Postingan

PASAR

Setahun tinggal di Bondowoso, akhirnya pagi ini aku melangkah masuk ke Pasar Induk—tempat yang selama ini hanya kulihat dari kejauhan. Udara dipenuhi aroma rempah bercampur tanah basah, sementara suara tawar-menawar dan gelak tawa menghidupkan suasana. Ada sensasi yang sulit dijelaskan: aku takjub, kagum, sekaligus sedikit terkejut. Pasar ini seperti cermin yang memantulkan kenangan masa lalu. Saat Bondowoso hanyalah nama tanpa arti, pikiranku selalu penuh dengan rencana untuk pergi. Tapi kini, entah kenapa, aku memilih untuk menetap di sini. Seorang nenek terlihat sibuk merapikan dagangan di lapaknya, sesekali tersenyum pada pembeli yang datang. Aku terdiam, mengamati detail yang sebelumnya luput dari pandangan. Ada kesederhanaan dalam tiap gerak, semangat dalam setiap percakapan. Tempat ini menawarkan kenyamanan yang berbeda, seperti pelukan halus dari masa kecil yang nyaris terlupakan. Di depan penjual kain, aku berhenti. Sebuah baju batik kecil menarik perhatian, sederhana namun pe...

WHISPERS OF THE PAST

In the heart of a small, quiet town, Where the streets are worn and the sun beats down, I walk again, through roads I knew, Where my childhood dreams once grew. The trees still hum their gentle song, Their shadows tall, their arms so strong. The river flows as it did before, But its voice seems softer, its secrets more. Each corner speaks of days long gone, Of laughter, tears, and a youthful dawn. Here’s the park where I used to play, Where joy and sorrow chose to stay. I see the house with the faded door, Its creaking hinges, its scuffed-up floor. Inside, the echoes of love and pain, A family’s story in sunshine and rain. The faces I knew, they’re shadows now, Their whispers brush my furrowed brow. The past is here, it’s woven tight, In every corner, in every light. But standing here, I feel the glow, Of what I lost and what I know. This town, this place, it holds my heart, A piece of me, a sacred part. Though memories sting, I smile still, For this small town shapes my will. It taugh...

كن نفسك

في أحد الأيام، حلّق غراب في سماءٍ واسعة. كان الغراب يحب الطيران بعيدًا، لكنه كان يشعر بالحزن لاعتقاده بأن صوته ليس جميلاً كصوت باقي الطيور.   وفي يومٍ ما، سمع الغراب صوت بلبلٍ جميلٍ يُغني على أغصان شجرةٍ وارفة.  فكر الغراب: "يا ليتني أستطيع الغناء كهذا البلبل! صوتُهُ رائعٌ جدًا."   اقترب الغراب من البلبل وقال: "أيها البلبل، أنا معجبٌ بصوتكِ كثيرًا. هل يمكنكِ تعليمي الغناء مثلكِ؟"   ابتسم البلبل وقال: "لا أستطيعُ تعليمكِ، لكن إنْ أردتَ، يمكنني مساعدتك في إيجاد صوتك الخاص."   سأل الغراب بدهشة: "كيف أجد صوتي الخاص؟"   أجاب البلبل: "لكل طائر صوتٌ خاصٌ به. عليك أن تفخر بما لديك. لا تحاول تقليد الآخرين، بل كن نفسك."   تأمل الغراب في كلام البلبل. ثم بدأ يغني بصوته الخاص، وكان صوته جميلاً بطريقةٍ مختلفة. اكتشف الغراب أنه لا يحتاج لأن يكون مثل الآخرين ليكون مميزًا.   منذ ذلك اليوم، أصبح الغراب سعيدًا بصوته الخاص، وبدأ يغني بصوتٍ عالٍ، بينما كان البلبل يستمع مبتسمًا.

SURABAYA

Icha berdiri di sudut terminal Surabaya, memandangi keramaian yang seolah tak pernah berhenti. Ada keraguan yang menyelimuti hatinya. Setahun lalu, dia datang ke kota ini dengan rasa takut yang luar biasa, penuh kecemasan tentang kemampuannya bertahan sendiri. Saat itu, dunia terasa begitu besar, dan dia merasa terlalu kecil untuk menghadapinya. Namun, saat ini, semuanya berbeda.   Surabaya kini tidak lagi sekadar kota besar yang menakutkan. Icha sudah banyak berubah—tak lagi membiarkan ketakutannya menuntun langkah. Setiap sudut kota ini membawa kenangan tentang betapa jauh dirinya sudah berubah. Ketika pertama kali tiba, dia merasa seperti kapal yang terombang-ambing di tengah lautan lepas. Sekarang, meski masih ada rasa asing yang menempel, Icha merasa lebih kuat. Kakinya melangkah dengan mantap, meski tak bisa dipungkiri, ada sedikit kegamangan di hatinya.   Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari rumah. "Icha, kami butuh kamu. Semua tidak sama tanpa kamu di...

SEPEDA

Dari kecil, aku suka sepeda, Teman setia ke mana saja. Tak perlu bensin, tak perlu biaya, Hanya aku dan jalan yang terbuka. Sayang, waktu beranjak dewasa, Sepeda pun tinggal cerita. Di kota baru, langkah menggantinya, Berjalan kaki jadi biasa. Liburan tiba, aku kembali, Menyusuri kota yang damai sekali. Udara segar, polusi tak berarti, Ah, kapan lagi bisa begini? Sepeda impian selalu kunanti, Tapi entah kenapa tak kunjung terbeli. Padahal menabung sedikit demi sedikit tiap hari, Entah kapan kupunya, nanti. Namun aku sadar satu perkara, Sepeda kini bukan untuk semua. Orang bertanya-tanya, “Kenapa?” “Naik sepeda? Apa tak punya kendaraan lainnya?” Mereka lupa, sepeda tak cuma roda, Ia adalah jalan ke dunia yang lebih lega. Lebih sehat, lebih sederhana, Dan semua pun berterima kasih padanya. Bayangkan bila banyak yang sadar, Mengayuh sepeda di jalanan besar. Tanpa asap, tanpa bising yang gentar, Lingkungan tersenyum, udara pun segar. Tapi, aku tahu, ini tak mudah, Dunia seringkali terjebak...

PERMATA (2 - TAMAT)

Malam itu, setelah makan malam, Rio bersandar di sofa, memandangi Icha yang sibuk memindahkan pot tanaman kecil dari sudut ruang tamu ke sudut lainnya. Kebiasaan lamanya. Ia tersenyum tipis. Betapa Icha selalu mencari "sudut sempurna," meski Rio tahu esok pagi tanaman itu akan digeser lagi. "Sayang..." panggil Rio lembut, suaranya nyaris tak kedengaran. "Hmm?" Icha menoleh. "Mas mau tanya..." Rio berhenti sejenak, seolah memilih kata-kata yang tepat. "Kamu bahagia, tidak?" Pertanyaan itu sederhana, tetapi terasa seperti batu besar yang dilempar ke danau tenang. Membuat riak di hati Icha. Ia terdiam, menatap hampa, seperti mencari jawab di sela jari-jarinya. "Kenapa nanya begitu, Mas? Kita kan baik-baik saja," katanya akhirnya, dengan senyum kecil yang ia paksakan. Rio tersenyum samar, tapi matanya tajam menembus dinding perasaan yang coba Icha sembunyikan. "Kadang Mas merasa... kamu masih menyimpan banyak hal yang membuat...

DISKUSI

Diskusi Ruang Aman Milik Bersama Edisi 16 HAKTP - Kulon Project Bondowoso Toko Kopi Sinisuka, Kota Kulon  7 Desember 2024 Dalam rangka mendukung Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP), diskusi ini membicarakan bagaimana menciptakan ruang aman, terutama di ruang publik. Berikut adalah poin-poin utama yang dibahas: 1. Kenali Ancaman di Sekitar Pelecehan verbal seperti cat calling sering dianggap hal biasa, padahal itu adalah ancaman nyata yang sering diabaikan. Penting untuk tahu potensi risiko di ruang publik dan memetakan ancaman ini untuk melindungi diri. 2. Hadapi Pelaku dengan Tegas Kalau memungkinkan, tegur pelaku secara langsung. Tapi kalau situasinya tidak aman, lebih baik segera tinggalkan lokasi. Untuk orang sekitar, jangan diam. Tegur atau ingatkan pelaku secara proaktif, karena ini bisa menghentikan perilaku buruk itu. 3. Jauhi Lingkungan Tidak Sehat Saat pelaku atau lingkungan tidak berubah, jauhi dan hindari tempat tersebut. Dalam hubungan pribadi yang toxic , p...