Postingan

DILEMA

Gambar
Hari ini aku menangis lagi. Tak henti-hentinya kuhapus air mata yang mengalir deras membasahi pipiku. Tragedi itu begitu jelas terbayang. Sebuah pertempuran tak seimbang antara mahasiswa Indonesia melawan aparat negaranya sendiri. Sebuah gerakan menuju revolusi, yang ternyata tak dapat dicapai dengan jalan DAMAI!! Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam batin. Mengapa para pemimpin itu tak kunjung sadar dengan tuntutan rakyat, hingga harus menimbulkan demonstrasi-demonstrasi yang sebenarnya tak perlu. Jika para pemimpin itu mau membuka hatinya sedikit… saja demi kebenaran, semua ini tidak perlu terjadi.  Mengapa para mahasiswa harus begitu garang melawan angkatan bersenjata yang jelas-jelas jauh lebih kuat dari mereka. Mengapa sesama rakyat Indonesia harus berperang? Saling melawan? Inikah arti kemerdekaan yang diperjuangkan dengan hidup mati para pahlawan terdahulu? Hatiku teriris pedih membaca tulisan di sebuah panduk saat tragedi itu berlangsun...

CINTA: KEKUATAN KREATIF MANUSIA

Seorang guru bukan hanya pengajar mata pelajaran di kelas, namun lebih penting dari itu, seorang guru terutama merupakan pendidik. Apa sebenarnya perbedaan antara pengajar dan pendidik? Seorang pendidik tidak hanya mengajarkan pelajaran di sekolah, tetapi juga pelajaran-pelajaran kehidupan yang beragam dan kompleks, sehingga anak dapat mengarungi belantara kehidupan yang luas di masa depan. Mendidik berbagai macam anak dengan karakter dan latar belakang yang beragam bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan kesabaran, keuletan, jiddi (usaha), kapabilitas, dan yang terpenting, keikhlasan. Seorang guru yang mendidik penuh cinta jelas akan berbeda dengan seorang guru yang hanya mementingkan akademis, nilai, dan prestasi anak semata. Padahal sesungguhnya tiap anak dapat merasakan perasaan sang guru saat mengajar, dan hal itu jelas akan mempengaruhi output anak-anak tersebut nantinya. Dalam buku penuh motivasi, Chicken Soup for the Soul, terdapat beberapa kisah tentang guru-guru yang mendidik de...

LARUT BERSAMA OMBAK

Sesubuh ini aku sudah di sini, menikmati hembusan angin yang membelaiku, deburan ombak yang meninabobokkanku, dan kelembutan pasir yang menyelimutiku. Secercah cahaya nun jauh di tengah ombak sana, sesekali terlihat, berkelap-kelip seolah menggodaku 'tuk mengikuti. Rembulan pekat menaungi, bagai dewa penjaga yang tak kenal lelah tersenyum menyemangati. "Icha..  Sedang apa kau disana, Sayang..?" Suara itu, lagi. Yang tak kenal lelah menemani kepenatanku setiap hari. Kutolehkan kepala perlahan, enggan. "Cuma ingin tadabbur, Mas.." Sosok itu kini terduduk di sampingku. Kembali kutatap langit. "Butuh sandaran..?" Kedip matanya jenaka. Hmm.. Perhatian melimpah itu, lagi. Aku bertanya-tanya kapan ia akan mulai lelah. "Sampaikanlah, Cha.. Aku siap kapanpun kau ingin berbagi.." Aku kembali terhenyak. Kutatap senyum indahnya, yang tak pernah gagal meluluhkan hatiku. Tiba-tiba dorongan itu muncul kembali. Hal yang selalu Ibu larang,...

PERJUANGAN

Mari kawan, bersama kita renungkan,  sudahkah kita benar-benar mampu membedakan,  antara ‘demokrasi ‘ dan ‘anarki’, antara ‘kritik’ dan ‘pelecehan’,  antara ‘kebebasan’ dan ‘kebablasan’,  antara ‘hak’ dan ‘kewajiban’,  antara ‘amanat’ dan ‘nikmat’,   antara ‘argumentasi’ dan ‘agitasi’? Ataukah kita hanya bisa protes dan berontak, tanpa mengerti apa yang sedang kita perjuangkan? Ataukah kita hanya menolak, tanpa memahami apa yang sedang berjalan? Ataukah kita hanya menuntut, tanpa berusaha menelusuri kebenaran? Ataukah kita hanya hanya terdiam, tanpa usaha untuk memahami lebih dalam? Ataukah kita hanya terpaku, dan membisu..  Membiarkan segalanya terjadi dan berputar di sekeliling kita, tanpa memiliki sedikit pun arti, di dalamnya?

TA'ARRUF

Ta’arruf dalam Islam? Menurut hemat saya, ada baiknya bila dalam prosesi ta’arruf yang didahulukan adalah an-nadzr (melihat wajah calon).  Hal ini saya maksudkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan nantinya, contoh kedua calon sudah melalui tahap tukar-menukar biodata, saling menghubungi -yang tak dapat dipungkiri dapat menimbulkan secercah rasa- namun pada saat bertatap muka, semuanya berakhir, disebabkan ketidakcocokan dari segi fisik.  Dalam hal ini terutama bagi para wanita/akhwat, akan terasa sangat menyakitkan. Sudah saatnya perasaan lebih diperhatikan dalam hal ini, sehingga ta’arruf tidak justru menimbulkan fitnah dan mudhorot.

KENANGAN ITU

Di siang yang panas.. Tepatnya di Auditorium GP1.. Acara Pembekalan Intensif 2019 “Boleh saya bercerita sedikit? Hal ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan materi kita kali ini, namun saya rasa adik-adik sekalian dapat mengambil sebuah pelajaran dari cerita yang akan saya sampaikan ini. Di tempat ini 10 tahun yang lalu, tepat pada momen serupa dengan yang adik-adik hadapi saat ini. Saya, yang pada waktu itu berusia kurang lebih 19 tahun, mengalami suatu fase yang pada masa itu sungguh teramat berat saya lalui. Saya punya penyakit tifus dan waktu itu penyakit itu menyerang saya dengan demikian dahsyatnya. Sebetulnya rasa sakit ini telah saya rasakan sejak masa imtihan tahriry nihaiy, namun karena satu dua hal, saya tidak dapat berobat dengan semestinya. Karena padatnya acara pada waktu itu, seperti yang adik-adik alami sekarang, saya jatuh sakit kembali, bahkan jauh lebih parah dari yang sudah-sudah. Ini mengakibatkan saya tidak sanggup menggerakkan badan saya dengan lel...

MAS-KU TERSAYANG 2 - TAMAT

Brassshhh!!! Badanku sukses menghempas air. Kepalaku timbul tenggelam. Toni yang susah payah sampai di seberang menatap ngeri sungai yang beriak karenaku. “I-cha.. ja-jaa-tuh.. Bagaimana ini?” Kakakku mencengkeram kerah kaos Toni kuat-kuat. “Ini semua gara-gara kamu, tahu!!” Disungkurkannya tubuh Toni hingga terjengkang. Tanpa pikir panjang kakakku melepas kaosnya, lalu melompat ke sungai. “Jar, awas!!” Semua mata mengikuti geraknya. Dengan lincah kakakku berenang ke tengah, tak mempedulikan hal lain. Yang ada di pikirannya hanya satu, menyelamatkanku! Sementara itu, aku yang telah kehilangan kesadaran semenjak terjatuh, makin jauh tenggelam ke dasar sungai. Hanya kepalaku yang sesekali muncul ke permukaan. Sekuat tenaga kakakku meraih tubuhku yang lemah, mengaitkannya ke punggungnya yang kurus. Gabungan dua badan yang memberatkannya tak dipedulikan sama sekali. Ia mengayuhkan kaki dan tangan, menjangkau sejauh dan secepat mungkin ke tepi sungai. “Hooiii!!! Bantu aku naik!!” Danang da...