Postingan

TOKO BUKU NGAWI

Suatu hari, aku belanja di toko buku kecil di Ngawi. Pas baru masuk, tepatnya melangkahkan kaki, entah darimana ada suara: WELCOME to blablabla. Wuiihh… Aku sempat kaget juga tuh. Terus pas aku tanya Kamus Oxford, bapak penjualnya langsung menjawab, “Yeah, that is over there! Yes, on the back side… Right!”  ???   Otomatis aku tercengang bengong kayak orang bloon. Toko kecil begini, penjaganya menggunakan bahasa Inggris dengan aksen yang sangat bagus? Ternyata itu belum seberapa teman-teman.. Sewaktu melihat-lihat buku lain, bapak penjual bertanya: “Artinya ‘kamu anak keberapa’ apa ya, Mbak? Kan kalo jawabnya kaya I am the third child, trus pertanyaannya bagaimana, Mbak?” Aku agak ragu plus linglung menjawab, “Kalo tidak salah sih, teman buleku pernah nanya begini deh, Pak, ‘Which child are you in your family?’ begitu Pak.” Bapak tampak belum puas. Katanya, ”Bukannya kalau ‘which’ itu terlalu umum ya, Mbak.. Bisa cakep, jelek, pintar, dll…” Aku makin pusing. Kritis juga n...

LIBURAN

  Saat-saat menyenangkan, masa baru anak kuliahan, masa selesai pengabdian di pondok tercinta. Suasana baru, lingkungan baru, meski dengan atmosfer yang tak jauh berbeda. Hingga tak terasa, hampir sebulan sudah kujalani babak selanjutnya dari kehidupanku. Hari ini.. Tiba waktu pulang, kembali ke kampung halaman! Aku bertekad, liburan menjelang bertambahnya usiaku kali ini, akan menjadi liburan yang bermanfaat dan takkan kulupakan.. *** Perjalanan panjang, Malang-Bondowoso.. Sesampai di rumah, kudapati rona keterkejutan dari kedua orang tuaku begitu aku beruluk salam. Ternyata pesan singkat yang kukirimkan tidak sampai sebagaimana yang kuduga. Sehari itu pun kuhabiskan dengan bercengkrama, bertukar cerita bersama orang tua dan saudara-saudaraku. Keesokan harinya, kuputuskan untuk membuat sebuah kesibukan. Intensitas kegiatan yang padat di kampus membuatku terbiasa bergerak dan beraktivitas. Acara pertama yang kusiapkan adalah buka bersama alumni pondok di daerahku. Mul...

PRAGMATIS

Ke Swalayan ‘Sardo’ bareng Chipy.. Belanja keperluan, nge-net bentar.. Mau tes kesehatan dll, kok ya antri banget ya.. Besok saja lah! Oh iya, jadi ingat kemarin pas validasi, kakak.. eh.. bapak-bapak jurusan, mengejek aku dan Chipy! Bapak 1: Ijazahnya mana? Aku: Kan pake surat pernyataan, Pak.. Bapak 2: Tuh kan, lagi-lagi kayak gini nih! Jurusan apa kamu? Chipy: BSA, Pak. Bapak 3: Pasti, anak pondok kalo gak ngambil BSI, BSA, PBA.. Betul kan, lulusan pondok kamu? Chipy: (Ngangguk tak berdaya) Bapak 2: Iya.. yang ijazahnya bermasalah itu, kan! Kalo kamu, jurusan apa? Aku: PBA, Pak. Bapak 3: Oh, dasar pragmatis! Chipy: (mendongak kaget!) Bapak 3: Maunya jadi guru saja, PBA ini.. Pengen gampangnya saja! Bapak 2: Iya, beda sama BSA, bisa semuanya.. Aku: Loh! Saya mau jadi dosen kok, Pak.. Saya pengen menguasai Bahasa Arab juga.. Bapak 1,2,3: (cuek) Aku dan Chipy: (menggeram sebal) Bapak 2: Ya sudah, kembali sana! Aku dan Chipy: (berdiri secepat mungkin, t...

KAMPUS

Everything begins today! Subhanallah.. Aku sama sekali tak menyangka pilihan ibuku di UIN Malang benar-benar bagai anugerah dari Allah SWT. Meski awalnya sedih dan minder, apalagi saat mendengar ‘hujatan’ teman-teman.. Saat ini kurasa aku telah menemukan hikmahnya. Pertama kali datang, aku tidak terlalu kaget. Aku sudah sering melihat universitas yang lebih mewah dan besar di kota-kota lain. Namun saat kulihat ekspresi ayahku, beliau terlihat sangat bangga dan puas. Bangunan-bangunan yang tinggi, besar, megah, dan teratur, tampaknya menyenangkan beliau. Aku tersenyum bahagia. Saat tiba di kamar, mabna Ummu Salamah lt 2 kamar 19, alhamdulillah aku masih dapat kesempatan untuk memilih tempat tidur yang kusukai. Soalnya aku datang saat kamar masih lumayan kosong. Tempat tidur yang kupilih pas di balik kamar mandi, yang jelas asyik banget! My Room Mate: Laila Afifatun Nisa – Blitar Laili Kamilah – Probolinggo Nora Nuzliatul – Cirebon Rizki Puspita Sari – Jombang Muji Rahayu Setya –...

BU IYAH

Gambar
Pernahkah anda membayangkan bahwa di usia renta nanti anda harus bekerja membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidup? Memeras keringat siang malam seorang diri? Apakah yang akan anda rasakan? Kesedihan atau keputusasaan? Atau bahkan penyesalan akan nasib yang menghadang tanpa perasaan? Rasanya kita perlu belajar banyak dari seorang ibu tua di salah satu desa di Ngawi yang saya temui. Ibu Iyah, nama panggilannya, telah bertahun-tahun ditinggal anak dan suaminya. Beliau tinggal seorang diri di rumah kecil berdinding papan, bekerja sekuat tenaga demi sesuap nasi. Hari demi hari dilaluinya dengan mencari bilah-bilah kayu kecil yang lantas diserutnya hingga dapat dijual. Dari penghasilannya yang tak seberapa inilah, Bu Iyah menghidupi dirinya sendiri. Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah keriangan dan ketulusan yang dimiliki beliau. Tak sedikitpun beliau mengeluh atas nasib yang menderanya. Justru senyum yang tak pupus menghiasi wajahnya yang lelah. “Saya ini sudah cukup seperti in...

PETUALANGAN SOREKU

Gambar
Tahu gak.. Sore ini aku bête banget.. Ada masalah besar yang menerpaku.. Ya sudah, kuputuskan untuk kembali berpetualang, memetik keajaiban-keajaiban baru yang pasti akan kutemui. Awalnya aku bingung, naik apa ya? Sepeda tidak ada, naik kendaraan sayang uangnya, yah, akhirnya kuputuskan untuk: JALAN KAKI! Sebenarnya sih aku sudah sering kemana-mana on foot , tapi tantangannya kali ini, aku harus: 1. Jalan kaki siang bolong 3 km bolak-balik (jadi total sekitar 6 km), SEN-DI-RI-AN! 2. Sampai di pondok kembali sebelum jam lima, jadi waktu yang kumiliki hanya 2 ½ jam 3. Melewati jalan yang hancur berantakan, becek, dan susaaaahhh.. banget dilewati, terutama kalau jalan kaki. 4. Pake 'rok', hehe.. Habisnya pake celana training, dah biasa.. ^^ 5. Mengalahkan rasa takutku yang terbesar: KETINGGIAN! (Yups, aku memang fobia  ketinggia n) Lebih ekstrim lagi, aku harus menyeberangi rel kereta api yang landing di atas sungai dengan ketinggian belasan meter! 6. Itu baru sebagian yang aku...

ANAK KESAYANGAN BAPAK

Siang yang panas. Aku tertatih menyusuri jalan, menuju terminal Purboyo. Duuh.. Rasanya perut ini melilit, maklum aku belum sempat mengisinya sejak pagi. Kupaksakan diri melangkah. “Ponorogo… Ponorogo..!!!” Teriakan beberapa kernet menyelingi hawa gerah yang menyelimuti. “Ponorogo, Mbak?” di hadapanku seorang kernet berkaos biru berdiri tegap. “Enggak, Pak. Saya mau ke Ngawi..” kusunggingkan seulas senyum penawar kecewa. Kernet itupun ngeloyor pergi. Aku menghela napas. Kulanjutkan langkah ke tempat pemberhentian bis tujuanku. Tak lama, bis yang kunanti tiba. Sumber Kencono jurusan Jogja berhenti tepat di depanku. “Alhamdulillah..” bisikku pelan. Rasanya aku tak kuat lagi menanti lebih lama. Segera aku melompat ke dalamnya. Hupp! Sambil celingak-celinguk mencari tempat duduk, aku memegang erat tas sampirku. Masih teringat jelas beberapa hari yang lalu aku hampir jadi korban pencopetan, seandainya saja seorang pemuda tanggung tak menolongku saat itu. Kuputuskan untuk duduk di ...