SAHABAT
Aku sulit mengungkapkan perasaan. Itu karena, di tempat di mana aku
dibesarkan... ah, entahlah. Kami bukan keluarga yang saling memeluk satu sama
lain untuk membagi kehangatan, atau mengucap cinta dan sayang terang-terangan,
apalagi menangis bersama karena suatu kejadian. Aku tak tahu apa ini hanya
perasaanku saja, tapi aku merasa dituntut untuk menutup perasaan. Akan banyak
salah paham bila aku ingin jujur akan apa yang sedang berselang.
Padahal, aku pribadi merasa aku adalah orang yang sangat ekspresif. Terbahak-bahak
saat bahagia, menangis tersedu ketika berduka. Tapi aku tak bisa melakukannya
di rumah. Aku akan dianggap melenceng dan aneh, sebab beda dari lainnya.
Aku tak tahu, mungkin karena aku tak pernah mencoba. Semua saudaraku
laki-laki, mereka tak sepenuhnya mengerti. Aku bersikap seperti pria, itu lebih
mudah. Maka aku sayang sekali pada sahabat-sahabatku, mereka tempat curhatku
yang tak pernah lelah. Apalagi men-judgeku ini itu. Mereka hanya diam melihat, memberikan
dukungan, tak seketika menyalahkan. Kehadiran mereka di sana tanpa pandangan
meremehkan, itu selalu kubanggakan. Sebab aku bisa sangat berlebihan saat sedih
atau senang. Tapi mereka menerimaku apa adanya aku. Kadang mengingatkan sambil
lalu. Tak membuatku sakit hati.
Mereka membiarkanku di sana, berdiam dan berduka. Nanti pada saatnya,
mereka akan membawaku tertawa. Lalu aku mulai lupa. Dan kembali riang gembira. Mereka
tak justru menjauhiku saat aku menutup diri. Tak memaksaku cerita. Tak mencaci
maki lalu berprasangka. Apalagi menghina. Yang justru makin membuatku menarik
diri dan berhenti bicara. Sebab merasa tak dipercaya.
Aku sayang sahabat-sahabatku. Dan aku selalu merindukan mereka.
Komentar