PERTANYAAN

Suatu pagi, di sebuah kelas, seorang guru bertanya pada muridnya.
"Siapa yang bisa menjelaskan pada bapak, apa itu pendidikan?"
Beberapa anak berebutan mengacungkan tangan.
"Ya, coba kamu, kacamata pojok!" tunjuk sang guru.
Siswi yang ditunjuk tampak gembira. Dengan resah dirapikan jilbabnya, bersiap menunjukkan aksi terbaiknya.
Ia berdehem sejenak.
"Pendidikan itu.. Mmm… pendidikan itu… adalah.. Hmmm…" mendadak ia kehilangan kata-kata yang telah susah payah disiapkannya. Rupanya ia demam panggung begitu menyadari pandangan lekat guru dan teman-temannya.
"Apa?" sang guru bertanya, sambil melirik jam tangan besar yang melingkar di pergelangan tangannya.
Keringat dingin mulai mengucur di kening siswi berkerudung itu. Ia menyesal telah mengacungkan tangan.
Terdiam akhirnya ia, di pojok merapatkan diri ke dinding kelas yang kusam. Beberapa temannya menatapnya dengan pandangan melecehkan. Sebagian lain, terutama yang tadi ikut mengangkat tangan, saling berbisik.
Mata gadis itu memerah, sewaktu-waktu air matanya dapat mengalir. Satu hal yang mungkin, sama sekali tak disadari sang guru.
"Kenapa diam??? Tidak bisa menjawab? Lalu kenapa tadi kamu mengacungkan tangan haaahhh?? Menghabiskan waktu yang lain saja!"
Akhirnya, bendungan itu jebol juga. Dua matanya dipenuhi air mata. Ia berjanji pada dirinya sendiri, untuk tak akan pernah mencoba menjawab apapun lagi.

***

Siang yang panas, waktu yang tepat untuk istirahat. Namun sekumpulan mahasiswa itu berkumpul di kelas mereka, melakukan presentasi rutin.
Bangku-bangku tertata rapi, dipisahkan oleh jarak antara mahasiswa putri dan putra.
Di depan kelas, enam siswa berderet menghadap teman-temannya. Ya, merekalah pemateri pada saat itu.
Sementara di sampingnya, duduk seorang dosen pengampu mata kuliah itu. Diam memerhatikan jalannya presentasi.
Suatu saat di tengah penjelasan materi.
"Jadi, teman-teman, sosiolinguistik adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari suatu bahasa yang digunakan oleh masyarakat….."
"Apakah ada bahasa yang tidak digunakan oleh masyarakat?" Sebuah suara bariton menyela. Semua kepala menoleh ke arah yang sama. Sang dosen kembali bertanya, "Ada tidak?"
Semua mahasiswa serempak menjawab, "Tidak ada…."
"Jadi, penjelasan tadi benar atau tidak?"
"Salaaaahhh…" Ledakan tawa menggema.
Semua pemateri tertunduk malu, terutama mahasiswa yang sedang memberikan keterangan. Ia menutup mulut rapat-rapat. Hatinya membeku.

***

Pernah dengar istilah, guru digugu dan ditiru? Dalam konteks seperti di atas, bagaimanakah peran seorang guru? Haruskah ia menghentikan semangat muridnya, hanya karena ia membutuhkan motivasi dan waktu yang sedikit lebih lama? Atau layakkah seorang dosen menghancurkan kredibilitas mahasiswa di depan teman-temannya, tepat saat ia berusaha semampunya untuk menjelaskan? Maka bisakah hal ini disebut sebagai 'PEMBUNUHAN KARAKTER'?"

#sebuah pertanyaan, bukan pernyataan

PS: menurut Wikipedia (dengan perubahan), istilah 'pembunuhan karakter' berarti perilaku atau usaha-usaha untuk mencoreng reputasi seseorang. Tindakan ini dapat meliputi pernyataan yang melebih-lebihkan atau manipulasi fakta untuk memberikan citra yang tidak benar tentang orang yang dituju. Pembunuhan karakter merupakan suatu bentuk pencemaran nama baik dan dapat berupa argumen ad hominem. Pembunuhan karakter dapat mengakibatkan reputasi orang tersebut menjadi rusak di depan publik, terhambat karirnya serta akibat yang lebih besar lainnya.

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)