Postingan

PEDOFILIA 2 - TAMAT

Sluurrpp.. Kuhisap minuman itu sedikit. Terasa manis dan segar. Mr. M tampak menatapku penuh minat. Kuteruskan meminum cairan di cangkir. Akan kubuktikan, aku takkan kalah! Setelah tersisa sedikit, kuletakkan cangkir di meja. “Sudah kan, Pak? Sekarang aku mau main piano..” Kuperlihatkan ekspresi bersemangat. Budi tersenyum misterius. “Ayo..” ajaknya. Aku berdiri mengikutinya. Tak lupa, kurogoh saku seragamku, mengambil sebuah tablet. Kutelan cepat-cepat. Ughh.. Pahit! Kata ayah, sih.. Itu obat penetral obat bius, supaya tidak langsung bekerja… Semoga manjur! “Ini dia..” Budi membuka tutup pianonya. Aku berseru. “Asyiiikkk..!!!” Langsung kutekan-tekan tuts piano sesuka hati. Kucoba beberapa lagu yang masih kuingat. Nada pun mengalun. Budi mengambil kursi kecil, duduk di sebelahku. Sesekali ia membetulkan permainanku, atau chord yang kurang tepat. “Kamu gak capek, Cha?” tiba-tiba ia bertanya. Aku menoleh sekilas, “Nggak..” jawabku pendek. “Mau minum lagi?” tawarnya. “Tidak usah, Pak.....

MATI

Di akhir tarikan napas kita Ada cekam yang menyayat Ada tangis yang menyeruak Ada sakit yang membahana Seluruh persendian jiwa Di ujung penantian kita Ada amal yang tertunda Ada amanat yang tak ditunaikan Ada siksa yang membayang Merajai sesak dalam dada Maka… Sudah siapkah kita Untuk menghadapi Hakim Yang Maha Kuasa saat Ia mengetukkan palu keputusan terakhir-Nya?

SATU

Saat nyawa tak lagi berharga Ketika kejahatan sepenuh pandangan mata Jiwa bukanlah sesuatu yang abadi Nurani tak pula dihargai Telah tiba masanya Sekelompok kecil itu menjelma nadir Padahal ia telah bersumpah Atas nama-Nya Maka… Akan segera menjelang Zaman dimana, Kebenaran tak lagi menyeruak Kejujuran bahkan tak lagi bernilai Saat itu, Hanya satu yang tak tergelincir Takkan tergoyahkan Tak juga terbantahkan Ahlussunnah wal jamaah!

MATA

Aku pernah membaca bahwa mata seseorang,  dapat menunjukkan ketulusan hati, kecerdasan, pola pikir, dan pikiran terdalamnya, yang bahkan tak terungkap oleh kata-kata. Benarkah?

DOA

Ya Allah, berikan takwa pada jiwa kami, Sucikanlah ia, Engkaulah sebaik-baik yang membersihkannya, Engkau pencipta dan pelindungnya, Yang Maha Melihat segala yang tersembunyi di dua dunia. Ya Allah, perbaiki hubungan kami, Satukan hati kami dalam kasih sayang, Tunjuki kami jalan keselamatan, Dari kegelapan menuju cahaya yang terang. Jadikan kami pemuda yang hormat kepada orang tua, Dan orang tua yang penuh kasih kepada para pemuda, Jauhkan kami dari kesombongan dan kebencian, Bersihkan hati kami dari perpecahan yang memecah belah kehidupan. Ya Allah, wahai yang memudahkan segala kesulitan, Penyambung yang patah, teman bagi yang sepi, Memberi ketenangan pada jiwa yang cemas, Menguatkan hati yang lemah dan tak berdaya. Mudah bagimu, ya Allah, Untuk mengatasi segala yang sulit, Yang tiada memerlukan penjelasan dan tafsiran, Kami mohon pada-Mu, dengan segala hajat yang kami bawa. Ya Allah, kami takut hanya kepada-Mu, Lindungi kami dari mereka yang tak takut pada-Mu, Jaga kami dengan mata-M...

INGATLAH

Rasulullah SAW bersabda: Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah Kupikir maksudnya: Memberilah, maka Allah akan menggantinya, dengan yang lebih baik

NGIDAM 3 - TAMAT

Tapi ternyata aku salah besar, teman-teman!  Ayah justru sedang bersenda gurau dengan Ibu dan kakak keduaku, Mbak Ara! Aku terpaku di tempat. Tangisku semakin keras.  Ayah kelihatan jeleeeeeeeeekk... sekali!  Tapi kulihat Ibu sesekali mengusap kepala polos Ayah itu senang. Ya, Ibu kelihatan sungguh bahagia!  Tak lama, Mbak Ara memergokiku yang sedang mengintip di balik pintu. “Kenapa Cha?” tanyanya heran.  Digandengnya tanganku lalu dibawanya ke arah Ayah dan Ibu, yang juga tengah memandangiku.  “Kamu kenapa, Sayang?” Ibu bertanya begitu melihat mataku yang sembab.  Aku menggelengkan kepala. Kuusap sisa-sisa air mata yang menggenangi pipiku. Ayah meraihku, lalu mengecup pipiku lembut. “Ada apa, Sayang?” matanya menyelidik. “Cha sakit?”  Ayah tampak begitu khawatir. Sekali lagi kugelengkan kepalaku.  “Lalu?” Ayah menghadapkan wajahku tepat ke arahnya. Duh! Aku tidak mau melihat kepala jelek itu! Kupejamkan kedua mataku rapat-rapat.  “...