Postingan

KUCING

Aku belajar banyak hal dari hewan satu ini. Hal-hal yang pasti akan ditolak mentah-mentah oleh mereka yang menganggapnya hewan paling berbahaya di dunia. Termasuk begitu banyak orang di sekitarku. Baiklah, dimulai dari kebiasaan-kebiasaannya. Tahukah kalian kenapa ia sering menjilat badannya? Itu karena ia pergi kemana-mana dan bersentuhan langsung dengan banyak kotoran. Ia merasa risih badannya kotor, maka ia selalu berusaha membersihkan tubuhnya. Ia tahu air adalah sumber bakteri, maka ia menggunakan lidah dan ludahnya untuk mandi, alih-alih menceburkan diri ke genangan air, misalnya. Lidah kucing memiliki permukaan-permukaan tebal dan kasar yang bisa dipakai untuk bersuci, beda dengan kita. Ludahnya juga mengandung enzim pembersih yang tidak ada di tubuh manusia. Jadi cukup dengan menjilat tubuhnya, ia akan bersih kembali. Terhindar dari bakteri-bakteri yang tadi mengelilinginya. Bukankah sampai sini, sudah luar biasa? Kita saja, tak serajin itu dalam melakukannya. Dan tak sedet...

BERDUA

Beri aku masalah, dan beri aku pena, maka akan tercipta sebuah atau berbuah-buah karya. Dari dulu, aku akan menjadi produktif saat sedang bermuram durja. Atau sedang berduka. Atau ditimpa masalah. Haha. Ironis memang. Saat bahagia, otakku buntu. Penaku macet. Menulis satu kalimat saja susahnya tak terkira. Maka, masa paling produktifku adalah saat bersekolah nun jauh di sana. Saat sendiri jauh dari teman setia dan keluarga. Saat banyak masalah tapi tak ada yang bisa dipercaya. Saat itu, penaku bagai tinta antah berantah. Ajaib tak terkira. Tak ada satu haripun tanpa mengukir karya-karya indah. Meski sayang seribu sayang, semua hilang sekarang. Jadi begitu menginjak tahun terakhirku di sana, dan menemukan seorang sahabat kepercayaan, juga mulai kembali tertawa, penaku kembali tumpul seperti sediakala. Dan hal itu berlangsung sangaaat lama terlebih saat mulai kuliah. Kuliah adalah masa paling bahagia dalam hidupku. Dikelilingi banyak teman dan popularitas yang meroket membuatku...

SALAH

Sejak kecil, aku hobi bermimpi. Anganku tinggi. Aku suka berkhayal. Kadang, aku sangat terlarut dalam apa yang aku impikan, semua terasa seperti kenyataan. Salah satu cita-citaku adalah keliling dunia. Yah, mimpi yang katanya adalah mimpi sejagad raya. Semua orang menginginkannya. Tapi tidak. Milikku beda. Aku yakin aku bisa, dan aku akan melakukannya. Meski tak mudah. Namun semakin kesini, aku makin mengetahui. Ternyata mimpi itu adalah mimpi yang berat sekali. Di dunia di mana orang-orang hidup untuk menetap dan mencari kemapanan, aku berniat untuk terbang bebas mengelilingi bumi. Meniadakan sekat, batas ruas, hanya lingkaran. Satu. Semua. Aku bukan ingin keliling dunia untuk berfoto ria. Atau pergi ke tempat-tempat wisata. Aku pergi untuk kembali. Untuk belajar tentang arti kehidupan ini. Bagaimana bersyukur, bagaimana orang lain di tempat lain menghabiskan napas pemberian Tuhan. Tapi, itu adalah mimpi yang salah. Mimpi yang tidak realistis. Mimpi yang harus dilepas ketik...

BULLYING

Dulu aku bersekolah di sebuah lembaga pendidikan yang bisa dibilang bertaraf internasional. Siswa-siswinya berasal dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan dunia. Dan aku salah satunya. Awalnya sangat menyenangkan memang, mengenal banyak orang dari mana-mana. Pergaulan luas dan tukar pikiran tak terbatas membuatku amat betah di sana. Tapi perlu digarisbawahi, awalnya. Mengapa demikian? Sebab pada tahun ketiga dan keempat, aku mulai mengenal arti kata penindasan. Ya, penindasan, atau lebih keren sekarang dengan sebutan bullying. Baiklah, untuk lebih up to date dan ngetren, kita sebut saja bullying mulai sekarang. Menurut Wikipedia, bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Biasanya perilaku ini dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa memiliki kekuasaan lebih dari lainnya, dan kemudian, merasa berhak melakukannya. Uniknya, pada kasus bullying yang kutemui, atau lebih mantapnya, kualami sendiri, p...

PBA

Aku bukan orang yang mudah bergaul. Bisa dibilang, aku amat pemilih. Bila merasa nyaman, aku akan bersikap baik. Namun jika tidak, maka... biasanya aku berubah jadi sosok yang tak terbayangkan. Aku menyadari betul kekuranganku itu. Maka, aku tak mudah berteman. Orang yang baru kukenal memang akan kusapa. Namun, hanya itu. Sisanya adalah topeng. Jadi, tergantung topeng mana yang sedang kugunakan saat itu, seperti itulah orang tersebut akan mengenalku. Uniknya, aku nyaman di PBA 2010. Begitu aku bergabung, seketika aku memutuskan untuk mengenakan topeng ceria, cerdas, dan bertanggung jawab. Aku juga menjadi seorang yang penuh percaya diri. Selalu maju tanpa diminta, menguarkan aura mahasiswa baru yang luar biasa. Maka jadilah aku terpilih sebagai ketua angkatan PBA 2010 bersama Roy, seorang berjiwa aktivis murni tanpa rekayasa, penuh dengan idealisme membara yang membuat siapapun di sekitarnya terpesona. Kami berdua masih muda, dibalut dengan cita-cita tiada tara. Kami punya m...

JANJI

Aku melihatnya dari kejauhan. Perempuan muda dengan mata sembab itu. Ia tercenung di pojok ruko. Pandangnya nanar, menatap jauh ke depan. Tak yakin apa yang sedang ia pikirkan. Lama memandanginya, kuputuskan untuk mendekat. “Meong....” sapaku pelan sambil bersiap melarikan diri. Siapa tahu ia sama seperti kebanyakan orang di sekitar sini. Yang tak mengerti artinya mengasihi sesama makhluk, dan cuma bisa dengan semena-mena mengusir bangsaku pergi. Pelan, ia menoleh.  Sejenak ia menatapku. Tak kusangka, ia menghampiriku. “Puss...” katanya. “Kamu lapar ya...” Suaranya serak. Matanya juga kelihatan lebih bengkak dilihat dari dekat. “Meong....” jawabku mengiyakan. Ia spontan mengelusku. “Maaf pus... aku tidak bawa makanan...” Ia tampak sungguh menyesal. Kudekatkan diri padanya. “Meong...” Kuusapkan diriku ke roknya yang lebar. ‘Tidak apa-apa,’ batinku. Aku makin penasaran padanya. Siapa dia? Dan kenapa ia di sini sendiri seperti ini? Seperti mengetahui apa yang kupikirka...

KEHILANGAN

Sejujurnya, aku buka n seorang yang penyayang. Aku pemarah, temperamen, dan tidak sabaran. Tapi entah mengapa, suatu saat di bulan Mei, aku terdetik untuk memelihara seekor hewan lucu, entah kucing atau kelinci. Tapi aku sama sekali tak tahu caranya, hanya berharap saja dalam hati. Eh, tiba-tiba saat ke ATM seperti biasa, seekor kucing menarik perhatianku. Ia kurus, tak terawat, tampak lapar dan kedinginan. Spontan aku tergerak (entah apa yang menarikku) untuk memeluknya penuh iba. Aku terkaget sendiri, biasanya aku paling enggan menyentuh benda jalanan yang tak familiar, apalagi bila tampak kotor. Tapi kali ini, begitu kuelus kepalanya, dan mendengarnya mengeong, hatiku seketika mencelos. Aku jatuh cinta. Untuk pertama kalinya. Tak berapa lama, kuputuskan untuk memberinya makan. Aku pergi ke pasar yang tak jauh dari sana. Kubeli beberapa potong ikan, dan bergegas kembali untuk menyuapinya. Apa daya, saat aku kembali, tak kudapati anak kucing itu. Ia lenyap entah kemana. Bunga...