TOKO BUKU NGAWI
Suatu hari, aku belanja di toko buku kecil di Ngawi. Pas baru masuk, tepatnya melangkahkan kaki, entah darimana ada suara: WELCOME to blablabla. Wuiihh… Aku sempat kaget juga tuh. Terus pas aku tanya Kamus Oxford, bapak penjualnya langsung menjawab, “Yeah, that is over there! Yes, on the back side… Right!” ??? Otomatis aku tercengang bengong kayak orang bloon. Toko kecil begini, penjaganya menggunakan bahasa Inggris dengan aksen yang sangat bagus?
Ternyata itu belum seberapa teman-teman.. Sewaktu melihat-lihat buku lain, bapak penjual bertanya: “Artinya ‘kamu anak keberapa’ apa ya, Mbak? Kan kalo jawabnya kaya I am the third child, trus pertanyaannya bagaimana, Mbak?”
Aku agak ragu plus linglung menjawab, “Kalo tidak salah sih, teman buleku pernah nanya begini deh, Pak, ‘Which child are you in your family?’ begitu Pak.”
Bapak tampak belum puas.
Katanya, ”Bukannya kalau ‘which’ itu terlalu umum ya, Mbak.. Bisa cakep, jelek, pintar, dll…”
Aku makin pusing. Kritis juga nih bapaknya..
Ya sudah, akhirnya aku bilang, “Ya, setahu saya begitu Pak.. Kurang lebihnya ya kurang tahu juga hehe. Oh iya, Pak.. Bisa dibayar di mana ya ini?” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Bapak akhirnya mengalah.
“Di sana, Mbak..” tunjuknya.
Aku menoleh. Ada dua cowok cakep lagi mengobrol. Kudekati perlahan.
“.. Kita harus selangkah lebih maju,” Cowok A tampak serius sekali. Diam-diam aku menguping. Hehe.. Habis kedengaran sih..^^
“Oleh sebab itu paradigma kita harus diubah..” cowok B menimpali.
Cowok A tidak mau kalah. “Yang terpenting sekarang mematangkan prospek ke depannya dulu, Bung!”
Lama-lama aku tidak sabar lagi. Hhh.. Bukannya pembeli adalah raja ya? Enak saja aku dicuekin selama ini!
“Mas..”
Dua cowok itu tetap mengobrol seru.
Kuangkat suaraku.
“Mas.. Saya mau bayar, nih!”
Cowok A menatapku. Huff.. Akhirnya..
Tapi, ups! Ternyata kesabaranku masih harus teruji, saudara-saudara. Dengan cueknya, dia hanya mengulurkan tangan.
“Mana?” Ggrrrhhh..!! Gemas sekali aku!
Kuserahkan Oxford kecil plus 2 notebook ke tangannya. Yang paling bikin sebal, sempat-sempatnya di tengah menghitung harga, cowok A melanjutkan ucapannya ke cowok B. Cepat-cepat kupotong.
“Berapa, Mas?”
Cowok B menjawab, ”Rp 27.500,00 Mbak..”
Kuserahkan selembar lima puluh ribuan.
“Ada uang pas?”
Aku menggeleng.
Cowok A berinisiatif, ”Tunggu sebentar..”
Sesaat kemudian, ia kembali sambil menyerahkan uangnya padaku. Buru-buru kumasukkan ke dompet, lalu beranjak pergi.
“See you next time, Miss..” Suara bapak setengah baya mengagetkanku. Kubalikkan badan.
“Insya Allah Pak..” Huu.. Padahal dalam hati aku bertekad untuk tidak ke sana lagi.
Belum habis kagetku, saat melangkah keluar, lagi-lagi ada narasi elektronik menggema.
“Thank you for…” bla-bla-bla entahlah tepatnya apa! Aku langsung mengelus dada kaget.
Gawat! Lebih lama lagi disana, aku bisa jantungan atau darah tinggi nih.. Fyuhh..
Sesampai di luar, aku menghela napas panjang. Macam habis nonton film horor saja, hehe…
Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, hebat juga sih toko imut itu. Sudah bapak penjaganya cas-cis-cus Bahasa Inggris, mas-mas kasir bicaranya intelek banget. Wuiihh.. Tumben-tumbenan tuh di tengah kota Ngawi yang mayoritas Boso Jowoan semua.. Salut! ^^
Komentar