KUCING
Aku belajar banyak hal dari hewan satu ini. Hal-hal yang pasti akan ditolak
mentah-mentah oleh mereka yang menganggapnya hewan paling berbahaya di dunia.
Termasuk begitu banyak orang di sekitarku.
Baiklah, dimulai dari kebiasaan-kebiasaannya. Tahukah kalian kenapa ia
sering menjilat badannya? Itu karena ia pergi kemana-mana dan bersentuhan
langsung dengan banyak kotoran. Ia merasa risih badannya kotor, maka ia selalu
berusaha membersihkan tubuhnya. Ia tahu air adalah sumber bakteri, maka ia menggunakan
lidah dan ludahnya untuk mandi, alih-alih menceburkan diri ke genangan air,
misalnya. Lidah kucing memiliki permukaan-permukaan tebal dan kasar yang bisa
dipakai untuk bersuci, beda dengan kita. Ludahnya juga mengandung
enzim pembersih yang tidak ada di tubuh manusia. Jadi cukup dengan menjilat tubuhnya,
ia akan bersih kembali. Terhindar dari bakteri-bakteri yang tadi
mengelilinginya. Bukankah sampai sini, sudah luar biasa? Kita saja, tak
serajin itu dalam melakukannya. Dan tak sedetil itu pula. Kalau kalian pernah
melihat kucing mandi, kalian akan tahu ia tak main-main. Ia serius membersihkan
semua inci tubuhnya, tanpa terkecuali. Terutama kucing yang dipelihara dan
punya banyak waktu juga energi untuk melakukannya.
Ia juga tahu bahwa kotorannya bisa berbahaya, maka ia cenderung menggali
dalam dan menimbunnya. Untuk kucing rumahan, ia akan menggunakan pasir yang
disediakan dan normalnya takkan buang air sembarangan. Beberapa kucing yang tak
menutup kotorannya lalu ramai-ramai dihujat dan disalahkan, seyogyanya
menyadarkan kita akan satu hal. Dulu, saat rumah tak sebanyak sekarang, dan
tanah bukan hal yang langka, kucing akan dengan tenang membersihkan diri. Saat
ini, tanah makin jarang, orang ramai lalu lalang, bagaimana ia akan tenang membuang
hajatnya lalu menutupnya rapat-rapat? Dunia sudah tak bersahabat lagi padanya.
Dan tetap, kucing yang bersalah. Bukan manusia. Tak pernah manusia.
Kucing pun sejatinya adalah predator luar biasa. Ia bisa menangkap serangga
hingga mamalia. Bila dipelihara di rumah, kehadirannya biasanya mampu mengusir hama-hama seperti kecoak dan tikus yang merajalela. Hanya saja, banyak kucing diberi makan yang tak seharusnya.
Protein berganti berkilo-kilo karbohidrat yang tak ia butuhkan. Badannya jadi
berat. Ia tak bisa lihai lagi melompat. Manusia lagi-lagi menyalahkannya dan
menghakiminya sebagai hewan yang malas. Ah, entahlah. Manusia memang selalu
benar.
Namun yang paling parah, dan sedang marak saat ini, adalah keberadaan
kucing yang meneror kehidupan para manusia, khalifah di dunia. Bulunya beracun,
membuat mandul. Menggugurkan kandungan. Membuat asma. Dan lain sebagainya. Kucing
adalah hewan yang amat sangat berbahaya. Ia harus diusir dan dibinasakan,
ditiadakan, jangan dipegang, jangan disayang.
Tak sadarkah, dan tak belajarkah para manusia, bahwa mereka sering
melakukan hal berbahaya lain, tapi kucing yang jadi kambing hitam.
Toksoplasmosis, salah satu penyebab ketakutan terbesar manusia pada kucing,
memang ada di kotorannya (bukan bulunya). Tapi bukan satu-satunya. Tidak hanya
kucing yang bisa menularkannya. Dan tidak semua kucing memilikinya. Dan parasit
ini juga ada di mamalia lain, lalat beterbangan, daging mentah, juga sayur-sayuran yang tak terjaga,
dan masakan yang tak matang sempurna. Maka apakah kucing tetap tersangka utama?
Padahal pola hidup tak sehat yang menyebabkan penyakit ini pindah ke dalam tubuh manusia.
Juga bagaimana dengan orang yang memelihara hewan lainnya, seperti burung,
ikan, dan kelinci? Mereka tak berdosa? Karena hanya ingin melampiaskan rasa
kasih sayang terpendamnya pada hewan yang diinginkan? Lalu kenapa tidak kucing,
hewan yang selalu menjaga kebersihan? Ia juga lucu dan manja lagi setia. Maka apa yang salah sebenarnya.
Terlebih, beberapa hadits menyatakan rasa sayang Nabi yang mendalam
padanya. Manusia biasanya percaya apapun yang dilakukan Nabi ada hikmahnya,
tapi mereka enggan percaya bahwa kucing adalah hewan aman dan baik-baik saja?
Unik sekali. Nabi menggendongnya, membiarkannya lewat di rumah dan masjidnya,
bukankah pasti ada alasannya?
Ah sudahlah, yang ingin ya silahkan benci saja. Tapi jangan lupakan hak
berpendapat yang lainnya. Pemikiran tak harus sama. Belajarlah, dalami, baru
boleh caci-maki. Toh sekarang semua mudah. Tinggal sapukan ujung jari, dan
semua informasi akan menghampiri. Hmm, hari ini, cukuplah sampai di sini.
Komentar