Postingan

LUBANG

Suatu hari, seekor tupai terperosok ke dalam lubang yang cukup dalam. Ia berusaha meminta tolong, namun sayangnya tidak ada seekor hewan pun yang berada di sekitar lubang itu. Si tupai yang kelelahan, mulai menghentikan usahanya. Suaranya serak kini, sebab terlalu banyak berteriak. Hari beranjak gelap, tupai semakin ketakutan, kelaparan, dan kedinginan. Ia mulai kembali memanggil-manggil mencari bala bantuan. Beruntungnya, sesaat kemudian, tiba sekawanan berang-berang melewati lubang tempat jatuhnya tupai. Mereka mendengar suara rintihan tupai, kemudian melongokkan kepala ke lubang. “Hai, tupai. Apa yang kau lakukan disana?” sapa kepala kawanan berang-berang kepada tupai. Tupai yang berusaha memanfaatkan kesempatan ini, segera memperbaiki posisinya di lubang. Ia tahu bahwa kawanan berang-berang tidak mungkin begitu saja menolongnya, maka ia harus segera memutar otak untuk mencari ide. “Aku sedang bersantai, wahai berang-berang,” jawab tupai seraya meluruskan kakinya. “Bersantai? T...

MATI

Air mataku tumpah malam ini. Selepas membaca novel trilogi “Ranah Tiga Warna”, aku terhanyut dalam nuansa melankolis. Seperti layaknya ketika aku selesai membaca novel-novel luar biasa karya “Andrea Hirata”, ataupun merenungkan lika-liku kehidupan dalam karya “Abdurrahman El-Shirazy”, juga saat terharu biru mengikuti kisah-kisah menakjubkan “Dan Brown”. Sejujurnya, aku bukan orang yang lemah lembut, penuh kasih, dan feminin. Aku biasa menjuluki diriku ‘ An Extraordinary Girl ’, sedangkan seorang sahabat karibku sering menyebutku ‘ Srikandi Masa Kini ’. Entahlah, apa karena aku lahir di keluarga yang mayoritas merupakan lelaki, atau karena terlalu banyak mendalami tulisan-tulisan berbau perjuangan wanita sejak kecil.  Namun sering aku heran mengetahui bahwa membaca suatu tulisan, amat mudah membuatku menitikkan, bahkan mengalirkan air mata. Terlebih bila tulisan itu terasa amat dekat dengan kehidupanku sehari-hari. Seperti kali ini, aku tanpa sadar tergugu di pojok kamar ...

POLA

"Lagi ngapain, Cha?" "…….." "Cha…?" "Hmmm…" Gadis itu sibuk menggaris, membuat pola, menulis, hingga tak mengacuhkan sapaan itu. "Ih, sok sibuk banget, sih! Nyebelin!" Icha menengadahkan kepala, kaget. "Waduh, maaf maaf… Lagi konsen, nih.." Terlambat, temannya telah pergi. "Huuuuffttt.. Lagi-lagi…" Icha kembali menekuni pekerjaannya. *** "Yeyeye.. Sudah jadi…" Icha tersenyum lepas, menepuk kedua tangannya berulang-ulang. Dipandangnya hasil karyanya, ditimang-timang di pangkuannya. Bukan sesuatu yang istimewa sebenarnya. Hanya selembar kertas bertulis saja. Namun ia puas. Senyum dan bangga merona di wajahnya. *** "Eh, siapa yang menempel kertas sembarangan di pojok itu?" "Gak tau. Icha, kayaknya.." "Buat apa lagi sih, dia? Gak ada habis-habisnya…" "Iya ih, gak ada capek-capeknya.." "Coba lihat, yuk. Benda aneh apa lagi yang kini dia hasilkan.." Berpasan...

PERTANYAAN

Suatu pagi, di sebuah kelas, seorang guru bertanya pada muridnya. "Siapa yang bisa menjelaskan pada bapak, apa itu pendidikan?" Beberapa anak berebutan mengacungkan tangan. "Ya, coba kamu, kacamata pojok!" tunjuk sang guru. Siswi yang ditunjuk tampak gembira. Dengan resah dirapikan jilbabnya, bersiap menunjukkan aksi terbaiknya. Ia berdehem sejenak. "Pendidikan itu.. Mmm… pendidikan itu… adalah.. Hmmm…" mendadak ia kehilangan kata-kata yang telah susah payah disiapkannya. Rupanya ia demam panggung begitu menyadari pandangan lekat guru dan teman-temannya. "Apa?" sang guru bertanya, sambil melirik jam tangan besar yang melingkar di pergelangan tangannya. Keringat dingin mulai mengucur di kening siswi berkerudung itu. Ia menyesal telah mengacungkan tangan. Terdiam akhirnya ia, di pojok merapatkan diri ke dinding kelas yang kusam. Beberapa temannya menatapnya dengan pandangan melecehkan. Sebagian lain, terutama yang tadi ikut mengangkat tang...

TOPENG

putri topengmu hitam kelam beragam ... kadang kau tertawa kemudian tersedu bolehkan kupelajari hatimu agar tak sakit kau di sisiku ... putri bukalah topeng itu sesekali

PADAM

Melewati bertubi-tubi Karang menancap di ulu hati Bukan berarti Akhir kehidupan ini Masih banyak cara Untuk beranjak dan lari

LUPA

"Ada dua nikmat yang begitu sering dilupakan : Kesehatan dan Kesempatan " 1. Ketika sehat, saya seolah menjadi raja. Raja yang lalim, tepatnya. Bertindak sesuka hati, seolah tak akan pergi menghadap Ilahi. Beribadah, nanti dulu. Melakukan hal-hal bermanfaat, enggan. Bersyukur, apalagi. Namun saat badan terasa lemah, napas menjadi berat, dan rasa sakit mulai menyapa, barulah saat itu saya tersadar. Bahwa kesehatan adalah nikmat yang sungguh berharga. Bahwa ia (kesehatan) takkan menemani selamanya. Betapa.. Betapa piciknya pemikiran saya, saat kesakitan mendera. Janji-janji kepada Yang Maha Kuasa, untuk berbuat lebih baik saat kembali sehat nanti. Harapan seluas samudera, untuk kembali mengecap nikmat yang sebelumnya bahkan tak disapa. Sungguh, saya benar-benar merugi… 2. Berapa banyak waktu yang telah saya pergunakan untuk menyesal. Menyesali langkah yang telah diambil. Menyesali keadaan yang tak kunjung membaik. Menyesali hari-hari yang tampak suram.  Dan berapa banyak...