GUGUR
Tanganku gemetar. Darah masih merembes di sela-sela kaki. Tak kuasa aku memanggil suamiku yang berada di ruangan sebelah. Sebentar kemudian, aku terduduk, lemas. Pandanganku mengabur, gelap.
“Sayang..” sayup-sayup kudengar suara yang begitu akrab di telingaku. Kucoba membuka mata yang berat. Kepalaku pusing.
“Ini di mana?” samar-samar kulihat ruangan dominan putih di sekitar. Aku tak mengenalinya.
“Rumah sakit, Sayang..” Kutatap suamiku dengan suaranya yang bergetar.
“Kenapa..?”
Air mata menetes di pipinya. “Tidak apa-apa.. Kamu baik-baik saja..”
Spontan kupegang perutku yang terasa nyeri. “Anak kita?”
Suamiku menggeleng. “Maaf...”
***
Kukira aku akan terus menangis. Atau memaki. Bahkan berteriak. Namun yang ada hanya kesunyian. Secercah kesedihan pun tak kurasakan. Hampa.
Suamiku yang mencoba menghiburku pun tak kuhiraukan. Aku layaknya hidup dalam kepompong. Dunia di sekitarku bagai film bisu. Bisa dilihat, namun tak bernada.
“Sayang..” Tepukan halus di kepala menyadarkanku. “Makan dulu..”
Kutatap wajah suamiku. Kupandangi ia tepat di matanya. “Hilang, Mas..”
“Apa yang hilang, Sayang..?”
“Semuanya.”
“Aku masih disini,” dipegangnya tanganku lembut. “Tidak ada yang hilang, Sayang.. Anak kita, ia sedang menunggu di surga untuk bertemu dengan kita kelak.”
Ia merengkuh badanku. “Aku tahu semua kata-kataku akan terdengar klise. Tapi semuanya belum berakhir, Sayang.. Aku akan menunggu, sampai kapan pun, saat kau siap untuk menerima uluran tangan..”
***
Pagi ini, akhirnya aku berada disini. Pintu Poli Jiwa, tempat para ahli yang katanya akan membantuku kembali menjejak tanah seperti dulu. Suamiku setia mendampingi, tangannya erat menggenggamku. “Tidak apa-apa, Sayang.. Semua akan baik-baik saja..”
***
Gerimis membasahi tanah merah itu. Aku berjalan, bergandengan tangan. Suamiku pelan mengarahkan. “Ini dia, tempat peristirahatan anak kita..”
Aku berjongkok tepat di depannya. Kuraup segenggam tanah. “Nak.. Bunda menyayangimu... Sampai berjumpa lagi, Cinta..”
#Didedikasikan untuk Bening, putri tercinta, di Penajam Paser Utara
Komentar