PENGAWAS UJIAN = LATIHAN KESABARAN

Banyak yang aku perhatikan selama menjadi pengawas ujian. Maksimal 15 menit pertama, semua santri akan diam, tenang, dan khusyuk membaca lalu berusaha mengerjakan soal-soal ujian. Tak satupun mengobrol, mengantuk, apalagi tertidur. Semua berusaha sedapat mungkin menjawab soal-soal yang diberikan.

Menjelang 15 menit kedua, satu dua santri mulai gelisah. Menoleh ke kanan-kiri, memijit-mijit kening, bahkan ada yang sudah mulai mengantuk. Keberadaan pengawas mulai difungsikan sebaik-baiknya. Keliling sana-sini, membangunkan yang mengantuk, mengingatkan yang melamun, sampai memarahi yang corat-coret sembarangan. Entah apa jadinya kalau ujian dilaksanakan tanpa pengawas. Mungkin sebagian santri akan berbuat seenaknya, disiplin takkan sepenuhnya berjalan!

Melewati setengah jam pengerjaan ujian, kepala-kepala satu persatu diletakkan di atas meja, bertopang dagu atau bertumpu punggung telapak tangan. Yang masih serius 100% hanya beberapa santri saja saat ini. Sebagian besar memandangi hampa soal yang tak terpecahkan, lembar jawaban yang masih kosong disana-sini, sampai memikirkan rencana liburan yang akan menjelang. Kehadiran pengawas ujian hampir sepenuhnya diacuhkan. Namun yang selalu membuatku salut selama menjadi pengawas, tak satupun anggota kelas yang kuawasi menyontek, ataupun bekerja sama dengan teman di sekitarnya. Semua diatur oleh pola pikir yang telah dibentuk selama di ma’had.

Memasuki menit ke-45, pemandangan diluar jendela jadi sasaran pengalihan pikiran dari soal-soal yang memusingkan. Kali ini pengawas ujian benar-benar disuguhi pemandangan mengenaskan. Kening yang berkerut, kepala yang terkantuk-kantuk, juga wajah manyun saat dibangunkan. Hhhh… Jadi pengawas memang ujian kesabaran…

Sisa-sisa waktu selanjutnya sudah dapat ditebak. Pengawas yang sudah mulai kelelahan, santri yang tak kunjung temukan jawaban, dan bel yang dinanti-nanti belum juga berdentang. Gabungan berbagai yang yang memang mengesalkan. Anehnya, 5-10 menit menjelang bel pengumpulan jawaban berbunyi, mata-mata yang mengantuk bagai digelayuti berton-ton beban seketika lenyap begitu saja. Yang ada hanya rasa gelisah menunggu saat pengumpulan jawaban bagi yang sudah pasrah, dan sibuk mengisi nomer yang kosong bagi yang baru mendapat ilham. 

Haha… sungguh kompleks! Pondok memang mengajarkan keikhlasan dan kesabaran, juga kekuatan fisik, melalui berbagai cara, salah satunya ya.. menjadi pengawas ujian! 

Komentar

Baca Tulisan Aisyah El Zahra Lainnya

SEROJA

GELAP

SURAT (3)