CINTA

Manusia dilahirkan dengan cinta…

Tidak setuju?
Karena tak semua pasangan saling mencintai? Karena tak jarang -bahkan sangat sering terjadi saat ini- seorang anak dilahirkan karena kecelakaan, atau paksaan? Namun tahukah, di atas semua itu, manusia dilahirkan atas nama cinta. Ya.. cinta. Cinta Tuhan kepada hamba-Nya.

Jika kau mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatangimu dengan berlari…

Tidak percaya?
Alkisah, tersebutlah seorang pemuda yang tak pernah beribadah. Pekerjaannya hanyalah berfoya-foya menghabiskan harta peninggalan kedua orang tuanya, tanpa mau tahu darimana semua itu berasal. Ia menganggap bahwa semua kenikmatan itu akan abadi. Hingga suatu hari, terjadi kebakaran besar di rumahnya yang bagai istana. Si jago merah membakar  habis seluruh kekayaannya dalam semalam. 

Tetangga-tetangganya yang selama ini tak pernah dipedulikannya, dan selalu didzoliminya, tak satu pun mau repot-repot berjuang menyelamatkan rumahnya yang dilalap api. Letaknya yang menyendiri membuatnya sulit dijangkau. Esok harinya, sepulang dari berlibur, ia dapati puing-puing rumahnya yang hancur. Ia jatuh terduduk. Air matanya mengalir deras. Ia baru menyadari kefanaan harta bendanya. Hingga saat ia bangkit, yang dipikirkannya hanya bagaimana ia akan hidup setelah ini. 

Kecerobohannya membuatnya menyimpan semua uangnya di rumah, tanpa diusahakan untuk investasi dan sebagainya. Ia habis total. Kini ia pindah ke sebuah pondok kecil di pinggir kota, yang dibelinya dengan penjualan sisa-sisa perabotnya. Ia hidup sendiri. Semua orang yang mendekatinya saat ia kaya, melupakannya. Keluarganya yang selama ini dipandangnya sebelah mata, meninggalkannya. Ia benar-benar sendiri. Hingga akhirnya, ia menyadari kealpaannya selama ini. Ia mulai mengingat masa kecilnya yang damai bersama orang tuanya yang agamis. Hal yang dulu selalu ia hindari, kini mulai ia jalani. Tuhanlah satu-satunya tempat mengadunya saat ini. Yang ia kerjakan, hanya sujud dan sujud, memohon ampun pada-Nya.

Dan setelah semua kenistaan yang ia lakukan, tanpa sedikit pun mengingat Tuhannya, apakah kini Ia menghindar darinya? Tidak sama sekali. Tuhan selalu menerima permohonan hamba-Nya, bagaimanapun ia. Meski tak memiliki harta melimpah kembali, namun kini hatinya tenang. Damai. Hidup seadanya dengan menjual sayur-sayuran yang ia usahakan sendiri. Saat tak ada apapun untuk dimakan, ia berpuasa. Sisa waktu selain berniaga, dimanfaatkannya untuk beribadah. Hidupnya bahagia, jauh lebih bahagia, kini.

Terkadang cinta yang tepat datang pada orang yang tidak tepat…

Tidak sadar?
Ya.. terkadang kita baru menyadari sesuatu saat semuanya telah terlambat. Maka tak ada salahnya untuk sejenak berhenti, diam, untuk merenungi langkah yang telah, sedang, atau akan kita ambil. Merefleksi diri sejenak, agar kata menyesal, tak terus-menerus terulang. Selamat berefleksi!

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)