AKU ADALAH PRODUK KAPITALISME

Banyak kelompok mengelu-elukan, 'Ganyang Kapitalisme!!!' dalam demonstrasi dan aksi unjuk rasa mereka. Hal yang sudah biasa kita dengar. Namun sesungguhnya, benarkah pemahaman kita akan kapitalisme selama ini?

Aku sendiri, baru benar-benar menyadari rasa ngeri yang mengancam dari sebuah kata yang begitu sering kita dengar, 'kapitalisme', setelah mengikuti sekolah filsafafat ini.

Sesungguhnya kapitalisme telah menyatu erat dengan tiap diri kita, mengalir bersama darah pada nadi, berjalan seiring pemikiran kita, mulai bangun tidur hingga kembali ke kamar di malam hari. Sungguh! Tak ada waktu dimana kita tidak merefleksikan paham kapitalisme, bahkan dalam tiap tarikan napas kita.

Mau bukti? Baiklah, aku akan mencoba menjelaskannya. Hal pertama yang terlintas di pikiranku saat bangun tidur adalah, dengan pasta gigi apa aku akan menggosok gigi, dan sabun muka apa yang akan kupakai. Belum lagi setelah mandi, pakaian apa yang akan menemani hariku, lalu sepatu, tas, huaaaahhhh… seolah hal terpenting dalam hidup adalah semua peralatan itu. Terutama bagi wanita sepertiku, pelembab apa yang dipakai, bedak, parfum, lipgloss, handbody… Dan yang tak kalah penting untuk melengkapi penampilan, handphone dengan merek yang sedang 'in' jadi pilihan.

Masih mengelak? Sekarang beralih ke institusi pendidikan. Di sekolah yang selama ini kupuja-puja sebagai pengangkat harkat martabat anak bangsa, tanpa disadari pikiran dan rasio justru makin terkekang. Seorang anak yang hampir lulus SD, misalnya, pasti ditanya akan ke SLTP mana? Lulusan SLTP, akan ke mana meneruskan jenjang pendidikannya? Terutama lulusan SMU, pasti berlomba-lomba dengan segenap usaha, untuk masuk ke perguruan tinggi terkenal di tempatnya. Jika kemampuan tidak memenuhi syarat, maka segala cara pun jadi pilihan.

Siapa sebenarnya yang menentukan segala urutan kehidupan ini? Bahwa kita harus menggosok gigi dengan pasta gigi, menggunakan peralatan mandi dan berhias yang berkualitas, mengenakan pakaian bermerek, tas yang sesuai dengan keseluruhan penampilan, jika ingin masuk ke dalam golongan 'trendy' dan' gaul'.

Siapa yang bisa menolak pesona HP keluaran terbaru yang membuat kita merenung meratapi nasib jika tak mampu membelinya, atau barang-barang mutakhir lain yang terus berkembang setiap hari?
Siapa yang berani mengatakan, 'Aku memutuskan keluar dari sekolah ini karena menolak sistem kapitalisme yang telah merongrong begitu dalam!'?
Siapa???
Akupun tak mampu membayangkannya…
Maka, dengan sedih aku berteriak lantang, berusaha menyaingi gemuruh dunia yang gemerlap,

"Aku adalah Produk Kapitalisme!!!"

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)