BU IYAH

Pernahkah anda membayangkan bahwa di usia renta nanti anda harus bekerja membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidup? Memeras keringat siang malam seorang diri? Apakah yang akan anda rasakan? Kesedihan atau keputusasaan? Atau bahkan penyesalan akan nasib yang menghadang tanpa perasaan?

Rasanya kita perlu belajar banyak dari seorang ibu tua di salah satu desa di Ngawi yang saya temui. Ibu Iyah, nama panggilannya, telah bertahun-tahun ditinggal anak dan suaminya. Beliau tinggal seorang diri di rumah kecil berdinding papan, bekerja sekuat tenaga demi sesuap nasi. Hari demi hari dilaluinya dengan mencari bilah-bilah kayu kecil yang lantas diserutnya hingga dapat dijual. Dari penghasilannya yang tak seberapa inilah, Bu Iyah menghidupi dirinya sendiri.
Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah keriangan dan ketulusan yang dimiliki beliau. Tak sedikitpun beliau mengeluh atas nasib yang menderanya. Justru senyum yang tak pupus menghiasi wajahnya yang lelah.

“Saya ini sudah cukup seperti ini, Mbak.. Bisa makan, bisa hidup..” katanya pada penulis dalam bahasa Jawa yang kental. “Gusti Allah sudah memberi saya banyak, rezeki dan kesehatan..”

Subhanallah.. Rasanya batin seperti terpukul telak saat mendengarnya. Betapa kita sering mengeluhkan penghasilan yang sedikit, harga sembako dan BBM yang terus melambung, dan nasib yang tak berubah. Namun Ibu Iyah dengan badannya yang telah renta, mengajarkan kita dalam gigihnya, bahwa kesyukuran tak boleh sekalipun lepas dari diri kita. Apapun yang telah dianugerahkan Allah SWT, sepanjang kita masih berusaha, adalah karunia-Nya yang terindah bagi kita.


Terima kasih Bu Iyah.. Engkau telah memberikan pelajaran berharga. Semoga kami dapat meneladaninya..

Komentar

Anonim mengatakan…
Subhanallah....
salam ukhuwah dari CeLoteh ALa FaceBOOK
Asri Aisyah El Zahra mengatakan…
Alhamdulillah.. Salam juga.. Moga bermanfaat..^_^

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)