JEJAK MIMPI (BAGIAN 5 : KELILING SINGAPURA - HABIS)


Setelah dua hari, aku banyak sekali belajar hal-hal tentang Singapura dari sudut pandangku. Kuakui, aku bukan tipe backpacker yang sibuk menjelajahi tempat-tempat wisata dari jam ke jam. Aku lebih suka tinggal di satu tempat untuk beberapa lama, menikmati udara dan suasananya, kemudian menulis pandanganku mengenai tempat itu. Mungkin ini tampak aneh, namun bagiku, merasakan kultur budaya sekitar lebih penting. Menurutku, ini masalah selera saja.

Lagipula, Singapura yang kelihatan semakin kecil dari hari ke hari, telah habis kujelajahi. Rasanya, sudah waktunya bagiku untuk pergi. Aku ingin menghirup atmosfer baru, di negara selanjutnya. Maka sebelum itu, aku akan mengabadikan perasaanku tentang saat ini.

Aku suka tinggal di Singapura. Hawanya enak. Cuacanya segar, udaranya bersih. Warganya baik, tertib, dan tidak mencampuri urusan orang lain, namun ada saat dibutuhkan. Kendaraan umum juga nyaman. Terlebih, tidak ada asap rokok dan bau-bau aneh. Secara garis besar, aku sangat menyukai tempat ini. Fasilitas untuk difabel (warga berkebutuhan khusus) pun amat lengkap di sini. Di tiap lantai MRT, ada lift khusus untuk difabel. Di pinggir tiap jalan, ada trotoar besar. Penyeberangan juga amat aman dan tertib. Saat lampu hijau untuk menyeberang, siapapun bisa menekan tombol penyeberangan di tiang bila butuh waktu lebih. Penyeberang dan pejalan kaki selalu diutamakan di jalanan. Di masjid-masjid, tersedia kursi-kursi bagi yang membutuhkan. Aku biasa melihat seorang dengan kursi roda bepergian sendiri dengan MRT, atau salat berjamaah di masjid bersama yang lain. Tenang sekali rasanya.

Namun demikian, aku jauh lebih cinta negeriku sendiri, Indonesia. Di Indonesia, semua berbahasa yang sama, bahasa Indonesia. Satu bangsa, satu negara. Meski beragam suku, dengan wilayah yang teramat luas (baru kusadari dengan jelas kini, betapa besarnya Indonesia), Indonesia bisa menyatukan seluruh wilayahnya. Rasa kebangsaan memang perlu diagungkan kembali, tapi bagiku sekarang, mengurus negara sebesar itu, pasti tidak mudah. Mengatur pemerintahan, gaji, sumber daya, dan segala macamnya di negara sebesar Indonesia, pasti butuh usaha luar biasa. Aku sangat bangga pada negeriku. Sumber daya yang begitu beragam, daerah yang luas biasa indah, keramahan para penduduknya, dan terlebih, makanan yang amat lezat! Indonesia tetap yang terbaik bagiku. Aku makin cinta, aku amat sangat cinta, Indonesia.

Terima kasih, Singapura, dan segalanya. Karena inilah, aku bisa makin mencintai Indonesiaku, yang sebelumnya tak begitu kupedulikan, bahkan terkadang kuremehkan. Aku akan kembali ke Indonesiaku, menjadi orang yang sama sekali berbeda. Aku akan menjadi anak Indonesia yang mencintai negaranya, dan karena itu, berjanji akan berjuang yang terbaik, untuk memperbaiki dan membangun kedigdayaan bangsaku, negaraku. Indonesiaku.

Maka karena perjalanan inilah, aku memahami arti “nasionalisme”.

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)