Postingan

KITA

Kita bukan pasangan yang sempurna Kau adalah kamu, dan saya adalah aku Kita sangat berbeda Tapi entah kenapa, kita tak bisa berpisah Selalu ada rindu Menyentak di relung kalbu Aku rindu hangatmu, kadang teguranmu Kau bilang, kau rindu percikanku Lalu sekali waktu, kita saling marah Aku egois, dan kau lelah Namun tak lama, pasti ada saja Yang kembali menyatukan hati Retak itu tak ada lagi Dan saat musim semi, bunga-bunga Bermekaran kembali Merekah Aku heran, apakah Dulunya saat diciptakan Kita sempat saling melihat Lalu berjanji mengikat rasa Saat sampai di dunia? Karena celah yang ada Di antara kita Bagai jigsaw sempurna Satu Yang terbentuk dari dua

PERGI

“Saya terima nikahnya...” Suasana syahdu. Tangan menengadah. Semua berdoa ke hadirat-Nya. Memohon yang terbaik bagi keduanya. Di sudut kanan, seorang gadis menitikkan air mata. Ia terharu. Kini seorang pria telah menikahinya. Kehidupan baru menyongsong. *** “Kamu gimana, sih? Masak begini saja gak bisa?” Pintu dihempas. Sang gadis mengerutkan badan di samping jendela. Lelakinya marah. Untuk pertama kalinya. *** “Kemarin kamu bilang apa saja, sampai mereka salah paham!” suaranya kembali meninggi. “Aku.. aku cuma...” “Alah, alasan saja kamu. Sukanya ngomong aneh-aneh, kamu tidak mikir apa pandangan mereka terhadapku? Kamu cuma mikir diri sendiri bisanya,” lelaki itu pergi. Meninggalkan gadis berwajah pucat itu sendiri. Lagi. *** “Bagaimana kabarmu, Cha? Pasti bahagia, pengantin baru...” gelak tawa terdengar dari ujung telepon yang digenggamnya. Sang gadis terbata, “I..iya... Alhamdulillah..” Disekanya air mata yang membanjir seketika. *** Dulu, lelaki it...

SEMBILU

Sembilu menikam hati Darah merah memecah Ia membelah Sembilu tertawa tampakkan taringnya Topeng kesucian dikenakannya Hati menangis, meronta Sembilu tak lepaskan dirinya Hati makin terluka Tapi semua anggap sembilu tak berdosa Sembilu menyeringai di balik topeng Liat.. jahat... Hati perlahan hancur, binasa

SAHABAT

Aku sulit mengungkapkan perasaan. Itu karena, di tempat di mana aku dibesarkan... ah, entahlah. Kami bukan keluarga yang saling memeluk satu sama lain untuk membagi kehangatan, atau mengucap cinta dan sayang terang-terangan, apalagi menangis bersama karena suatu kejadian. Aku tak tahu apa ini hanya perasaanku saja, tapi aku merasa dituntut untuk menutup perasaan. Akan banyak salah paham bila aku ingin jujur akan apa yang sedang berselang.    Padahal, aku pribadi merasa aku adalah orang yang sangat ekspresif. Terbahak-bahak saat bahagia, menangis tersedu ketika berduka. Tapi aku tak bisa melakukannya di rumah. Aku akan dianggap melenceng dan aneh, sebab beda dari lainnya. Aku tak tahu, mungkin karena aku tak pernah mencoba. Semua saudaraku laki-laki, mereka tak sepenuhnya mengerti. Aku bersikap seperti pria, itu lebih mudah. Maka aku sayang sekali pada sahabat-sahabatku, mereka tempat curhatku yang tak pernah lelah. Apalagi men-judgeku ini itu. Mereka hanya di...

KUCING

Aku belajar banyak hal dari hewan satu ini. Hal-hal yang pasti akan ditolak mentah-mentah oleh mereka yang menganggapnya hewan paling berbahaya di dunia. Termasuk begitu banyak orang di sekitarku. Baiklah, dimulai dari kebiasaan-kebiasaannya. Tahukah kalian kenapa ia sering menjilat badannya? Itu karena ia pergi kemana-mana dan bersentuhan langsung dengan banyak kotoran. Ia merasa risih badannya kotor, maka ia selalu berusaha membersihkan tubuhnya. Ia tahu air adalah sumber bakteri, maka ia menggunakan lidah dan ludahnya untuk mandi, alih-alih menceburkan diri ke genangan air, misalnya. Lidah kucing memiliki permukaan-permukaan tebal dan kasar yang bisa dipakai untuk bersuci, beda dengan kita. Ludahnya juga mengandung enzim pembersih yang tidak ada di tubuh manusia. Jadi cukup dengan menjilat tubuhnya, ia akan bersih kembali. Terhindar dari bakteri-bakteri yang tadi mengelilinginya. Bukankah sampai sini, sudah luar biasa? Kita saja, tak serajin itu dalam melakukannya. Dan tak sedet...

BERDUA

Beri aku masalah, dan beri aku pena, maka akan tercipta sebuah atau berbuah-buah karya. Dari dulu, aku akan menjadi produktif saat sedang bermuram durja. Atau sedang berduka. Atau ditimpa masalah. Haha. Ironis memang. Saat bahagia, otakku buntu. Penaku macet. Menulis satu kalimat saja susahnya tak terkira. Maka, masa paling produktifku adalah saat bersekolah nun jauh di sana. Saat sendiri jauh dari teman setia dan keluarga. Saat banyak masalah tapi tak ada yang bisa dipercaya. Saat itu, penaku bagai tinta antah berantah. Ajaib tak terkira. Tak ada satu haripun tanpa mengukir karya-karya indah. Meski sayang seribu sayang, semua hilang sekarang. Jadi begitu menginjak tahun terakhirku di sana, dan menemukan seorang sahabat kepercayaan, juga mulai kembali tertawa, penaku kembali tumpul seperti sediakala. Dan hal itu berlangsung sangaaat lama terlebih saat mulai kuliah. Kuliah adalah masa paling bahagia dalam hidupku. Dikelilingi banyak teman dan popularitas yang meroket membuatku...

SALAH

Sejak kecil, aku hobi bermimpi. Anganku tinggi. Aku suka berkhayal. Kadang, aku sangat terlarut dalam apa yang aku impikan, semua terasa seperti kenyataan. Salah satu cita-citaku adalah keliling dunia. Yah, mimpi yang katanya adalah mimpi sejagad raya. Semua orang menginginkannya. Tapi tidak. Milikku beda. Aku yakin aku bisa, dan aku akan melakukannya. Meski tak mudah. Namun semakin kesini, aku makin mengetahui. Ternyata mimpi itu adalah mimpi yang berat sekali. Di dunia di mana orang-orang hidup untuk menetap dan mencari kemapanan, aku berniat untuk terbang bebas mengelilingi bumi. Meniadakan sekat, batas ruas, hanya lingkaran. Satu. Semua. Aku bukan ingin keliling dunia untuk berfoto ria. Atau pergi ke tempat-tempat wisata. Aku pergi untuk kembali. Untuk belajar tentang arti kehidupan ini. Bagaimana bersyukur, bagaimana orang lain di tempat lain menghabiskan napas pemberian Tuhan. Tapi, itu adalah mimpi yang salah. Mimpi yang tidak realistis. Mimpi yang harus dilepas ketik...