SEPEDA
Dari kecil, aku suka sepeda,
Teman setia ke mana saja.
Tak perlu bensin, tak perlu biaya,
Hanya aku dan jalan yang terbuka.
Sayang, waktu beranjak dewasa,
Sepeda pun tinggal cerita.
Di kota baru, langkah menggantinya,
Berjalan kaki jadi biasa.
Liburan tiba, aku kembali,
Menyusuri kota yang damai sekali.
Udara segar, polusi tak berarti,
Ah, kapan lagi bisa begini?
Sepeda impian selalu kunanti,
Tapi entah kenapa tak kunjung terbeli.
Padahal menabung sedikit demi sedikit tiap hari,
Entah kapan kupunya, nanti.
Namun aku sadar satu perkara,
Sepeda kini bukan untuk semua.
Orang bertanya-tanya, “Kenapa?”
“Naik sepeda? Apa tak punya kendaraan lainnya?”
Mereka lupa, sepeda tak cuma roda,
Ia adalah jalan ke dunia yang lebih lega.
Lebih sehat, lebih sederhana,
Dan semua pun berterima kasih padanya.
Bayangkan bila banyak yang sadar,
Mengayuh sepeda di jalanan besar.
Tanpa asap, tanpa bising yang gentar,
Lingkungan tersenyum, udara pun segar.
Tapi, aku tahu, ini tak mudah,
Dunia seringkali terjebak gengsi dan kilah.
Motor mengilap dan mobil megah,
Mengalahkan sepeda yang dianggap lemah.
Maka, biar aku mulai dari diri,
Mengubah sedikit cara sehari-hari.
Tak perlu jauh, cukup intensi,
Mengurangi emisi, demi bumi.
Tabunganku pun mulai kutata,
Untuk membeli sepeda pertama.
Dan nanti, saat kukayuh roda,
Aku tahu, tlah kuselamatkan dunia.
Komentar