DILEMA
Hari ini aku menangis lagi. Tak henti-hentinya kuhapus air mata yang mengalir deras membasahi pipiku. Tragedi itu begitu jelas terbayang. Sebuah pertempuran tak seimbang antara mahasiswa Indonesia melawan aparat negaranya sendiri. Sebuah gerakan menuju revolusi, yang ternyata tak dapat dicapai dengan jalan DAMAI!!
Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam batin. Mengapa para pemimpin itu tak kunjung sadar dengan tuntutan rakyat, hingga harus menimbulkan demonstrasi-demonstrasi yang sebenarnya tak perlu. Jika para pemimpin itu mau membuka hatinya sedikit… saja demi kebenaran, semua ini tidak perlu terjadi.
Mengapa para mahasiswa harus begitu garang melawan angkatan bersenjata yang jelas-jelas jauh lebih kuat dari mereka. Mengapa sesama rakyat Indonesia harus berperang? Saling melawan? Inikah arti kemerdekaan yang diperjuangkan dengan hidup mati para pahlawan terdahulu?
Hatiku teriris pedih membaca tulisan di sebuah panduk saat tragedi itu berlangsung: "Jenderal Sudirman menangis karena pertempuran darah bangsa sendiri terjadi oleh para penerusnya".
Kilasan-kilasan peristiwa itu kembali terbayang. Mahasiswa turun ke jalan meneriakkan tuntutan, para polisi dan ABRI membentuk garis pengaman sepanjang jalan, tembakan-tembakan peluru hampa, maupun peluru tajam oleh angkatan, para mahasiswa yang jadi korban berjatuhan, raungan sirene ambulan yang mengantar para korban, sampai para demonstran wanita yang diperlakukan bagai binatang.
Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, mengapa harus begini?
(sebuah renungan setelah menyaksikan kilasan Tragedi Trisakti dan Semanggi 1998)
Komentar
ajarin donk modifikasi blog biar bagus....
url-nya apa? ^^