GURU HARUS KREATIF

Kemarin aku mengajar kelas satu. Setelah menulis soal-soal latihan di papan tulis, aku mulai berkeliling memeriksa hasil pekerjaan mereka.
Beberapa saat kemudian, kuputuskan untuk beristirahat, menghenyakkan diri sejenak di bangku guru.
Tiba-tiba seorang santri mengacungkan jari.
“Ustadzah.. Dina nakal, nih, Ustadzah…!!” serunya.

Aku memperhatikan anak yang ditunjuknya. “Ada apa, Nak..?”
Aku bangkit, menuju bangkunya.
“Masa kata dia, pacaran itu enak coba, Ustadzah.. Bohong kan, Ustadzah..???!!” protesnya sambil menunjuk temannya.
Aku kaget, kucoba menahan tawa. ‘Apa-apaan sih anak-anak ini…???’ batinku geli.
“Benar kamu bilang begitu, Din?” kucoba bertanya dengan nada sewajar mungkin.
“Iya, Ustadzah.. Emang enak kan, Ustadzah.. Kata kakak ana gitu.. Ustadzah sendiri, pernah pacaran, gak??” Dia balik bertanya. Aku terhenyak. ‘Duuhh… Aku harus jawab gimana?’ Aku benar-benar dibuat pusing dengan pertanyaannya satu itu.

Apalagi kulihat para santri yang lain mulai tertarik untuk memerhatikan percakapan di luar materi pelajaran ini. Semua mata kurasakan memandangku. Aku coba tak ambil pusing.
Sebelum menjawab, kuhela napas panjang sambil mengucap basmalah dalam hati.
“Anak-anak.. Siapa yang sudah pernah belajar Tafsir…?”
Semua mengacungkan tangan.
“Terus siapa yang pernah dengar ayat yang bunyinya, ولا تقربوا الزنا...?” aku coba memancing mereka.
Tinggal beberapa anak saja yang tetap mengacung.

“Nah, coba anti, ya, yang pakai kacamata.. Apa terjemahan ayat yang ustadzah sebut tadi..?”
“Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina, Ustadzah..”
Aku mengangguk. “Pintaaarr….” pujiku.
“Jadi...” Aku mengedarkan pandang kesekeliling kelas. Bagus, semuanya masih serius menyimakku.
Aku kembali ke bangkuku di depan kelas.

“Menurut antunna, pacaran itu ngapain aja?” Kucoba mengajak mereka berdiskusi.
“Ana, Ustadzah.. Ana...” Mereka berebut menyampaikan pendapat masing-masing.
Kutunjuk salah satu dari mereka.
“Kalo menurut ana, Ustadzah.. Pacaran itu.. jalan bareng-bareng.. kemana-mana bareng-bareng… Trus ada yang nraktir kita, nemenin belanja.. Enak deh, Ustadzah…” jelasnya penuh semangat.
Aku tersenyum simpul. Kupilih satu anak lagi.
“Kalau menurut anti?” tanyaku.
“Emmm… Kalo di tivi, pacaran itu.. pegangan tangan, peluk-pelukan.. gitu-gitu deh, Ustadzah..”
“Huuu…!!!” Koor anak-anak serempak bergema seantero kelas.
Aku berdecak. Ckk..ckk.ckk.. Anak zaman sekarang..

Kulanjutkan moderasiku. “Sekarang Ustadzah tanya, menurut antunna, siapa yang bakal diuntungkan kalau seorang wanita dipegang-pegang atau dipeluk-peluk seperti itu..? Dan siapa juga yang akan dirugikan?”
Mereka tampak bingung.
“Maksudnya bagaimana, Ustadzah??”
Aku ikut bingung. Waduuhh.. apa bahasaku terlalu tinggi ya untuk ukuran mereka… Hhh.. aku tidak boleh menyerah!!
“Jadi begini, siapa yang bisa menyebutkan apa untungnya bagi wanita kalau dipegang-pegang seperti itu..??”
Kening-kening di hadapanku berkerut.
“Aku tahu, Ustadzah.. Aku tahu..” seorang santri mengacung.
Kupersilahkan ia menjawab.
“Kan enak, Ustadzah.. Ada yang nyayangin kita, merhatiin kita.. Kan meluk-meluk itu berarti sayang sama kita, ya kan Ustadzah..”
Hmmm… Seperti biasa, betapa banyak yang berpikir semacam itu..

“Seperti ini, Ukhti.. Rasa sayang itu bisa kita dapatkan dari berbagai sumber.. Orang tua, misalnya.. Apa yang kurang coba, dari ungkapan rasa kasih dan perhatian beliau pada kita.. Bahkan sebenarnya kalau kita mau, orang tua bisa jadi sahabat kita yang paling dekat, lho…” Kucoba mengalihkan arah pembicaraan supaya tak berlarut-larut.
“Kok bisa..?? Gimana caranya, Ustadzah…??” Yesss… Berhasil juga misiku!!
“Caranya… Coba deh, kalau ada masalah, cerita ke orang tua, minta pendapat.. Insya Allah solusi yang diberikan akan sangat memuaskan.. Kenapa? Karena orang tua itu sudah banyak pengalaman hidup.. jauuuhhh lebih banyak daripada kita dan teman-teman yang biasa kita curhatin, ya nggak??”
Mereka mengangguk-angguk setuju. Alhamdulillah…

“Tapi, Ustadzah.. Orang tua ana gak bisa diajak ngobrol kayak gitu…” seorang santri di pojok menggumam sedih.
Aku menghela napas. Memang terkadang gak mudah sih..
“Begini, Ukhti… Kalau kita bisa menganggap orang tua kita teman sendiri, sebaliknya pasti juga begitu.. Karena perasaan seseorang akan terbias, langsung ke dalam hati orang yang bersangkutan.. Bisa dipahami, tidak..?”
“Enggak, Ustadzah…”
Gubrraakkk!!! Haha, memang susah dipahami sih, ya kata-kataku barusan..

“Mmm… coba sekarang, kalau ada orang yang gak suka sama anti, anti bisa ngerasa gak?”
Dia tampak berpikir.
“Bisa deh kayaknya, Ustadzah.. “
“Nah.. Begitu juga orang tua kita.. Kalau kita terbuka pada orang tua, begitu pula orang tua akan care sama kita.. Begitu..”
“Oh, begitu ya, Ustadzah.. Ngerti deh sekarang..” Ia tersenyum senang. “Jadi, sekarang ana mau coba curhat sama beliau ya, Ustadzah..”
“Iya, bagus itu..”

Teng… Teng… Bel tanda akhir pelajaran berdentang nyaring.
“Yaaaahhhh… Kok udah jaros sih, Ustadzah…” Mereka tampak belum puas.
“Terus, Ustadzah.. Soal pacaran tadi gimana, Ustadzah..” O-ow! Rupanya mereka masih ingat pembicaraan awal tadi..
“Yaa.. Soal itu.. Sebenarnya ya akhawati.. Pacaran itu dilarang oleh agama kita, Islam.. Mengapa? Karena begitu banyak mudlorot atau bahaya di dalamnya.. Salah satunya, karena pacaran itu aktivitas yang mendekati zina.. Kok bisa? Karena…”
“...setan tak pernah bosan berusaha menjerumuskan hamba-hamba Allah.. Yang awalnya hanya pegangan tangan saat berduaan, bisa berkembang jadi pelukan… dan begitu selanjutnya.. Itu karena kita mendobrak batas-batas yang telah ditetapkan Allah.. Jadi..” Kuhentikan khutbah dadakanku.
“Kita gak boleh pacaran…!!” Mereka kompak melanjutkan. Bagus.. Hebat, anak-anak!!
“Nah, sudah paham sekarang? Pilih mana, senang-senang di dunia yang fana, atau bahagia selamanya di akhirat nanti karena disayang Allah..??”
“Di akhirat, Ustadzah…”
“Nah, sekarang masih mau pacaran?” Kulayangkan pandangku ke santri yang pertama bertanya padaku tadi.
Ia menggeleng mantap.

Hhhhffhh… Selesai juga akhirnya, satu jam pelajaran yang jadi melenceng dari seharusnya ini.
Tapi yah, setidaknya aku tidak meninggalkannya sia-sia.. (bagiku sih!) dan semoga saja apa yang berusaha kutanamkan ini bermanfaat bagi mereka..

PENTING: Sebenarnya sih mengobrol saat jam pelajaran sama sekali tidak baik.. Tapi, kadang bingung juga ya, kalau menghadapi situasi seperti ini. Walakhir, semuanya.. terserah anda…^_^

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)