MENGAJAR ITU MENYENANGKAN

Ada satu kelas yang sempat bikin aku hampir putus asa! Pokoknya setiap kali aku dapat giliran mengajar di kelas itu, rasanya ingin sekali digantikan oleh rekan yang lain. Memang sih, awalnya aku sudah merasa kurang sreg dengan mata pelajaran yang harus kuajarkan satu ini, yaah.. sebagian besar karena aku merasa kurang berkompetensi untuk mengajarkannya. Maka, karena pedoman yang kuyakini dalam pengajaran, bahwa ruuhu-l-mudarrisah ahammu min mudarrisah nafsiha (jiwa seorang guru lebih penting dari guru itu sendiri), mungkin semua santri juga ikut merasakan keenggananku mengajar. 

Walhasil, semakin lama kelas pun berubah fungsi jadi kuburan. Hanya bebrapa gelintir anak saja yang masih setia mendengarkan penjelasanku, yang lainnya? Waah!! Ada beberapa opsi, pertama, tidur dengan suksesnya. Kedua, melamun dengan khayalannya masing-masing. Ketiga, pandangan terarah padaku tapi jiwanya entah melayang kemana. Yang lebih parahnya lagi, intensitas pertemuan untuk pelajaran ini jauuuh lebih banyak daripada pelajaran lain dalam seminggu! Haha.. Sekarang kalau kuingat-ingat lagi, rasanya lucu juga perasaanku saat itu… Persiapan mengajar yang tak semudah membalikkan telapak tangan, ditambah minimnya penrimaan santri, benar-benar membuatku hampir menyerah kalah dan membiarkan mereka dengan kelakuannya.

Ternyata suatu hari, saat iseng membaca salah satu karya Hernowo-salah satu penulis yang kukagumi-aku sungguh terinspirasi oleh cara beliau mengajarkan mata pelajaran sastra (yang sering disebut pelajaran yang sangat membosankan!) dengan metode yang unik, berbeda, dan menarik. Segera aku bertekad mencoba dan menerapkan beberapa cara yang kurasa potensial untuk mengubah 180 derajat pengajaranku selama ini.

Pertemuan pertama, karena materi pelajaran berhubungan dengan kata kerja (verbs), kucoba metode listening, salah satunya dengan lagu-lagu berbahasa Inggris. Setelah mendengarkan lagu yang telah kupilih dan kusesuaikan dengan kemampuan para santri, setiap santri diwajibkan menemukan kata kerja/verbs yang mereka dapati pada lagu tersebut. Tentu saja aku menjelaskan peraturan metode listening ini sejak awal agar meraka mengerti. Nah, metode ini kumaksudkan untuk melatih ketepatan pendengaran dan kecermatan siswa terhadap lagu yang didengarkan. Awalnya mereka memang tampak bingung dan kesulitan, namun selanjutnya semua enjoy dan mulai menulis dengan semangat. Aku pun mulai optimis!!

Pertemuan selanjutnya, kucoba metode lain. Para siswa kuminta menulis identitas diri masing-masing dalam bentuk yang paling mereka sukai. Tentu saja teks terlampir wajib menggunakan bahasa resmi. Meski susaaahhh sekali pada permulaannya, akhirnya semua mengumpulkan hasil karya mereka, meski masih banyak kekurangan.

Semakin lama semakin mudah. Sekali waktu, mereka kuminta menulis lagu favorit mereka dalam bahasa apapun. Setelah itu mereka harus mengapresiasikannya ke dalam bentuk karangan sederhana berbahasa Inggris. Pernah juga di lain kesempatan, aku membuat puzzle yang berhubungan dengan materi pelajaran. Ini termasuk salah satu metode yang paling kusukai karena dengan ini, tanpa dipaksa siswa mau membaca buku dan menelaahnya kata perkata. Hal yang kunilai hampir mustahil dalam keadaan biasa!

Ada juga metode lain yang secara tidak langsung ‘memaksa’ siswa membuka dan membaca bukunya dengan detail, tanpa terkecuali. Yaitu meniru perintah yang hampir selalu ada di setiap soal ujian, dalam format ‘arrange/rearrange’ atau menyusun kembali kalimat yang telah diacak. Begitu telah terbiasa mengerjakan berbagai tugas lain dengan senang hati, soal menyusun kembali -yang dulu terasa begitu sulit dan menjemukan- kini mereka kerjakan dengan ceria.

Tentu saja semua metode ini tidak akan berhasil tanpa ketegasan guru terhadap tugas-tugas yang diwajibkan. Bila belum selesai dikerjakan pertemuan ini, tugas boleh dikumpulkan pertemuan mendatang. Tapi yang jelas, bagi mereka yang belum selesai atau tidak melengkapi tugas dengan alasan APAPUN, maka dipersilahkan berdiri sepanjang pelajaran atau disesuaikan dengan keadaan.

Akhirnya setelah beberapa minggu menjalankan metode baru -bagiku- ini, aku makin enjoy mengajar mata pelajaran yang tadinya merupakan momok besar bagiku, dan yang jelas tak ada lagi keluhan-keluhan yang mengganggu! Semua siswa siap menerima kejutan pelajaran baru, dan akupun bagai mendapat energi ekstra untuk menyalurkan berbagai hal yang kutahu. Alhamdulillah…

Penting!!! : Variasi metode dapat dilakukan setelah pengajar yakin semua materi yang telah ditentukan telah disampaikan dan dipahami dengan baik oleh siswa! Dan, tentunya, masih banyak cara lain yang belum dan masih akan terus kugali dan kucoba!! Mau bergabung? ;-)

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)