FILSAFAT

Membincang filsafat memang seperti menggali sumur tanpa dasar—gelap, dalam, dan sering kali menegangkan. Pikiran seolah tersedot ke dalam labirin pemikiran para pendahulu, menyelami hakikat segala sesuatu di sekitar kita. Kadang aku bertanya-tanya, bagaimana mungkin mereka mampu menembus kepekatan sumur hakikat itu? Betapa gigihnya mereka dalam mencari kebenaran dan pengetahuan!  

Namun, tak bisa dipungkiri, problematika yang dihadapi para pecinta filsafat selalu berputar di poros yang sama. Goyahnya kepercayaan, kecenderungan untuk terus bersikap skeptis, hingga kebingungan yang tak berujung. Seakan-akan, filsafat selalu dikelilingi bayang-bayang ketidakpastian yang menakutkan. Tak heran, citra filsafat kerap dicap buruk—seolah semua yang mendalaminya pasti terperosok ke dalam jurang kekafiran atau kemurtadan. Memang, banyak yang tersandung di sana. Namun, apakah itu cukup untuk menjustifikasi bahwa filsafat identik dengan liberalisme yang kebablasan?  

Lalu, bagaimana kita bisa tetap teguh dalam keyakinan tanpa kehilangan esensi filsafat itu sendiri? Bagaimana caranya agar kita tetap kritis tanpa tersesat? Ini bukan sekadar pertanyaan, tapi tugas besar yang harus kita pikul bersama—utang intelektual yang menuntut untuk dilunasi setelah perjalanan panjang dalam menimba ilmu dan pengalaman...

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)