Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

UIN MALIKI MALANG

Satu hal yang benar-benar membuatku salut akan kampusku hari ini. Begitu adzan Shalat Jum'at selesai dikumandangkan, seorang petugas dari kemahasiswaan segera berkeliling ke tiap sekor Unit Aktivitas Mahasiswa (UKM) dan mengingatkan semua laki-laki yang tersisa di tiap ruangan untuk pergi ke masjid. "Shalat.. Shalat…" Dengan sigap mahasiswa yang diingatkan, segera bangkit dan berlalu menuju masjid. Tentu saja dengan ekspresi tak menentu, kebanyakan tentu malu diingatkan untuk soal itu. Hal yang  sudah menjadi kewajiban tiap dari mereka. Aku tersenyum lega. Setidaknya kampusku yang menjunjung nama dan otomatis, ikon Islam,  telah melakukan sebuah qudwah yang baik dalam menyegerakan Shalat Jumat. Hal sama yang juga selalu kutemui setiap menjelang Dhuhur, tentu saja pada masa aktif kampus. Para dosen dan karyawan berbondong-bondong menuju masjid untuk shalat jama'ah. Subhanallah.. Walhamdulilah.. Masih ada hal-hal positif yang menunjukkan identitasnya sebagai ...

POLISI: ANTARA AKTOR DAN PERAMPOK!

Beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika awal puasa, saya dan seorang teman bersepeda motor berdua mengurus beasiswa yang -katanya- akan cair hari itu. Awalnya kami bingung hendak kemana, namun akhirnya diputuskan untuk menuju Bank BRI Pusat di Jalan Terusan Kawi. Semua berjalan lancar, tanpa melihat kenyataan bahwa beasiswa yang dijanjikan sama sekali tidak ada. Meski kecewa, kami berdua pun meneruskan perjalanan. Tak dinyana, saat hendak berbelok ke arah Alun-alun kota, temanku yang saat itu membonceng di depan memotong jalan dari tengah. Sudah dapat diduga,  polisi yang berjaga di pojok jalan segera mengejar dan memberhentikan kendaraan kami. "Silahkan ikut ke pos," tegasnya setelah meminta SIM dan STNK. Setelah memutari jalan satu arah tersebut, kami pun sampai di pos polisi. Temanku, yang mengaku belum pernah sekalipun ditilang sebelumnya, terlihat agak gugup. Saya mencoba menenangkan. Maklum, rekor ditilang saya selama ini sudah lumayan banyak.  Jadi, bisa dibilang,...

RIO DAN KENANGAN MALAM ITU

"Kita mau kemana malam ini..?" Suaranya renyah memecah sepi. Aku menoleh. "Sesukamulah," acuh tak acuh aku menjawab. Ia tersenyum sabar. Menyalakan mesin motor perlahan, lalu menganggukkan kepalanya, perintah tak langsung bagiku untuk naik. Lagi-lagi, ia membawaku berkeliling. Tempat dan jalan yang sama setiap kali, namun entah mengapa aku tak kunjung bosan. Hal yang tak sekalipun kuungkapkan. Mungkin karena gengsiku yang memuncak, bahkan untuk sekadar mengungkapkan betapa berharganya waktu yang ia luangkan untukku. Perhatian-perhatian kecil itu, kebebasan yang ia beri, kesabaran atas segala tingkah menyebalkanku. Tak pernah ada seorang yang memperlakukanku sepertinya, kecuali mungkin, kakakku tersayang yang kini telah pergi jauh meninggalkanku. Menyisakan pekat hampa di hatiku, yang selama ini kuisi dengan nama dan sayang hanya untuknya. Dan kini, aku disini bersama seorang asing, yang, bahkan baru kukenal setelah usiaku menginjak kepala dua. "Kenapa ...

HOW DO YOU WANT ME TO BE

Sahabat.. Benarkah kau memang ada..? Apakah ini mimpi atau aku yang mengada-ada, saat dulu aku merasa memiliki seorang sahabat yang, mau menerimaku dengan apa adanya aku. Sahabat yang menemaniku selalu, meski aku dihujat dan dicemooh oleh semua orang. Sahabat yang selalu mendukung dan mengarahkanku, saat semua orang menjauhiku. Sahabat yang tidak menghindar, meski aku menderita penyakit mengerikan sekalipun. Sahabat yang saat bersamanya, tak ada kata yang perlu diucapkan, karena kami satu sama lain sudah saling memahami. Sahabat yang saat bersamanya aku merasa tak ada permasalahan yang takkan selesai. Sahabat yang tak perlu kutakutkan akan berkata lain di belakangku, saat aku pergi. Sahabat yang selalu kurindukan keberadaannya, karena tanpa dia, sesungguhnya aku bagai api tanpa asap. Kosong, hampa, tidak nyata. Apakah ini ilusi, atau aku yang salah sangka, saat aku merasa tak ada lagi orang yang mau menerimaku, seluruhnya. Karena aku harus selalu berubah, harus selalu b...

ISTANA DIENG

Betapa ironisnya, sebuah tempat pemandian, bowling, karaoke, dan club house mewah seperti Istana Dieng, yang notabene mampu memberikan beragam layanan luar biasa, ternyata tak mampu bahkan sekadar menyiapkan sebuah tempat shalat layak yang tak menyerupai gudang kotor tak berpenghuni.  Masih pantaskah kita membangga-banggakan nama besar tempat ini, atau justru menangisinya? Setidaknya, mari kita luangkan waktu sejenak untuk merenung.. Betapa jamaknya hal semacam ini kita dapati di sekitar kita? Begitu banyak hotel-hotel mewah, pusat pembelanjaan besar, tak memiliki tempat shalat dan peralatan shalat memadai, yang tak membuat kita mengerutkan kening saat memasukinya, atau menutup hidung saat mengenakan peralatannya.. Bahkan jauh lebih banyak lagi yang tak menyediakan sama sekali satu ruanganpun sebagai tempat ibadah.. Layakkah hal semacam ini terjadi di negara kita tercinta, Indonesia..? Saatnya sesaat kawan, kita buka hati dan pikiran, pernahkah kita pikirkan hal semacam ini sebelum...

KONFLIK YANG TAK KUNJUNG BERAKHIR

Gambar
 Bulan Maret 2011 terasa sangat panas di kampus UIN Maliki Malang. Memang, sejak tahun 2008 hingga sekarang, tak ada  Pemilihan Raya Mahasiswa ( Pemira) yang tak ricuh. Tampaknya tahun ini menjadi catatan paling buruk perjalanan sejarah Pemira di kampus abu-abu ini. Pasalnya, pasca pembekuan BP2R oleh Wakil Rektor III, aksi terus saja berlangsung. Puncaknya, Jumat 18 Maret 2011, diadakan audiensi untuk menindaklanjuti pembekuan BP2R. Acara diawali dengan pembacaan surat keberatan PP atas keputusan PR3 hari sebelumnya. PP juga menyatakan dengan tegas bahwa mereka siap menyukseskan pemira UIN Maliki, dan menolak adanya politisasi konflik antar organisasi ekstra. Selanjutnya Mujaid Kumkelo memulai audiensi antar partai dan BP2R, dengan tujuan tegas menyelesaikan semua permasalahan yang telah terjadi beberapa hari terakhir ini. Ia menyatakan bahwa rektor akan mengeluarkan SK terkait pendampingan semua unsur dalam pemilu, semacam lembaga pengawas dan penindak undang-undang ...

BEHIND THE COLONIALISM

Gambar
One thing that is not correctly recognized by the inhabitants of the beloved archipelago in particular, and 80% of the world's population in general, is that colonialism was one of the greatest moral products of the 15th–19th century, created by the inhabitants of the Blue Continent, Europe. How could this be?   Reflections on the philosophy of critical thought state that truth must be deterministic and universal. Truth here is based on reason and morality, which means that the fundamental standards of knowledge, truth, reason, and morality in the world were intended to be uniform. Immanuel Kant, as the initiator of this understanding, wanted the whole world to be under the umbrella of the standards used in Europe. In practice, this is what led to colonialism, as a product of moral improvement, when it reached its peak.   Although we learned from history books in primary and secondary education that colonialism was merely a product of world exploitation, the m...

I AM A PRODUCT OF CAPITALISM

Gambar
Many groups cheered, “Stop capitalism!!” in their demonstrations. It is something we commonly hear. But the real question is, what is our understanding of capitalism during this?   I myself only became truly aware of the terror that lurks behind a word we so often hear— capitalism —after attending a philosophy school.   In fact, capitalism has been closely integrated with each of us, flowing through our veins like blood, running alongside our thoughts from the moment we get out of bed until we return to our rooms at night. Really! There is no moment where we do not, even unconsciously, reflect on capitalism—even in our every breath.   Want proof?   Well, I’ll be honest. The first thing that crosses my mind when I wake up is: which toothpaste should I use to brush my teeth, and what kind of facial foam should I apply? Then, after a bath, what clothes will I wear for the day? What shoes? What bag? As if all this equipment is the most important thi...

AKU ADALAH PRODUK KAPITALISME

Gambar
Banyak kelompok mengelu-elukan, 'Ganyang Kapitalisme!!!' dalam demonstrasi dan aksi unjuk rasa mereka. Hal yang sudah biasa kita dengar. Namun sesungguhnya, benarkah pemahaman kita akan kapitalisme selama ini? Aku sendiri, baru benar-benar menyadari rasa ngeri yang mengancam dari sebuah kata yang begitu sering kita dengar, 'kapitalisme', setelah mengikuti sekolah filsafafat ini. Sesungguhnya kapitalisme telah menyatu erat dengan tiap diri kita, mengalir bersama darah pada nadi, berjalan seiring pemikiran kita, mulai bangun tidur hingga kembali ke kamar di malam hari. Sungguh! Tak ada waktu dimana kita tidak merefleksikan paham kapitalisme, bahkan dalam tiap tarikan napas kita. Mau bukti? Baiklah, aku akan mencoba menjelaskannya. Hal pertama yang terlintas di pikiranku saat bangun tidur adalah, dengan pasta gigi apa aku akan menggosok gigi, dan sabun muka apa yang akan kupakai. Belum lagi setelah mandi, pakaian apa yang akan menemani hariku, lalu sepatu, tas, huaaaahhh...

DI BALIK KOLONIALISME

Satu hal yang tak sepenuhnya disadari oleh penghuni bumi Nusantara—khususnya—dan oleh penduduk 80% dunia pada umumnya adalah bahwa kolonialisme bukan sekadar proyek eksploitasi, tetapi juga merupakan produk moral terbesar abad ke-15 hingga ke-19 yang lahir dari pemikiran bangsa Eropa. Bagaimana tidak? Refleksi filsafat kritisisme menyatakan bahwa kebenaran harus bersifat deterministik dan universal.   Kebenaran di sini didasarkan pada rasio dan moral, yang berarti standar ilmu pengetahuan, rasionalitas, serta moralitas di seluruh dunia diinginkan untuk seragam—tentu saja dalam bingkai standar Eropa. Immanuel Kant, sebagai penggagas utama paham ini, menginginkan dunia berada di bawah payung Eropa dalam ukuran-ukuran yang digunakan. Pada praktiknya, inilah yang menjadi landasan kolonialisme sebagai proyek "perbaikan moral" yang mencapai puncak kejayaannya di masa itu.   Sementara itu, apa yang kita pelajari dalam buku-buku sejarah selama pendidikan dasar dan menengah h...

RASIONALISME dan EMPIRISME

Seharian mengobrak-abrik kajian filsafat ternyata sungguh melelahkan. Namun anehnya, tiba-tiba semalam, semuanya tak lagi terasa menjemukan. Awalnya, saat mencoba memahami apa itu rasionalisme, apa itu empirisme, serta bagaimana pemikiran tokoh-tokohnya berkembang, rasanya pemikiran tak kunjung sampai ke dasar. Diskusi demi diskusi akhirnya menjadi jalan menuju pemahaman itu. Hhh… sungguh melegakan ketika akhirnya sampai pada titik terang.   Pembahasan dimulai dari perbedaan mendasar antara keduanya. Rasionalisme bertumpu pada akal budi, rasio, dan wahyu dari Tuhan (*a priori*), sementara empirisme menitikberatkan pengalaman indrawi (*a posteriori*), baik yang bersifat lahiriah (*sensation*) maupun batiniah (*reflection*). Dari segi metode, rasionalisme menggunakan kesangsian metodis, sedangkan empirisme lebih menekankan pada observasi dengan berbagai instrumen pengetahuan yang mendukungnya. Belum lagi jika berbicara soal metode analisis dan pengujian yang digunakan—rasionalis...

FILSAFAT

Membincang filsafat memang seperti menggali sumur tanpa dasar—gelap, dalam, dan sering kali menegangkan. Pikiran seolah tersedot ke dalam labirin pemikiran para pendahulu, menyelami hakikat segala sesuatu di sekitar kita. Kadang aku bertanya-tanya, bagaimana mungkin mereka mampu menembus kepekatan sumur hakikat itu? Betapa gigihnya mereka dalam mencari kebenaran dan pengetahuan!   Namun, tak bisa dipungkiri, problematika yang dihadapi para pecinta filsafat selalu berputar di poros yang sama. Goyahnya kepercayaan, kecenderungan untuk terus bersikap skeptis, hingga kebingungan yang tak berujung. Seakan-akan, filsafat selalu dikelilingi bayang-bayang ketidakpastian yang menakutkan. Tak heran, citra filsafat kerap dicap buruk—seolah semua yang mendalaminya pasti terperosok ke dalam jurang kekafiran atau kemurtadan. Memang, banyak yang tersandung di sana. Namun, apakah itu cukup untuk menjustifikasi bahwa filsafat identik dengan liberalisme yang kebablasan?   Lalu, bagaim...

ISLAM VS BARAT

Memang benar, sejarah gemilang Islam patut dibanggakan, tetapi apakah cukup hanya dengan berbangga diri tanpa ada upaya nyata untuk mengulang kejayaan itu? Jika kita hanya sibuk mengagungkan masa lalu tanpa membangun masa depan, maka kita tak ubahnya seperti kaum yang terjebak nostalgia, sementara dunia terus bergerak maju.   Barat, di sisi lain, terus berinovasi, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menerapkan prinsip-prinsip yang sejatinya juga pernah menjadi bagian dari peradaban Islam: rasionalitas, etos kerja, dan semangat keilmuan. Lalu mengapa kita justru tertinggal? Apakah karena Islam yang tidak relevan, atau karena umatnya yang enggan beradaptasi dan menggali kembali khazanah keilmuan yang pernah membawa mereka ke puncak kejayaan?   Saatnya umat Islam berhenti sekadar membanggakan kejayaan nenek moyang dan mulai membuktikan bahwa Islam tetap bisa menjadi cahaya bagi dunia, bukan hanya dalam teori, tetapi dalam praktik nyata.

HUKUM ALAM

Siapa yang rajin bekerja, akan mendapatkan penghasilan lebih dari yang sebaliknya. Kata orang sih, itu hukum alam. Kamu percaya tidak? Atau kamu percaya teori bahwa harta kekayaan itu warisan turun temurun yang terus berputar siklusnya?  Kalau tidak, apakah kamu percaya kalau di dunia ini ada 3 macam klasifikasi manusia berdasarkan kekayaannya? Satu, yang miskiiiiinnnn sekali, sampai mau makan saja, susahnya setengah mati. Makan sekali dua kali sehari saja, merupakan anugerah besar bagi mereka. Di sisi lain, ada orang yang biasa-biasa aja, yah, menengah lah istilahnya. Makan 3 kali sehari, sekolah setiap hari, mengadakan perayaan setahun sekali. Nah, ini termasuk kategori hidup bagai air mengalir. Datar… saja. Kaya sekali tidak, tapi dibilang miskin juga tidak. Nah, kelompok ketiga, orang yang memiliki sebanyak atau lebih dari yang mereka inginkan. Ibaratnya, kalau mereka ingin hape baru, tinggal beli. Kamera digital, atau apapun juga tinggal beli. Mereka berada di tempat yang tin...

UNTUK AYAHKU

Kuharap, engkau takkan bosan membacanya, Ayah… Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang beranjak dewasa, dan jauh dari orang tua.. ia akan merasa sangat rindu pada ibunya.. Lalu, bagaimana dengan ayah… Mungkin seorang ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaan setiap hari.. tapi ternyata.. Ayahlah yang selalu mengingatkan ibu untuk menelepon! Mungkin dulu sewaktu kecil, ibulah yang sering mengajakku bercerita dan mendongeng, tapi di kemudian hari aku tahu… bahwa sepulang ayah bekerja dan dengan wajah lelah, ayah selalu menanyakan pada ibu tentang kabarku dan apa yang kulakukan seharian… Pada saat aku masih seorang gadis kecil.. ayah mengajariku naik sepeda, dan setelah ayah menganggapku bisa, ayah akan melepaskan roda bantu di sepedaku.. kemudian ibu akan berkata… “Jangan dulu ayah, jangan dilepas dulu..” Kenapa? Karena ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka, tapi sadarkah..?? Bahwa ayah dengan yakin akan membiarkan, menatap, dan menjagaku mengayuh sepeda dengan ...

UNTUK IBUKU

Allah.. Bolehkah ku mohon sesuatu Tolong sampaikan salam hangatku Pada ibu di rumah Dan tolong katakan Kalau aku sayaaaaaanggg.. sekali sama ibu…. Aku cintaaa… banget sama beliau… Tapi entah kenapa ya, susaaah sekali bagiku tuk ungkapkan semua itu Aku yang selalu buat ibu kesal Aku yang sakitku selalu buatnya sedih Aku yang kenakalanku sering buatnya menangis Aku yang tak pernah sekalipun buat ibu bahagia.. baik dari mimikku, ucapanku, atau perbuatanku Ibu… Sesungguhnya cintamu sungguh mulia.. tak berbalas.. terutama olehku… Bahkan kau pasti mengira, aku tak pernah sungguh menyayangimu Namun ketahuilah ibu… Cinta itu selalu ada di sini.. di dalam sini.. jauuuuhhh di lubuk hatiku Kadang menggumpal, memuncak, namun… Diatas segalanya, aku yakin seyakin-yakinnya bahwa cinta itu kan abadi Meski aku juga tak mengerti ibu… Mengapa rasa itu tak kunjung terefleksikan dalam keseharianku? Padahal bagiku… Ibuku sungguh istimewa.. Ia selalu hadir untukku.. Ia penuh perhatian… ...

SEKOLAH FILSAFAT

Pukul 2 dini hari. Hawa dingin yang menggigit, dengan pikiran penuh terjejali berbagai macam hal, mungkin memang candu yang tepat untuk dapat terjaga semalaman. Seakan rasa kantuk telah menghilang, diganti kerja keras otak untuk mencerna berbagai macam kajian-kajian baru yang berseliweran di pikiran. Begitu pun aku malam (atau pagi) ini, terduduk sendiri di tempat ini, berusaha mencerna begitu banyak kilasan peristiwa yang terjadi padaku beberapa hari terakhir ini. Seolah aku dibangunkan secara paksa dari mimpi buruk yang sama sekali tak kuharapkan. Rasa sakit yang mendera, kebingungan akan masa depan, dan permasalahan sehari-hari. Hhhhh… Namun bagaimanapun, masa inilah saat yang paling membahagiakan dalam hidupku, kurasa…

PELUH

Bila haji pergi ke masjid, itu biasa. Jika seorang pemuda rajin ke masjid, itu sudah merupakan kewajibannya. Namun bila seorang sopir angkot yang kelelahan setelah mencari nafkah seharian menyempatkan diri untuk shalat berjamaah di masjid, itu baru luar biasa, setidaknya bagiku.  Malam itu, adzan Isya berkumandang. Sungguh syahdu. Aku termenung di teras masjid, membisikkan bait-bait merdu panggilan Ilahi dalam hatiku. Allah.. Aku merasakan kehadiran-Mu.. Namun tak cukup dekat untuk bercakap dengan-Mu..  Tak lama, angkot biru dengan cap ABG besar di belakangnya memasuki area pelataran masjid. Lalu berhenti setelah sebelumnya batuk-batuk beberapa kali. Sesosok pria setengah baya keluar. Topi kupluknya terlepas, jatuh. Saat membungkuk, beberapa keping koin berjatuhan dari sakunya. Aku tergugah. “Assalamualaikum..” sapanya seakan menghulukkan salam pada masjid yang tegak kokoh di hadapannya. Perlahan dilepasnya alas kaki untuk kemudian berwudlu sebelum memasuki masjid.  Aku ...

HATI-HATI BELANJA DI SARDO!

Jum’at siang (29/10) merupakan hari naas bagi Icha, mahasiswi UIN Maliki Malang. Bagaimana tidak, saat sedang asyik berbelanja di Swalayan Sardo, dia kehilangan handphonenya tanpa diduga. Diawali dengan meletakkan tas berisi hape di tempat penitipan barang yang disediakan, ia tak menaruh curiga sedikitpun. Sampai saat pulang pun, ia berjalan kembali ke kampus seperti biasa. Sesampainya di kamar, ia baru menyadari bahwa hape kesayangannya telah raib entah kemana. Sore hari saat konfirmasi ke Sardo, petugas yang ada malah terkesan balik menyalahkannya. “Bukannya mendapat penjelasan apalagi pertanggungjawaban, saya justru dioper kesana kemari. Semua petugas, baik satpam maupun penjaga barang, berusaha menghindar setiap ditanya,” tutur Icha pelan. Akhirnya ia memilih untuk tidak memperpanjang masalah. Bukan sekali ini saja hal semacam ini terjadi. Lufi, mahasiswi Universitas Malang (UM) juga pernah kehilangan barangnya di swalayan tersebut. “Bukan hanya hape, tapi juga uang dalam dompet. ...

KERUSAKAN MABNA BAHAYAKAN MAHASANTRI

Pagi itu (28/10) para mahasantri mabna Ummu Salamah, atau biasa disebut USA, geger. Apa pasal? Begitu melewati aula lantai dua, pecahan-pecahan internit ditemukan bertebaran dimana-mana. Bekas kerusakan pun tampak jelas di langit-langit. Lubang menganga menunjukkan ruang kosong di atasnya. Hal ini jelas menimbulkan rasa takut bagi siapapun yang menyaksikan. “Setiap kali melihat kerusakan parah itu, saya selalu ketakutan setengah mati,” ujar Laili, salah satu penghuni kamar 19 mabna USA. “Saya jadi khawatir lantai kamar saya runtuh sewaktu-waktu.” Ia sangat menyayangkan konstruksi bangunan yang megah namun keropos dan mudah rusak. Parahnya, hal ini bukan hanya terjadi sekali. Beberapa hari yang lalu, salah satu kamar di mabna Asma binti Abi Bakr (ABA) mengalami hal serupa. Lantai kamarnya pecah tiba-tiba dan mengeluarkan suara ledakan mengerikan. Begitu juga yang terjadi di beberapa kamar lain, baik mabna yang sama atau tidak. Belum lagi membicarakan masalah keretakan tembok yang pa...

MENATAP DENYUT SENI DAN KEHIDUPAN DI KOTA KENANGAN

Gambar
Pukul 9, Jan 21, 2010 aku berjalan di sepanjang Malioboro. Para pedagang baru saja membuka kios, merapikan dagangan, dan memulai aktivitas hariannya. Terus kutelusuri jalan. Kulihat berbagai suasana mengharukan, bukti cinta dan pengabdian pada seni dan kehidupan. Seorang pedagang pigura memotong kayu perlahan sambil memoles cat dengan jari-jarinya yang keriput, seorang pelukis jalanan termenung memandang hasil karyanya. Seorang ibu-ibu penjual kaca membersihkan dagangannya hingga mengkilap, penjual poster terdiam menatap sebagian barang dagangannya yang cacat dan rusak terkena hujan. Di seberang jalan, anak-anak sekolah riang gembira menyambut hari, bersama menuju Taman Pintar bersama guru mereka. Sementara kendaraan-kendaraan bermotor mulai memadati jalan raya, petugas kebersihan menyelesaikan tugasnya, loper koran dan pedagang asongan mulai bekerja. Semua berjibaku demi penghidupannya. Betapa miris hati ini menatap sebagian barang dagangan yang hancur, pandangan para...

TERMINAL TAWANG ALUN JEMBER

Gambar
Tawangalun, pukul 01.00.. Suara petikan gitar terdengar nyaring, diiringi pekikan lagu riang di pojok emperan. Sekelompok remaja menahan dingin melawan kantuk dengan bernyanyi dan berjoget riang. Pusat keramaian masih tetap, berjuang dengan teriakannya mencari penumpang. Tak bosan dan menyerah kalah pada lelah meski peluh deras membanjiri sekujur badan. Seorang diri, aku, perlahan menyusuri jalan lengang. Diikuti tatapan heran berpuluh orang, yang tak kupedulikan. Biar, biar aku menepis kebiasaan. Di sepanjang dudukan, belasan tubuh terlentang. Menggemeletukkan gigi kedinginan. Barang apa pun dijadikan selimut menutupi badan. Sebagiannya pedagang asongan, atau penumpang yang kemalaman. Lagi, aku sendiri terduduk heran, dirayapi kesadaran yang menguat perlahan.  Kembali melangkah, sekali dua kali ditanya, hendak kemana. Tidak, tak hendak aku beranjak. Segera kucari musholla, sekedar tempat berteduh melepas lelah. Kutemukan di pojok seberang sana, dengan gembira kudatangi. ...

REALISASI PENGEMBANGAN SENI DI UIN MALIKI MALANG, SUDAHKAH?

Sore itu (12/11), kampus tampak lebih ramai dari biasanya. Para mahasiswa baru yang beranjak pulang Program Khusus Pengembangan Bahasa Arab (PKPBA) tampak berseliweran sepanjang ruas jalan antara Gedung A dan B. Di tengah-tengah kerumunan tampak hal yang tak lazim ditemukan di UIN Maliki Malang. Sebuah pemandangan yang cukup menarik perhatian, dengan adanya sekelompok remaja putra dan putri, sebagiannya tidak mengenakan hijab, berlatih vokal dan tari sembari berlari-lari kecil. Suara teriakan dan beberapa kali tepukan menambah semarak suasana senja. Sementara sebuah bendera biru tua bertuliskan TK2 terpampang megah di sisi mereka. Beberapa penabuh tampak khusyuk melakukan tugasnya. Begitu pula para remaja yang berlatih, tampak begitu memusatkan pikiran pada latihan. Pemandangan ganjil ini jelas mengundang berbagai komentar, terutama dari mahasiswa baru yang tak pernah melihat hal semacam ini sebelumnya. "Negatif. Meskipun begitu, dalam hati saya yakin bahwa mereka bukan mahasisw...