LARUT BERSAMA OMBAK
Sesubuh ini aku sudah di sini, menikmati hembusan angin yang membelaiku, deburan ombak yang meninabobokkanku, dan kelembutan pasir yang menyelimutiku. Secercah cahaya nun jauh di tengah ombak sana, sesekali terlihat, berkelap-kelip seolah menggodaku 'tuk mengikuti. Rembulan pekat menaungi, bagai dewa penjaga yang tak kenal lelah tersenyum menyemangati. "Icha.. Sedang apa kau disana, Sayang..?" Suara itu, lagi. Yang tak kenal lelah menemani kepenatanku setiap hari. Kutolehkan kepala perlahan, enggan. "Cuma ingin tadabbur, Mas.." Sosok itu kini terduduk di sampingku. Kembali kutatap langit. "Butuh sandaran..?" Kedip matanya jenaka. Hmm.. Perhatian melimpah itu, lagi. Aku bertanya-tanya kapan ia akan mulai lelah. "Sampaikanlah, Cha.. Aku siap kapanpun kau ingin berbagi.." Aku kembali terhenyak. Kutatap senyum indahnya, yang tak pernah gagal meluluhkan hatiku. Tiba-tiba dorongan itu muncul kembali. Hal yang selalu Ibu larang,...