KESEHATAN MENTAL: MENJAGA KESEIMBANGAN PIKIRAN DI TENGAH KESIBUKAN

Kesehatan mental sering kali menjadi hal terakhir yang kita pikirkan, padahal ia memengaruhi segalanya—dari cara kita berinteraksi dengan orang lain hingga bagaimana kita menghadapi tantangan hidup sehari-hari.

Dunia sekarang bergerak begitu cepat, dan kita sering kali terjebak dalam rutinitas yang membuat kita lupa untuk berhenti sejenak dan mengevaluasi diri. Seiring dengan segala hal yang kita kejar, kita sering melupakan pentingnya menjaga kondisi pikiran kita. Padahal, kesehatan mental bukanlah sekadar tentang “merasa baik” atau “tidak stres”, tapi tentang bagaimana kita bisa menerima dan merawat diri dengan penuh pengertian, tanpa rasa bersalah.

Bagi saya, pengalaman pribadi dalam menghadapi depresi selama 4 tahun adalah perjalanan yang mengajarkan betapa pentingnya kesehatan mental. Di masa itu, saya merasa terjebak dalam pikiran yang gelap gulita dan penuh kecemasan, seperti tidak ada jalan keluar. Saya merasa sakit, lelah, kehilangan semangat hidup, dan tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya, dunia di sekitar saya berjalan begitu normal, sementara saya merasa terasingkan dan tidak bisa mengikuti irama hidup seperti biasa. Itu adalah masa yang penuh tantangan, saat-saat ketika saya merasa begitu ingin pergi dan tidak ada harapan sama sekali.

Namun, pelan-pelan saya menyadari bahwa menyembuhkan diri tidak terjadi dalam semalam. Ada banyak langkah kecil yang harus saya ambil, mulai dari mengakui bahwa saya membutuhkan bantuan, berbicara dengan orang-orang yang saya percayai, dan belajar menerima bahwa saya tidak bisa selalu merasa baik setiap saat. Salah satu hal yang saya pelajari adalah bahwa kesehatan mental bukanlah sesuatu yang harus dihadapi sendirian. Mengakui bahwa saya membutuhkan waktu dan dukungan untuk pulih adalah langkah pertama yang besar, dan itu tidak membuat saya lebih lemah—justru itu membantu saya untuk lebih kuat.

Banyak orang berpikir bahwa masalah mental itu hanya berlaku bagi mereka yang mengalami gangguan berat, padahal kenyataannya, setiap orang punya tantangannya sendiri. Stres, kekhawatiran, atau bahkan rasa kesepian bisa datang kapan saja, bahkan di momen yang kita anggap biasa. Itu adalah bagian dari hidup yang harus kita pelajari untuk diterima, bukan disembunyikan. Begitu juga dengan stigma soal kesehatan mental yang masih ada di banyak tempat—kenapa harus malu untuk mengakui bahwa kita butuh bantuan?

Berbicara tentang kesehatan mental itu penting, tapi tidak semua orang merasa nyaman. Kita cenderung takut dianggap lemah atau tidak mampu mengatasi masalah kita sendiri, padahal setiap orang berhak merasa aman dan didengar, tanpa penilaian. Mencari bantuan itu bukan tanda kelemahan, tapi langkah untuk tumbuh dan menjadi lebih baik.

Kesehatan mental juga bukan hanya soal menghadapi masalah besar seperti depresi atau kecemasan yang parah. Itu tentang menjaga keseimbangan dalam hidup yang semakin penuh dengan tekanan dan tuntutan. Seperti bagaimana kita sering kali merasa bersalah saat tidak produktif, atau merasa tertekan untuk selalu terlihat bahagia di media sosial. Padahal, hidup tidak selalu hitam dan putih, dan kita tak perlu merasa harus memiliki segalanya sempurna. Kurang itu tidak apa-apa, salah juga bisa diperbaiki nantinya. Kita butuh beristirahat, menjadi manusia apa adanya, dan memberi ruang untuk diri kita—itu bagian penting dari merawat jiwa.

Bicara soal media sosial, kita harus lebih cerdas menghadapinya. Jujur, saya sendiri beberapa kali merasa tertekan melihat pencapaian orang lain yang tampak begitu luar biasa. Tapi, setelah saya pikir-pikir, kita semua punya cerita dan perjalanan masing-masing. Dan sering kali, apa yang kita lihat di luar belum tentu menggambarkan apa yang terjadi sebenarnya. Itulah kenapa penting untuk tetap realistis dengan ekspektasi diri sendiri dan memberi waktu untuk merawat kesehatan mental kita.

Akhirnya, kesehatan mental itu tentang memberi perhatian pada diri sendiri—apakah itu melalui waktu pribadi, berbicara dengan orang yang kita percayai, atau mencari bantuan profesional jika diperlukan. Itu adalah perjalanan yang terus berkembang, dan tidak ada salahnya untuk memulai dengan langkah kecil. Karena kita semua berhak merasa bahagia dan damai dengan diri kita sendiri, tanpa perlu merasa terbebani.

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)