AKU
Ada seseorang yang padanya, aku ingin sekali berterima kasih. Darinya aku
belajar, bahwa menulis itu mudah sekali. Seperti curhat pada diri sendiri.
Pak Hernowo namanya, seorang dengan banyak tulisan dan cita-cita mulia.
Buku pertama beliau yang aku baca adalah ‘Mengikat Makna’. Kemudian ‘Andaikan
Buku Itu Sepotong Pizza’, dan banyak lagi lainnya. Semuanya indah. Disajikan
dengan menarik sekali. Mudah dipahami. Aku bersyukur telah berkenalan dengan
beliau ini.
Sedikit banyak, gaya tulisanku terpengaruh ajaran Pak Hernowo tentang
menulis. Tulisanku hampir selalu dimulai dengan ‘Aku’. Bila materi tulisan
serius dan ditujukan untuk pembaca formal, aku akan menggantinya dengan ‘Saya’.
Tapi tetap saja, berasal dari sudut pandang orang pertama.
Cara itu amat mempengaruhiku. Menulis jadi mudah, sebab bagai sedang
bercerita. Aku begini, dan aku begitu. Kisah yang kusampaikan pada diri
sendiri. Tak peduli apakah orang lain membacanya atau tidak, aku sendiri
menikmatinya. Kenanganku abadi, aku jadi bangga pada diri sendiri.
Bila macet di tengah jalan, aku selalu bertanya pada diriku. Apalagi, ya?
Setelah ini, kamu mau apa? Maka diriku akan menjawabnya, dan kembali menulis. Tak
sekalipun putus asa. Sebab aku menulis dengan bahagia.
Saat menulis, aku pun jadi tidak tergesa-gesa. Santai, penuh penghayatan.
Kadang tersenyum kecil atau meringis. Kadang sambil tersedu dan menangis. Aku
menulis dengan sepenuh jiwa.
Pak Hernowo, terima kasih. Kuharap suatu saat, kita bisa bertemu, dan aku
bisa menyampaikan betapa bersyukurnya aku, dapat kesempatan untuk belajar
darimu.
Komentar