DIRI

Pernah gak, kamu merasa terikat dengan seseorang yang sebenarnya… bukan tipemu?
Bukan orang yang kamu bayangkan muncul di ujung doa, atau yang masuk dalam daftar pasangan idealmu?

Aku pernah. Dan itu bikin aku bertanya-tanya: kenapa?

Dia bukan sosok yang stabil. Hidupnya seperti roller coaster—penuh kejutan, sulit ditebak.
Tapi setiap kali aku berbincang dengannya, ada sesuatu yang bangkit dalam diriku.
Seperti semangat hidup yang lama tertidur, tiba-tiba terjaga kembali.
Aku merasa hidup. Spontan. Bebas.
Seolah semua kemungkinan di dunia ini bisa terjadi begitu saja.

Waktu dia datang, aku nggak banyak berharap.
Aku cuma ingin teman perjalanan.
Seseorang untuk diajak ngobrol tanpa banyak basa-basi.
Yang bisa diajak pergi jauh, mencari tempat baru, tanpa harus merencanakan segalanya seperti biasanya aku selalu.
Tapi ternyata, hidup punya caranya sendiri untuk mengejutkanku.

Yang paling menarik,
darinya aku menemukan banyak hal yang baru kuketahui tentang diriku. 
Sebab ia hidup tanpa peta.
Tak terikat aturan. Tak takut terlihat berantakan.
Sementara aku—dibesarkan dalam sistem, dibentuk oleh target, dilatih untuk teratur.
Saat bersamanya, aku seperti berdamai dengan sisi liarku—yang selama ini kuabaikan.

Tapi aku tahu...
dia bukan tempatku pulang.

Kami berdua bergerak dengan irama yang terlalu berbeda untuk bisa berjalan seiring.
Dia lebih seperti perhentian—bukan tujuan.
Dia datang bukan untuk menemani, tapi untuk kupahami.
Bahwa rasa terikat itu kadang bukan tentang suka, apalagi cinta,
tapi tentang jiwa yang sedang ingin merasa bebas.
Bahwa sering kali, yang kita cari bukanlah seseorang,
tapi bagian dari diri kita yang sempat hilang.

Dan kalau aku mau jujur,
dia tak pernah benar-benar peduli.
Tidak dengan cara yang hangat, tidak dengan cara yang dalam.
Dan aku pun tak lagi menuntutnya untuk ada di sisi.
Karena yang paling kubutuhkan sejak awal...
adalah untuk mulai menyayangi diriku sendiri.

Dan saat aku menyadari itu, aku tahu:

Semua ini bukan tentang dia.
Ini tentang aku—dan versi diriku yang akhirnya ingin kembali pulang.

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)