DI ATAS AWAN
Tiba-tiba pesawat bagai berlari. Jantungku bertalu. Ia terus melaju. Dan
sekejap kemudian, roda-rodanya mulai terangkat ke udara. Aku ternganga. Perlahan
semuanya mengecil di bawah kakiku.
Aku naik ke atas awan. Pesawat berkibar dengan gagahnya. Warna merah cerah
di atas awan yang kelabu. Aku tak bisa lagi melihat daratan.
Lalu awan menipis. Laut dan daratan terbujur indah. Aku bagai raja. Dan
semua tampak kecil nun jauh di sana. Bagai lukisan. Bagai coretan anak kecil. Bagai
mimpi.
Begitu pesawat mengambang stabil di udara, baru kusadari pesawat ini
berdenging keras. Agak membuatku pusing. Namun begitu melihat lautan awan yang
bergerak perlahan bagai kapas di sekitar pesawat, aku kembali tenang.
Saat melewati gumpalan-gumpalan awan tebal, pesawat sedikit terguncang,
bagai menabrak kerikil besar di jalanan. Ingin rasanya kukeluarkan tangan dan
memeluk semua awan itu.
***
Di tengah perjalanan, hanya awan putih tebal sajalah yang dapat
kulihat. Aku heran. Bagaimanakah sang pilot menentukan arah dan jalan? Ah,
rasanya makin bertambah hal yang harus kepelajari sepulang dari perjalanan ini
nanti.
***
Doraemon! Ya, hanya satu kata itulah yang
terdetik di benakku saat ini. Apakah pengarang Doraemon mendapat ide cerita “Negeri
di Atas Awan” setelah bepergian dengan pesawat entah kemana? Sebab saat ini,
kulihat daratan awan persis seperti yang kubaca di komik Doraemon, bertahun lalu.
Bisakah aku tidur dan berguling di atasnya?
***
Baru saja rasa kantuk menerpa, pramugari mengingatkan untuk kembali
mengenakan sabuk pengaman dan duduk di tempat. Mengapa? Perasaanku mulai tidak
enak. Jantungku kembali berdegup kencang. Peristiwa demi peristiwa kecelakaan naas
pesawat silih berganti muncul di benakku.
“Cuaca kurang bersahabat.” Itu info yang kudapat. Bulu kudukku
meremang. Hanya doa yang mampu kupanjatkan.
Aku melongok ke bawah jendela. Baru kali ini air laut tampak begitu
mengerikan bagiku. Samudera yang luas dan biru itu tenang. Tapi aku ingin
segera meraih daratan. Aku rindu pulang.
***
Ada di ketinggian berapakah aku kini? Daratan di bawah bagai hamparan
peta. Atau miniatur dunia. Anehnya, mobil-mobil kecil yang kulihat bisa
bergerak. Begitu juga motornya. Apakah semua itu nyata? Sungguh indahnya dunia
terlihat dari atas sini.
***
Terima kasih, Tuhan.. atas kesempatan istimewa ini. Aku terbang. Dan kini,
aku akan segera kembali menginjak daratan.
(Ditulis dengan penuh perasaan, dari atas pesawat Ekonomi Boeing 737-900 ER Lion Air jurusan Surabaya-Balikpapan, menjelang tahun baru 2015)
Komentar