Postingan

SISTEM

Aku hidup di dunia yang dikuasai paham ras, sistem sosial, dan gender. Ras kasarannya warna kulit dan atau bahasa, sistem sosial bisa dibilang tingkat ketebalan kantong atau rekening bank, dan gender awalnya adalah benda apa yang terletak di bawah pusar dan sekitarnya, namun berkembang menjadi “siapa” harus berbuat “apa”. Sungguh membingungkan. Berdasarkan pengamatanku selama hidup, urutan  sistem sosial  dari yang paling tinggi: 1. PEMILIK MODAL, MILYADER, DAN PENGUASAHA KELAS SATU. Semua menghormati golongan ini. Mereka bahkan rela tunduk, berlutut, ataupun bersujud demi memohon sesuatu pada mereka. Mereka bagaikan tangan langsung Tuhan, dalam hal uang dan kekuasaan di dunia. 2. NEGARAWAN, MENTERI, PRESIDEN, DUTA BESAR. Menempati posisi terhormat, amat terhormat di dunia ini, meski sesungguhnya tidak seberkuasa golongan pertama. Mereka terkenal, banyak bicara, tapi tidak membawa terlalu banyak perubahan bagi dunia. 3. AKADEMISI, PROFESOR, DOKTOR, DOSEN. Diangg...

KINI

Gambar
Tak peduli Masa Benda di genggaman Menjelma penguasa Hati buram Kelam Kelabu Turuti kemana dunia melaju Kendali tlah sirna Tiada Bagai robot tak bernyawa Semua Sama

SYUKUR

Gambar
“Suamiku tuh gak romantis, tahu...” keluhku pada Nana, rekan kerjaku. “Gak romantis gimana?” balasnya. “Ya... gitu. Dia gak pernah bilang hal-hal romantis, gak pernah memuji penampilan atau masakanku, dan hampir gak pernah ngasih aku hadiah, gak seperti suami-suami lain.” Nana mendesah. “Itu wajar, Cha.. Mungkin karena usia pernikahan kalian yang sudah memasuki tahun kelima. Mungkin juga, baginya itu bukan hal yang sangat penting lagi saat ini...” “Tapi Na.. Dari awal kenalan dulu, dia sudah begitu.  Gak pernah berubah.” Aku mendengus kesal. Nana hanya mengangkat bahu. “Coba dikomunikasikan lagi saja, Cha..” “Ntar malam kucoba deh,” Malas-malasan kujawab saran Nana. Customer  terus berdatangan. Aku dan Nana kewalahan, menawarkan barang dan menjawab berbagai pertanyaan. Sejenak aku lupa akan kekesalanku pada Mas Rio. Ya, Mas Riolah lelaki yang telah menemaniku mengarungi asam manis kehidupan dalam lima tahun terakhir. Dulu, ia melamarku tanpa sekali pun ...

PETUALANGAN DI DESA BANDEAN

Kami pergi berempat ke desa itu. Selain ombak pantai lembut yang sangat nyaman untuk berenang, di desa itu juga terdapat gua keramat memanjang yang memiliki banyak hal unik di dalamnya. Kami penasaran. Aku, Lita, Mira, dan satu teman bule kami yang mahir berbahasa Indonesia, Mary. Hari pertama kami hanya bermain di pantai dan bersenda gurau. Namun kami mulai bosan. Pantai tak tampak menarik lagi. Akhirnya kami putuskan untuk menjelajah gua pada malam harinya. Tepat pukul 18.00 kami berangkat. Menariknya, sebelum sampai ke gua yang berjarak kurang lebih 1 km dari penginapan, kami menemukan banyak orang bermain sepak bola di lapangan besar sebelum gua. Mary, yang jago football di negaranya, tak bisa mengelak untuk ikut memeriahkan pertandingan tersebut. Lita mengikutinya. Sedangkan aku dan Mira cukup puas berdiri di bangku penonton karena tak berminat berlarian mengejar bola. Setengah jam kemudian, aku bosan. "Mira, aku pergi duluan ya." Mira hanya mengangguk. Kuteruskan pe...

REBORN

Baru awal tahun ini, aku berkesempatan untuk aktif di blog lagi. Setelah vakum nyaris setahun (ups "."), sudah kuputuskan untuk kembali menulis secara aktif di sini, alih-alih di Facebook sebagaimana setahun belakangan. Selain menulis jurnal harian, kali ini aku ingin menulis tips-tips tentang segala macam hal yang kualami, pikiran-pikiran yang menggangguku, review film-film dan buku-buku yang menurutku menarik, bahkan mimpi-mimpiku yang beragam. :D Aku ingin kembali menikmati hidup, dengan menulis. Membagi pemikiranku kepada dunia. Entah ini akan bermanfaat atau tidak, yang jelas.. dengan berbagi, aku ingin menjadikan duniaku lebih indah dan berwarna. Aku harus istiqomah. Semangat menulis!

SUNGGUH

Sungguh ... Ku ingin berlari menerjang ombak basahi diri Ku ingin berlari menginjak duri-duri tajam lukai kaki Ku ingin berlari tak peduli sesiapa lagi Ku ingin berlari berteriak mengusir sepi Ku ingin berlari menembus sayatan luka di hati Ku ingin berlari lupakan penat dan sesak di jiwa ini Ku ingin berlari ... berlari dan terus berlari ... Sungguh ... Ku ingin menangis luapkan banjir yang tertahan Ku ingin menangis hingga lepas semua beban Ku ingin menangis dalam sebuah dekapan Ku ingin menangis keluarkan ratapan Ku ingin menangis luapkan jeritan Ku ingin menangis tersedu sedan Ku ingin menangis ... menangis dan terus menangis ... Sungguh ...

KEAJAIBAN

Namanya Budiman, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang percetakan. Berangkat dua hari lalu dari Makassar, ia berharap kunjungannya kali akan membuahkan hasil. Ia bertekad tidak akan pulang sebelum targetnya tercapai. Singkat cerita, perusahaan Budiman bangkrut dua bulan lalu. Laba yang dihasilkan tidak mampu menutupi modal awal yang ia usahakan. Tetapi putus asa bukan pilihan hidupnya. Setelah bertanya kesana kemari, ia memutuskan untuk pergi ke Pesarean Gunung Kawi, demi memohon kebaikan dan keuntungan bagi perusahaannya. Berbekal niatan untuk memperbaiki nasib dan sisa tabungan yang ia miliki, Budiman seorang diri menyeberang ke Jawa. Perjalanan jauh dan berat tak ia pedulikan. Satu yang terdetik di benaknya, perusahaan yang ia dirikan sekuat tenaga harus kembali bangkit. Maka disinilah ia kini, Selasa, 21 Mei 2013, bersimpuh di bawah pohon Dewandaru berdaun lebat, tepat di hadapan Pendopo Agung Pesarean Gunung Kawi. Cuaca mendung dan hawa dingin menyengat menemani kehad...