LANGKAH PERTAMA
Semua
itu akan kumulai lewat perjalananku keliling dunia. Perjalanan yang sudah
kurencanakan belasan tahun yang lalu. Sebuah perjalanan untuk mencari jati diri,
perjalanan untuk menemukan kepingan-kepingan mozaik diriku yang hilang. Dan perjalanan
itu tak akan usai. Sampai aku mati.
***
“Aku ingin keliling dunia...”
Tak seorangpun memedulikan ocehan anak itu. Anak
kecil yang tak tahu apa-apa bagi mereka. Anak kecil dan mimpinya yang terlalu
muluk. Anak kecil dan mimpinya yang, menurut mereka, akan lenyap perlahan
seiring masa.
***
Anak itu sekarang sudah memasuki sekolah
menengah. Tak seperti anggapan orang, mimpinya justru tumbuh semakin besar. Sekarang,
mimpi itu menjelma bunga yang kerap menemani tidur lelapnya.
“Aku ingin keliling dunia!!!”
Kata-kata yang terus menerus diulang oleh anak
itu, di setiap harinya.
Ia tak tahu bagaimana caranya. Lagipula, ia
hanya seorang anak biasa yang tak terlampau kaya, bukan pula anak tunggal di
keluarganya, dan tak memiliki saudara selain di negaranya tercinta, Indonesia. Ia
hanya tahu entah dengan cara apa, ia akan mengelilingi dunia, melintasi
berbagai benua, dan mengunjungi banyak sekali negara. Ia sungguh tak pernah
memikirkan caranya, ia hanya yakin, haqqul yaqin, bahwa ia akan berhasil
mencapai mimpinya.
***
Status mahasiswa sudah disandangnya. Sejenak mimpi
itu menghilang dari benaknya. Ia lupa. Sungguh lupa. Hari-harinya hanya
dipenuhi dengan kuliah, canda tawa, organisasi, dan lomba-lomba. Mimpi itu tersimpan
entah dimana.
***
“Hai, lama tak jumpa...”
Pertemuan dengan seorang kawan lama
membangunkannya. Kawan yang sudah pergi ke China berulang kali, menggugah
kesadaran akan tekadnya.
“Aku ingin keliling dunia!!!”
Kata-kata itu kembali menggedor bilik
ingatannya. Matanya perlahan terbuka. Ia ingat lagi apa tujuan hidupnya.
***
Semua
perjalanan dimulai dengan satu langkah pertama. Begitu juga dengan perjalananku
kali ini. Perjalanan yang telah menghantui tidurku, merasuk ke seluruh sum-sum
tulangku, dan menjadi cita-cita terbesar dalam hidupku.
Tetapi
bukan. Langkah pertamaku bukanlah jejak kaki menuju bandara, ataupun ketika memasuki
pesawat terbang perdana. Langkah pertamaku adalah langkah yang kuambil saat
memutuskan untuk menghidupkan kembali mimpiku yang sempat terkubur. Satu langkah
menuju kantor imigrasi itu. Ya. Itulah langkah pertamaku untuk mencapai mimpi.
Komentar