Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

旅の途中 (Tabi no Tochū)

ある日、サクラは小さな町を出発しました。 (Aru hi, Sakura wa chiisana machi o shuppatsu shimashita.) 彼女は自分を見つけるために、遠くの山へ向かうことに決めました。 (Kanojo wa jibun o mitsukeru tame ni, tōku no yama e mukau koto ni kimemashita.) 道を歩きながら、サクラは風の音や鳥のさえずりに心を癒されました。 (Michi o aruki nagara, Sakura wa kaze no oto ya tori no saezuri ni kokoro o iyasaremashita.) 途中で出会った村人たちは、温かい笑顔で彼女を迎えてくれました。 (Tochū de deatta murabito-tachi wa, atatakai egao de kanojo o mukaete kuremashita.) 「人生は旅のようだ」とサクラは思いました。 ("Jinsei wa tabi no yō da" to Sakura wa omoimashita.) 最終的に、山に到達したとき、彼女は満足感と平和を感じました。 (Saishū-teki ni, yama ni tōtatsu shita toki, kanojo wa manzoku-kan to heiwa o kanjimashita.) それは長い旅の中で見つけた、自分自身の場所でした。 (Sore wa nagai tabi no naka de mitsuketa, jibun jishin no basho deshita.)

THE SIMPLE SECRET

Characters: Cha – A thoughtful, curious person Max – A wise friend who enjoys simple pleasures One day, they make a conversation... Cha: "Max, I've been thinking a lot lately... How do I find happiness? It seems like everyone is searching for it, but I just can't seem to figure it out." Max: "Happiness, huh? It's a tricky one. But I think you're looking for it in the wrong places." Cha: "Wrong places? What do you mean? I thought it was about success, or having more things... or maybe traveling to exotic places?" Max: "All of those things can bring joy, but they don’t bring true happiness. You see, happiness is not about what we have or where we go. It’s about what’s inside us, in the moments that make us smile." Cha: "That sounds simple, but is it really that easy?" Max: "Well, let me ask you this—when was the last time you felt truly happy, just from the small things?" Cha: "Hmm... I guess when my friend ...

السعادة في قلبك

في قرية صغيرة، عاش علي. كان يحلم بأن يكون سعيدًا، لكنه لم يعرف كيف يحقق ذلك. في يوم من الأيام، قرر الذهاب إلى الجبال ليسأل رجلاً مسنًّا عن السعادة. قال علي: "كيف أجد السعادة؟" أجاب الرجل: "السعادة في قلبك. لا تبحث عنها في المال أو الأشياء الكبيرة، بل ابحث عنها في اللحظات البسيطة التي تجعلك تبتسم." فهم علي النصيحة وبدأ يقدّر الأشياء الصغيرة: ابتسامة صديق، كلمة طيبة، ومناظر الجبال الجميلة. منذ ذلك اليوم، شعر علي بالسعادة لأنه اكتشف أن السعادة موجودة في داخله.

JINGGA

Kusapa warna jingga, penuh pesona Bak mentari lembut jelang senja Mengiring langkah di ufuk sana Menghangatkan jiwa yang lama hampa Kusapa warna jingga, pengobat lara Melenyapkan bayang kelam luka Dalam cahayanya, harapan menyala Kusapa warna jingga, magis menggema Raguku, mungkinkah semua ini fana Atau sinarnya kan abadi selamanya

SORE

Suatu sore, kebahagiaan lahir tanpa rencana, kehangatan menyelimuti tanpa jeda. Gelak tawa membumbung di udara, bersama angin membawa aroma pasir dan lautan yang mempesona. Dari bangku kayu, senyum lirih terukir, tatapan lembut melayang tanpa akhir. Dalam hati, ia memahami maknanya, bahagia hadir di tempat yang sunyi, dalam bentuk yang abadi.

JEJAK

Udara masih dingin saat Bapak Jaka memulai pekerjaannya. Gelap melingkupi pantai. Ia hanya ditemani desiran ombak dan sesekali, lampu perahu nelayan di kejauhan. Tangannya cekatan mengayunkan sapu lidi, mengumpulkan sisa-sisa kehidupan yang ditinggalkan pengunjung: botol plastik, kertas makanan, kadang juga sandal yang kehilangan pasangannya. Baginya, pantai yang masih sunyi adalah bagian paling indah dari hari. Tanpa jejak kaki, pasir tampak suci, memantulkan sinar purnama yang perlahan memudar. Ia selalu berpikir, bagaimana mungkin keindahan ini sering diabaikan? Namun setiap pagi, bukan hanya tugas yang menyambutnya. Di antara gelap, ada misteri kecil: seorang gadis muda yang selalu duduk di batu karang sembari menggenggam buku catatan. Bapak Jaka penasaran. Mengapa gadis itu selalu ada sepagi itu di sana? Pada suatu hari, keberaniannya mengalahkan rasa segan. "Nak, apa yang kamu tulis di sana?" tanyanya, menyeka keringat di dahinya. Gadis itu tersenyum kecil, lalu menjawa...

TERBANG

Butiran embun pagi masih menempel di tubuh kecilku. Aku tergeletak di bawah, sayapku terluka setelah gagal mencoba terbang. Rasa sakit membuatku ingin menyerah. “Ciu, kamu di mana?” Suara itu lembut, penuh kekhawatiran. Aku ingin menjawab, tapi hanya bisa berkicau lirih. Tiba-tiba, bayangan besar menghampiriku. “Astaga, Ciu! Kenapa sayapmu begini?” Tangan hangat meraihku perlahan, menyelimutiku dengan kain lembut. Itu Rani, gadis yang selalu mengisi hariku dengan keceriaan. Rani membawaku ke rumah. Ia membersihkan sayapku yang kotor, mengoleskan sesuatu yang hangat dan menyembuhkan. “Kamu pasti bisa terbang lagi, Ciu. Tapi, kamu harus sabar, ya...” katanya sambil tersenyum. Hari demi hari, Rani melatihku perlahan. “Ayo, Ciu. Coba bentangkan sayapmu.” Suaranya penuh harapan. Aku takut jatuh lagi, tapi tatapan Rani memotivasiku. “Aku percaya padamu.” Dengan gemetar, aku mencoba mengepakkan sayap. Awalnya sakit, tapi kemudian terasa lebih ringan. “Kamu bisa, Ciu!” serunya penuh semangat. ...

PASAR

Setahun tinggal di Bondowoso, akhirnya pagi ini aku melangkah masuk ke Pasar Induk—tempat yang selama ini hanya kulihat dari kejauhan. Udara dipenuhi aroma rempah bercampur tanah basah, sementara suara tawar-menawar dan gelak tawa menghidupkan suasana. Ada sensasi yang sulit dijelaskan: aku takjub, kagum, sekaligus sedikit terkejut. Pasar ini seperti cermin yang memantulkan kenangan masa lalu. Saat Bondowoso hanyalah nama tanpa arti, pikiranku selalu penuh dengan rencana untuk pergi. Tapi kini, entah kenapa, aku memilih untuk menetap di sini. Seorang nenek terlihat sibuk merapikan dagangan di lapaknya, sesekali tersenyum pada pembeli yang datang. Aku terdiam, mengamati detail yang sebelumnya luput dari pandangan. Ada kesederhanaan dalam tiap gerak, semangat dalam setiap percakapan. Tempat ini menawarkan kenyamanan yang berbeda, seperti pelukan halus dari masa kecil yang nyaris terlupakan. Di depan penjual kain, aku berhenti. Sebuah baju batik kecil menarik perhatian, sederhana namun pe...

WHISPERS OF THE PAST

In the heart of a small, quiet town, Where the streets are worn and the sun beats down, I walk again, through roads I knew, Where my childhood dreams once grew. The trees still hum their gentle song, Their shadows tall, their arms so strong. The river flows as it did before, But its voice seems softer, its secrets more. Each corner speaks of days long gone, Of laughter, tears, and a youthful dawn. Here’s the park where I used to play, Where joy and sorrow chose to stay. I see the house with the faded door, Its creaking hinges, its scuffed-up floor. Inside, the echoes of love and pain, A family’s story in sunshine and rain. The faces I knew, they’re shadows now, Their whispers brush my furrowed brow. The past is here, it’s woven tight, In every corner, in every light. But standing here, I feel the glow, Of what I lost and what I know. This town, this place, it holds my heart, A piece of me, a sacred part. Though memories sting, I smile still, For this small town shapes my will. It taugh...

كن نفسك

في أحد الأيام، حلّق غراب في سماءٍ واسعة. كان الغراب يحب الطيران بعيدًا، لكنه كان يشعر بالحزن لاعتقاده بأن صوته ليس جميلاً كصوت باقي الطيور.   وفي يومٍ ما، سمع الغراب صوت بلبلٍ جميلٍ يُغني على أغصان شجرةٍ وارفة.  فكر الغراب: "يا ليتني أستطيع الغناء كهذا البلبل! صوتُهُ رائعٌ جدًا."   اقترب الغراب من البلبل وقال: "أيها البلبل، أنا معجبٌ بصوتكِ كثيرًا. هل يمكنكِ تعليمي الغناء مثلكِ؟"   ابتسم البلبل وقال: "لا أستطيعُ تعليمكِ، لكن إنْ أردتَ، يمكنني مساعدتك في إيجاد صوتك الخاص."   سأل الغراب بدهشة: "كيف أجد صوتي الخاص؟"   أجاب البلبل: "لكل طائر صوتٌ خاصٌ به. عليك أن تفخر بما لديك. لا تحاول تقليد الآخرين، بل كن نفسك."   تأمل الغراب في كلام البلبل. ثم بدأ يغني بصوته الخاص، وكان صوته جميلاً بطريقةٍ مختلفة. اكتشف الغراب أنه لا يحتاج لأن يكون مثل الآخرين ليكون مميزًا.   منذ ذلك اليوم، أصبح الغراب سعيدًا بصوته الخاص، وبدأ يغني بصوتٍ عالٍ، بينما كان البلبل يستمع مبتسمًا.

SURABAYA

Icha berdiri di sudut terminal Surabaya, memandangi keramaian yang seolah tak pernah berhenti. Ada keraguan yang menyelimuti hatinya. Setahun lalu, dia datang ke kota ini dengan rasa takut yang luar biasa, penuh kecemasan tentang kemampuannya bertahan sendiri. Saat itu, dunia terasa begitu besar, dan dia merasa terlalu kecil untuk menghadapinya. Namun, saat ini, semuanya berbeda.   Surabaya kini tidak lagi sekadar kota besar yang menakutkan. Icha sudah banyak berubah—tak lagi membiarkan ketakutannya menuntun langkah. Setiap sudut kota ini membawa kenangan tentang betapa jauh dirinya sudah berubah. Ketika pertama kali tiba, dia merasa seperti kapal yang terombang-ambing di tengah lautan lepas. Sekarang, meski masih ada rasa asing yang menempel, Icha merasa lebih kuat. Kakinya melangkah dengan mantap, meski tak bisa dipungkiri, ada sedikit kegamangan di hatinya.   Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari rumah. "Icha, kami butuh kamu. Semua tidak sama tanpa kamu di...

SEPEDA

Dari kecil, aku suka sepeda, Teman setia ke mana saja. Tak perlu bensin, tak perlu biaya, Hanya aku dan jalan yang terbuka. Sayang, waktu beranjak dewasa, Sepeda pun tinggal cerita. Di kota baru, langkah menggantinya, Berjalan kaki jadi biasa. Liburan tiba, aku kembali, Menyusuri kota yang damai sekali. Udara segar, polusi tak berarti, Ah, kapan lagi bisa begini? Sepeda impian selalu kunanti, Tapi entah kenapa tak kunjung terbeli. Padahal menabung sedikit demi sedikit tiap hari, Entah kapan kupunya, nanti. Namun aku sadar satu perkara, Sepeda kini bukan untuk semua. Orang bertanya-tanya, “Kenapa?” “Naik sepeda? Apa tak punya kendaraan lainnya?” Mereka lupa, sepeda tak cuma roda, Ia adalah jalan ke dunia yang lebih lega. Lebih sehat, lebih sederhana, Dan semua pun berterima kasih padanya. Bayangkan bila banyak yang sadar, Mengayuh sepeda di jalanan besar. Tanpa asap, tanpa bising yang gentar, Lingkungan tersenyum, udara pun segar. Tapi, aku tahu, ini tak mudah, Dunia seringkali terjebak...

PERMATA (2 - TAMAT)

Malam itu, setelah makan malam, Rio bersandar di sofa, memandangi Icha yang sibuk memindahkan pot tanaman kecil dari sudut ruang tamu ke sudut lainnya. Kebiasaan lamanya. Ia tersenyum tipis. Betapa Icha selalu mencari "sudut sempurna," meski Rio tahu esok pagi tanaman itu akan digeser lagi. "Sayang..." panggil Rio lembut, suaranya nyaris tak kedengaran. "Hmm?" Icha menoleh. "Mas mau tanya..." Rio berhenti sejenak, seolah memilih kata-kata yang tepat. "Kamu bahagia, tidak?" Pertanyaan itu sederhana, tetapi terasa seperti batu besar yang dilempar ke danau tenang. Membuat riak di hati Icha. Ia terdiam, menatap hampa, seperti mencari jawab di sela jari-jarinya. "Kenapa nanya begitu, Mas? Kita kan baik-baik saja," katanya akhirnya, dengan senyum kecil yang ia paksakan. Rio tersenyum samar, tapi matanya tajam menembus dinding perasaan yang coba Icha sembunyikan. "Kadang Mas merasa... kamu masih menyimpan banyak hal yang membuat...

DISKUSI

Diskusi Ruang Aman Milik Bersama Edisi 16 HAKTP - Kulon Project Bondowoso Toko Kopi Sinisuka, Kota Kulon  7 Desember 2024 Dalam rangka mendukung Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP), diskusi ini membicarakan bagaimana menciptakan ruang aman, terutama di ruang publik. Berikut adalah poin-poin utama yang dibahas: 1. Kenali Ancaman di Sekitar Pelecehan verbal seperti cat calling sering dianggap hal biasa, padahal itu adalah ancaman nyata yang sering diabaikan. Penting untuk tahu potensi risiko di ruang publik dan memetakan ancaman ini untuk melindungi diri. 2. Hadapi Pelaku dengan Tegas Kalau memungkinkan, tegur pelaku secara langsung. Tapi kalau situasinya tidak aman, lebih baik segera tinggalkan lokasi. Untuk orang sekitar, jangan diam. Tegur atau ingatkan pelaku secara proaktif, karena ini bisa menghentikan perilaku buruk itu. 3. Jauhi Lingkungan Tidak Sehat Saat pelaku atau lingkungan tidak berubah, jauhi dan hindari tempat tersebut. Dalam hubungan pribadi yang toxic , p...

RENTA

Bis itu menderu sangat kencang. Dengan nekat, ia menyalip ke kanan dan ke kiri kendaraan di depannya. Asap rokok membumbung. Diiringi deritan engsel-engsel dalam bis yang sudah renta, para penumpang yang bermacam-macam silih berganti naik dan turun. Bis itu menghela napas panjang.  Baru saja sesosok kakek menumpanginya, membawa aneka benda yang tampak seperti oleh-oleh bagi keluarga di desa. Ia duduk di samping seorang wanita, yang memakai hijab hitam dan termenung menatap jalan di depannya. Sesekali ia menyeka keringat yang membanjiri dahinya. Bis itu pengap, panas. Bercampur dengan polusi yang dikeluarkannya, panas mentari di atasnya, dan aroma berbagai benda di dalamnya.  Pendingin udara? Apa itu? Bis yang entah diproduksi tahun berapa itu harus merasa cukup hanya dengan kemampuannya berjalan tanpa mogok di tengah jalan. Kenyamanan bukanlah prioritas, satu-satunya hal yang penting adalah kecepatan sampai di tujuan. Lagi-lagi, bis itu terbatuk-batuk. Memuntahkan asap hitam k...

NOODLOTTIGE ONTMOETING

In een klein café in Amsterdam zat Ella alleen, de onbekende stad drukte op haar. Het was haar eerste keer in Nederland en een golf van eenzaamheid spoelde over haar heen terwijl ze de patronen op haar koffiekopje tekende. Buiten glinsterden de grachten, een ballet van fietsen die door de straten slingerden. "Is deze plek bezet?" vroeg een zachte stem. Ella keek op en ontmoette de vriendelijke ogen van een jongeman met een warme glimlach.  "Nee, natuurlijk niet," antwoordde ze, een blos verwarmde haar wangen.Hij ging tegenover haar zitten. "Ik ben Andrew," zei hij. "Ella," antwoordde ze. Hun gesprek begon met smalltalk - het onvoorspelbare Amsterdamse weer, de heerlijke gebakjes van de nabijgelegen bakkerij, de betoverende charme van de stad.  Maar al snel gingen hun woorden dieper. Ella sprak over haar reizen, haar dromen en het verlangen in haar hart naar iets meer. Andrew deelde op zijn beurt zijn passie voor kunst, zijn ogen fonkelden terwijl...

FATEFUL ENCOUNTER

 In a small café in Amsterdam, Ella sat alone, the unfamiliar city pressing down on her. It was her first time in the Netherlands, and a wave of loneliness washed over her as she traced the patterns on her coffee cup. Outside, the canals glistened, a ballet of bicycles weaving through the cobblestones. "Is this seat taken?" a soft voice asked. Ella looked up and met the kind eyes of a young man with a warm smile. "No, of course not," she replied, a blush warming her cheeks. He sat down opposite her. "I'm Andrew," he said. "Ella," she replied. Their conversation began with small talk – the unpredictable Amsterdam weather, the delicious pastries from the nearby bakery, the enchanting charm of the city. But soon, their words went deeper. Ella talked about her travels, her dreams, and the longing in her heart for something more. Andrew, in turn, shared his passion for art, his eyes sparkling as he described his favorite museums. Time seemed to sl...

LA FELICIDAD EN EL MATRIMONIO

La felicidad no es un destino, es un camino que se recorre a diario. Entre risas y lágrimas, se construye, y con cada esfuerzo, se renueva. El amor no siempre es fácil, pero es en la lucha donde crece. Juntos, en la calma o la tormenta, siempre debemos buscar la luz. Hemos aprendido que el amor se forja, no se encuentra solo en sueños. Cada día, cada gesto, cada palabra, es un paso hacia nuestra felicidad.

SINAR

Seberkas sinar mentari pagi, Menyapa lembut di ujung hari, Membawa hangat, harapan tinggi, Mengusir gelap, mimpi pun pergi.

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN: SUARA YANG HARUS DIDENGAR

Kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu isu sosial yang terus menjadi perhatian global, tidak mengenal batas geografis, budaya, ataupun status. Di Indonesia, kasus kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan di tempat umum, hingga eksploitasi masih sering terabaikan atau dianggap sebagai hal biasa. Data dari Komnas Perempuan menunjukkan bahwa pada tahun 2023, terdapat lebih dari 450.000 laporan kasus kekerasan terhadap perempuan, angka yang hanya mencerminkan sebagian kecil dari realitas karena banyaknya kasus yang tidak terlaporkan. Kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terbatas pada aspek fisik atau mental, tetapi juga mencakup bentuk-bentuk lain yang sering tidak terlihat, seperti pengekangan terhadap aktualisasi diri. Perempuan sering kali tidak diberikan kesempatan atau kebebasan untuk mengejar impian, pendidikan, atau karier karena tekanan untuk mengikuti peran-peran tradisional yang kerap dilekatkan padanya. Dalam banyak kasus, ekspektasi ini datang dari lingkungan rumah t...

PADANG

Padang rumput laut, oase tak terduga, Menyembunyikan rahasia di kedalaman samudra. Riak gelombang menari di atasnya, Sementara angin berbisik cerita lama. Terlindung dari hiruk-pikuk dunia fana, Ia menawarkan ketenangan bagi mereka yang ingin lupa. Menyelami dunia tanpa batas, penuh warna, Di mana kehidupan kecil berpesta ria.

شوق للسفر

 في كل خطوةٍ أشتاق للسفر لكنّ القيودَ تأسرني في الفكر أحلم بجولاتٍ حول الأقطار لكنّ الحواجزَ تُقيمُ الأعذار   قلبُ الرحَّالِ محبوسٌ بالزمن تائهُ النظراتِ، نحو الأفقِ والسكن يتوقُ لمشاهدٍ بعيدةِ المنال تبقى في الإطارِ، خيالاً كالظلال   أشتاقُ لتسلقِ الجبالِ الشاهقة والمرورِ بين وديانِ الرحلةِ الصادقة لكنّ العواصفَ تصدُّ خطواتي وتغلقُ الطرقَ، تحجبُ أمنياتي   الريحُ تجلبُ روائحَ المغامرة لكنّها تصلُ نافذتي كسحابةٍ عابرة شوقٌ عصيٌّ لا يمكن كتمانه يهمسُ ليلاً في قلبٍ يتماهى مع ألحانه   آهٍ يا زمنَ الصمتِ، دعني حرًّا أبسطُ قدمي في الدروبِ بلا حذرٍ أستنشقُ هواءَ الحريةِ في رحلةٍ بلا حدودٍ، بحريةٍ وسخاء   لكنَّ اليومَ أغمضُ عينَ وأجوبُ الخيالَ في حلمي البهي أنتظرُ لحظةَ الانطلاقِ المقبلة حين تُبسطُ الأجنحةُ، ويُفتحُ الطريقُ، بلا عقبة  يُعبّر هذا الشعر عن حالةٍ نفسيةٍ جميلةٍ ومُعقّدة لشخص يُريد السفر والانطلاق، ولكنه مُقيّدٌ بالظروف

ACROSS THE DISTANCE

 In a town where mountains rise and shine, Lived Ella, a woman, whose heart felt divine. With cafés cozy and lights dimmed low, She longed for Ethan, who had to go.   Each time he departed, a shadow would creep, Leaving her restless, alone in her sleep.  On her terrace, she sipped tea by the glow, Missing the laughter and warmth they used to know.   In her favorite café, where the sweet scents entwined, She met Andrew, whose smile was gentle and kind.  They talked of adventures, the mountains so tall, As their friendship blossomed, they shared it all.   “Have you climbed mountains?” he asked with a grin, “I have, long ago, when my heart felt the win.  Yet each happy moment brought guilt in its wake,  For Ethan, her husband, her heart began to ache.   One rainy evening, as droplets fell fast,  A message from Andrew arrived at last. “Meet me tonight,” the screen softly glowed, Ella’s heart fluttered, her thoughts overflowed.   At a ca...

JARAK

Di kota kecil yang dikelilingi pegunungan dan diselimuti cahaya lampu-lampu temaram, hiduplah seorang wanita bernama Echa. Kota itu penuh dengan kafe-kafe kecil yang nyaman, tempat aroma kopi dan kayu manis bercampur dengan musik lembut yang mengalun merdu. Di sudut-sudut sunyi, Echa sering merenung, merindukan suaminya, Rio, yang kerap pergi jauh karena pekerjaannya. Setiap kali Rio pergi, hati Echa merasakan kekosongan yang tak terbilang, bagai bulan yang kehilangan cahayanya di tengah malam. Suatu hari, Echa duduk berbalutkan selimut, mencoba mencari kehangatan dari secangkir teh di tangannya. Angin malam berbisik pelan, membawa bayangan kenangan-kenangan manis bersama Rio. Tawa dan percakapan mereka kini hanya menjadi gema dalam pikirannya. Setiap kepergian Rio adalah lembaran baru kesepian yang tak pernah usai. Untuk mengusir sepi, Echa kerap mengunjungi kafe favoritnya di pojok kota. Tempat itu beraroma kayu bakar dan dihiasi lampu-lampu gantung yang memancarkan cahaya hangat. Di...

BERSINAR

 Aku sayang diriku, dan aku mulai saat ini akan belajar Akan selalu meletakkan kepentinganku paling besar Akan jadikan aku kembali bersinar Perjalanan itu melelahkan Perjalanan itu mengesankan Perjalanan itu mengingatkanku akan Tuhan Teman itu menyenangkan Teman itu kadang menyebalkan Teman itu selamanya kubutuhkan Aku sayang diriku, dan mulai saat ini kuakan belajar Untuk meletakkan kepentinganku paling besar Dan menjadikan diriku kembali bersinar

BAHAGIA

Kutemukan bahagia setelah sekian lama Ternyata perjuangan ke sini dan ke sana Aku tak tercipta untuk diam seperti ratu saja  Meski punya raja yang memberikan segalanya  Dari kecil, aku mendengar panggilan hati Ubahlah, majukan, dan lindungi dunia ini Itu sebabnya aku takjub pada Pak Habibie Sayang tak bisa bertemu sebelum beliau pergi Apakah salah untuk marah? Apa harus tertawa untuk menunjukkan bahagia? Semua orang harus sama?  Sedih, kecewa, kagum, marah, kesal, dan bahagia, itu semua diri kita Aku bahagia, tapi bisa jadi aku diam saja Aku sedih, tapi mampu tetap tertawa Semua terserah aku yang punya jiwa  Karena manusia bukan boneka 

GADIS

Kaki berdarah Luka merekah Langkah terpatah Yang mereka bilang, pasrah Tangan menggenggam  Duri yang tajam Tak satupun bilang lepaskan Semua memintanya untuk bertahan Gadis itu berdiri Mau mati dan pergi Tapi tangan kakinya terkunci Oleh gembok yang abadi Selembar kertas terbang melayang Ke pelukan gadis yang bimbang Haruskah dia menulis dan terbang Atau seperti biasa, kembali ke tempat ia terbuang

SEROJA

Sungguh nama yang indah. Merupakan nama lain dari bunga teratai yang berarti kesucian, keindahan, dan kelahiran kembali. Wah, pas sekali, sekeluarnya aku setelah 24 jam berada di sana, dunia seketika berubah di mataku. Aku jadi punya tujuan hidup, yaitu mengubah banyak hal di dunia, terutama untuk anak-anak dan orang-orang dengan gangguan jiwa. Sudah bertahun-tahun tak berhasil merubah diriku, orang tuaku, mertuaku, suamiku, aku baru sadar bahwa manusia mustahil berubah kecuali ada usaha keras dan tekad kuat dari dalam dirinya. Akhirnya aku memutuskan melakukan apa yang aku bisa dengan kondisi fisik yang tidak prima, yaitu menulis. Akan kutulis semua kenangan, kejadian, pengetahuan, atau apapun yang terlintas di kepala, dan mengunggahnya ke dunia maya, agar tersimpan selamanya. Kalaupun aku tak hidup cukup lama untuk melihat semuanya, semoga suatu saat, tulisanku akan berguna. Pertama, akan kuceritakan momen traumatis yang kualami selama di Seroja. Lalu kedua, akan kulanjutkan deng...