. Dia agak bingung kalau dengar kalimat Bahasa Indonesia yang njelimet,” Pak kondektur mengangguk.
“Ya.. saya usahain dikit-dikit, deh Mbak.. Eh, Mister, that woman over there your friend or not?” tanyanya sambil menunjuk cewek bule yang duduk di pojokan bus. Loh, kok aku tidak melihatnya ya dari tadi?
Tapi yang paling membuatku kaget, waktu Michael menjawab, “No, she is not my friend.. I don’t know her.. But, it is my friend beside me.. Her name is Aisya..” jelas Michael sambil tersenyum ke arahku.

Aku tertegun sejenak. Lho? Kok bisa-bisanya dia bilang begitu ya? Terharu! Aku senyum-senyum sendiri. “Yeah.. I am his friend..” balasku sambil tersenyum.
Serentak semua orang di bus memandang kami. Ada yang terkejut, heran, bahkan tampak kagum. Waaa.. aku jadi malu!

Tak berapa lama, Pak Kondektur kembali bersikap formal menjalankan tugasnya.
“Penumpang sekalian, sebentar lagi kita akan memasuki kawasan Malioboro I. Bagi yang hendak turun di pemberhentian ini, harap bersiap-siap dan memeriksa barangnya kembali. Jangan sampai ada barang yang tertinggal. Kami ulangi…”
Aku menoleh ke arah Michael.
“Michael.. It’s your turn to get down here..”
“Oh yeah? It means we’ll pass our own way afterward?”
Aku mengangguk. Sedih juga sih, tapi mau bagaimana lagi..

Kusenggol Fida pelan. “Ssstt.. Michael dah mau turun tuh..”
Fida buru-buru menutup hapenya. “Masa? Yah, kok cepat banget..”
“Kamu sih sibuk sendiri dari tadi.. Ntar deh kuceritain, seru loh tadi..”
Fida memajukan tubuhnya melewatiku, menghadap ke arah Michael.
“You get down here, Michael?”
Michael mengangguk, sambil membereskan barang-barangnya.

Setelah siap, ia berdiri di depan kami. Halte Malioboro sudah tampak di depan mata. Diulurkannya telapak tangannya ke arahku. Kurasakan seisi bus memandang dalam diam.
Aku menghela napas. Kulirik Fida, ia mengangguk, memahami isyaratku.
“I beg your pardon, Michael..” Kutangkupkan kedua tangan di depan dada. “But I can’t hold your hand, as I told you just now..”
Michael -tak kusangka sama sekali- justru tersenyum lebar memamerkan gigi-giginya yang putih bersih. Diangsurkan tangannya ke dada. “I see.. I do understand, Aisya..” katanya.
Aku bertukar pandang dengan Fida. Masya Allah.. Seuntai hikmah pergaulan dalam Islam kembali kupetik. Ternyata mengaplikasikan permasalahan mahram tak sesulit yang kusangka.

Saat pintu bus terbuka, Michael segera berbalik. Melangkah tegap keluar bus.
“Cha, bukannya kita juga turun di sini ya, terus oper 3A?” Fida mengingatkanku.
“Oh iya.. Lupa!!” Spontan kami berdiri, beranjak ke pintu yang untungnya belum tertutup.
Sejenak aku berbalik. “Dadah, Pak.. Sampai jumpa lagi.. Assalamualaikum semua..” pamitku pada seisi bus plus pak-kondektur-gokil tadi. Ia tampak antusias.
“Iya, Mbak.. Ati-ati di jalan ya.. Salam buat temannya.. Bilang jangan bosan-bosan main ke Jogja..” Aku mengangguk saja sambil tersenyum geli.
Fida menyikutku. “Apaan sih?”
“Bukan kamu lagi, Da.. Michael tuh..”
Fida masih belum paham. “Sudah ntar aja..” Kutarik Fida keluar bus.
Tak berapa jauh, kulihat Michael berhenti di dekat tukang jualan samping halte. 
“Da, Michael masih di sana, tuh.. Panggil gih, say ‘wish you luck’ atau apaaa.. gitu…”
Fida tak menyia-nyiakan kesempatan.
“Michael…!!!” panggilnya.

Michael celingukan, mencari asal suara. Aku melambaikan tangan.
“Hi..” Michael langsung menghampiri halte. “You get down here, too..?” tanyanya sambil bertelekan ke besi pegangan halte.
“He-eh.. I forgot it just now..” Aku nyengir malu.
Michael meletakkan tasnya ke tanah. “You’ll continue your way from here?” tanyanya.
Fida mengangguk. “Yes, by 3A..”
“Okay, I’ll wait for you here..”
Aku menggeleng tegas. “No way.. You don’t have to do it, you know.. Continue your way, please..”
Michael tampak ragu. “Thank you, but you may go…” lanjutku.
Fida menambahkan,”Find your way.. but don’t ever forget us, okay.. It’s enough like that..”

Akhirnya Michael luluh juga. Dia melambaikan tangan. “Good bye.. Aisya.. Fida.. I hope we can meet again..”
“Me too.. Be careful., Michael… ” kataku dan Fida bersamaan.
“I will..” janjinya. “And thank you for everything..”
Michael kembali mengangkat tas-tasnya yang besar, melangkah ke depan tanpa berbalik lagi. Hhh.. Kurasakan setitik hampa. Yah, setelah ini perjalanan akan kembali seperti semula..
“Sudah, gapapa..” hibur Fida melihatku termenung.
“Kan kapan-kapan kita bisa main ke sini lagi, ketemu orang-orang lain lagi..”
“He-eh..”

Bus pun tiba. Dengan semangat baru yang meluap di dada, aku dan Fida berjalan memasuki bus yang sudah kami tunggu-tunggu, sambil menyimpan memori liburan yang berharga sore itu. Jogja.. See you!!!

-TAMAT-

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)